25

36 27 2
                                    


Yeay, udah 25 aja!

Stay tune dan bisik-bisik ke tetangga kalau suka ceritanya ya.

Jaga kesehatan, selamat baca <3

*

//Langkah Ke Lima//

Orang-orang pilon, sedikit banyaknya, acap kali selalu jadi yang terbelakang.

Walau benar, zaman kini, pengetahuan memang menuntut kepada kepandaian.

Meski begitu, banyak juga insan-insan tak bertanggung jawab, yang suka sekali melencengkan defenisi pandai secara nyata.

Anggaplah, dosa nantinya ditebus. Tapi, ketidakmampuan bertanggung jawab tetap tercatat sebagai kriminalitas.

Dari sekian orang yang kini menjadi lingkungan bagi Hujan Rinjani, satu-dua pasti tau, badai yang datang tanpa tanda tapi menetap dalam kisah hidupnya.

Hanya saja, tak satupun yang mampu menyalurkan reda, barang sedikitpun.

Kadang, masalah orang lain tidak menjadi dosa bagi diri sendiri ketika masih tersimpan aman dalam hati.

Tapi, apakah melihat manusia yang sudah memilukan harus berkorban tidak menyayat hati?

Masih legalkah, bohong berdemikan hal yang mungkin tidak ada baiknya jika dilanjutkan.

Semesta, setelah engkau buat Rinai memahitkan dirinya sendiri dengan ketidakmampuan bertanggung jawab, tuntunlah dia pulang ke rumahnya.

Dia punya BAB baru untuk mengulang pertanggungjawaban. Dan Hujan Rinjani bisa bercerita banyak yang akan ia banggakan pada Rinai.

Eh, apakah terlalu muluk-muluk? Dengan kini, Hujan Rinjani punya segalanya, tapi tetap meminta Rinai?

"Hujaaannn." rengek Shofi.

Hujan Rinjani menoleh datar, khayalnya pulang.

Malam ini, Yogyakarta dingin bersahut-sahutan.
Dan langit masih saja menggantung hujan, tak mau menggeser makna dingin angin pun semili.

"Katanya, kalau dingin-dingin gini, enak banget minum teh tarik panas." tawar Shofi.

"Terus?" Hujan Rinjani menunggu lanjutan kalimat Shofi.

"Gue mau...teh tarik panas." rengek Shofi, lagi.

Hujan Rinjani berdecak kecil.

"Yang biasanya delivery order  ya lo, Sop, lagian lo jugakan yang mau."

"Tapi gue masih ngantuk."

"Makanya, kalau tidur ya tidur aja. Jangan bangun sampai waktunya bangun. Dan jangan mengganggu waktu orang yang masih terbangun."

"Yakali ih, tamu nginap, tapi gak diistimewain."

"Kurang istimewa apa lo Sop, rela hati gue berbagi kasur unlimited  ini dengan lo."

"Ih Jan, lo udah banyak ngomong ya sekarang. Jadi makin mudah sebel gue."

"Buruan DO atau keluar dari rumah?" ancam Hujan Rinjani.

Hujan yang tak pernah usai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang