9

59 32 4
                                        

Hai hai selamat saur, makan sambil baca ga masalah kan ya.

Jangan lupa adab buat vote sebelum ataupun sesudah membaca. Itu menjadi salah satu alasan aku mau lanjut nulis ya geez:).

Thank's jangan.

*

Kecelakaan yang menimpa Dewa sangat berdampak bagi Hujan Rinjani. Buktinya, setiap pulang ngampus, Hujan Rinjani harus selalu mampir ke rumah sakit.

Hujan Rinjani sudah mencoba menolak permintaan Dewa, untuk tidak mampir tiap hari, sampai Dewa sembuh. Tapi, Dewa ngotot tidak mau minum obat apabila Hujan Rinjani tidak menuruti permintaannya.

"Wa, tiap hari, banyak yang jengukin Lo! Ko kan presiden ceritanya :v , fans juga banyak." keluh Hujan Rinjani suatu waktu.

"Tapi bukan mereka yang buat aku sembuh." tukas Dewa, cepat.

"Bukan Gue juga." datar Hujan Rinjani.

"Iya, emang, bukan kamu." lanjut Dewa.

"Yaudah, terus buat apa gue di sini?"

"Kali aja semesta mau cepat-cepat sembuhin aku, kalau kamu ada di sini. Secara, kamukan malaikat."

Deg, dentuman keras yang begitu indah menabrak hati Hujan Rinjani. Mungkin, setelah ini, akan lebih banyak dentuman lagi di hatinya.

"Kok diam?"

"Gue lagi nyusun rencana, kapan mau cabut nyawa Lo."

"Yah mbak, yang manis dong sama saya."

Hujan Rinjani memilih diam, dari pada Dewa akan terus menggodanya nanti.

"Jan.. kamu udah percaya sama aku?" Dewa buka suara karena melihat Hujan Rinjani yang tiba-tiba diam.

"Gunanya gue percaya sama Lo?" Tanggap Hujan Rinjani.

"Supaya, aku bisa cepat-cepat mengusaikan kesedihanmu."

"Makasih ya Wa, tapi, gak semudah itu. Gue masih butuh banyak waktu buat lebih mengerti, kenapa Lo dikirim ke hidup gue."

"Makanya, percaya dulu Jan. Suatu saat kamu akan tau."

"Serah Lo deh, gue kasian kalau harus marah-marahin Lo Mulu!" Hujan Rinjani mengalah.

Beberapa detik kemudian, ruangan menghening. Tak ada yang buka suara. Entah apa yang mengisi pikiran masing-masing.

Tapi, keheningan itu dipecah oleh suara hujan yang menderas. Hujan Rinjani langsung beranjak menuju jendela.

Udah lama banget, batinnya.

Hujan Rinjani tak pernah lupa adab ketika hujan turun, yaitu, kalau bukan mandi hujan, berarti menghayati suara hujan yang memanjakan indera pendengaran dengan alunan-alunan nya.

Dewa yang melihat tingkah Hujan Rinjani tersebut, tersenyum. Adat itu yang membuat Dewa seketika jatuh hati pada Hujan Rinjani.

Tidak lama, Hujan Rinjani menyudahi kegiatannya. Lalu, kembali pada Dewa.

"Kok berhenti?" tanya Dewa.

"Gue inget ada Lo!"

"Cieeee, ingat aku." goda Dewa.

"Apasih Wa. Hati Lo kayak cewe zaman sekarang, baperan. Lagian kalo gue lanjutin, bosan Lo liatnya."

"Aku gak akan bosan kok Jan."

"Yaudah, kalau gitu gue balik dulu, udah sore." pamitnya.

"Yah, tapi tadi keingat aku." lesu Dewa.

"Tiba-tiba ingat rumah, kasian dia sendiri." Hujan Rinjani mengambil tasnya, lalu beranjak menuju pintu.

"Cepat sehat ya wa, biar gak nyusahin gue."

"Jangan, lama-lama aja. Biar kamu di dekatku terus."

Hujan Rinjani mendengus. Dan memilih berlalu begitu saja.

Kebanyakan orang harusnya melarang Hujan Rinjani untuk pulang dulu, tapi Dewa tidak.

Sebab, Dewa tau, Hujan Rinjani malah akan senang ketika bisa pulang dengan iring iringan hujan.

Dewa memang sudah banyak tahu soal Hujan Rinjani. Juga kesedihannya. Semoga saja, dia diberi kesempatan untuk membawa Hujan Rinjani pulang, dari dunia fantasinya.

* * *

"Jan, tadi rame yang jengukin kak Dewa?" tanya Shofi, dari dalam telfon.

"Masih banyakan kemarin."

"Bonyok kak Dewa jadi dikasih tau?"

" Katanya gak usah, takutnya khawatir."

"Terus, lo iyain aja? Padahal, bisa sekalian kenalan lo nya sama bonyok kak Dewa."

"Eh bewel aja, btw nih ya Sop, udahan dulu ya, gue kedinginan nih, biasa."

"Biasa apa? Ngehujan lagi Lo? Duh Jan, kapan berhentinya."

"Kayaknya gak bakal deh Sop, Lo tau kan sefanatik apa gue sama hujan? Tadi aja Dewa gak nahan gue pulang sampai hujan reda."

"Emang kak Dewa siapa, bisa nyuruh Lo gak mandi hujan?"

"Eh?"
Hujan Rinjani spontan mematikan sambungan telefon sepihak. Dia dibuat berfikir dengan kata-kata Shofi.

Iya ya, siapa juga Dewa itu. Batinnya.

Ternyata legenda tentang cinta yang tiba-tiba itu benar adanya. Hujan Rinjani merasakannya sekarang.

Mungkin, rasa pertama belum terlalu ia pahami. Tapi pada rasa yang akan berlanjut setelah ini, percayalah, paling dia akan menyerah.

* * *

Okay, helo kembali lagi dengan ujung part.

Ada yang mau tau cast-cast tokoh gak? Atau ada yang mau bantu cari cast yang tepat mungkin?. Hmm aku tetap menunggu ya.

Tapi,

Nih, aku kasih bocoran, gimana indahnya senyum Hujan Rinjani kala hujan turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih, aku kasih bocoran, gimana indahnya senyum Hujan Rinjani kala hujan turun.

Gimana gimana suka ga?

Okay, salam buat part selanjutnya.

Jangan lupa Ig @muschipapad

Bersama Merlytsy

Hujan yang tak pernah usai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang