Tes tes, hai hai haiiiiii
Aku lagi mau up lagi ini lagi, tapi paling angsur angsur aja ya, aku mau tiba tiba BOOM vote, follow, and comments, baru mau double double up nyaaa
Jangan lupa adab.
*
Hujan Rinjani tidak mau menuruti ego siapapun. Walaupun Dewa sudah merubah banyak hal dalam dunianya. Ataupun Garaa yang sejenis dengannya.
Menuruti ego sama saja hidup untuk tidak berguna, karna ego itu menguasai. Kecuali jika ego punya warna dan kebaikan tersendiri, tapi itu tak benar.
Hari ini, biarlah, dia labuhkan seluruh ego yang dia temui pada bunda di pusaranya. Bukan untuk memberatkan bunda, dengan keegoisan mahluk Bumi. Hanya ingin bunda tahu, Puteri paling dinginnya sudah bisa merasakan emosi orang lain.
Lemahnya, beda cerita dengan emosinya sendiri. Yang suka berubah rubah.
Awalnya, Hujan Rinjani ingin pergi bersama Shofi. Tapi, Shofi mengabari bahwa ia sedang sangat tidak bisa.
Untunglah, selamat Shofi!!!!! Kali ini kau tidak akan melihat air mata Hujan Rinjani yang melemah.
* * *
Bunda:).
Hujan kembali, masih dengan sejuta rindu yang sama.
Jangan anggap aku berdosa ya Bun, karena menghilangkan semua tentang Rinai.
Hatinya sudah tewas Bun, tak ingat lagi pada kita.
Tapi Bun, bagaimana jika suatu saat dia kembali? Aku harus apa Bun? Hiks:'( apakah hidup akan lebih berat bun jika dia kembali?
Maaf ya bun, maafkan air mata kelemahan ku ini, bunda aku sungguh rindu:'(.
Andai kau di sisiku Bun, tak perlu ada episode selanjutnya dalam kisah ini.
Tapi beratnya, cepat sekali kau meninggalkanku bunda.Walau aku tahu, semuanya tetap harus berjalan kan Bun:'(.
Ya Bun, akan kujalani untukmu.
-Hujan Rinjani
* * *
Sudah cukup, air mata yang tiada henti membuat rona Hujan Rinjani memburuk. Dia bergegas keluar dari blok pusara bunda.
Sesekali dia mengusap air mata yang masih berjatuhan. Matanya sembab, bibirnya memucat. Bisa dilihat, sembilu belum tenggelam dari ronanya.
Tiba-tiba hujan turun, hujan memang selalu tiba-tiba untuk kisah ini. Tapi kali ini, mungkin, Bumi juga sedang membutuhkan asupan dari langit.
Cepat sekali, petrikor mulai menguasai tanah tanah Bumi. Kesembiluannya bertambah, mengingat ada banyak fakta yang harus dia terima, pun hujan ini usai nanti.
Di persimpangan, lelaki yang tak kalah dingin dari air hujan, beralih menatapnya.
Hujan yang belum deras itu, belum menyembunyikan air mata Hujan Rinjani. Hujan Rinjani tak menyadari keberadaan lelaki itu, dia tetap berjalan, sampai lelaki itu menahan lengannya, tiba-tiba hujan menderas.
Barulah Hujan Rinjani menyadari keberadaan lelaki itu.
"Ikut." Titahnya pada Hujan Rinjani. Dia menarik lengan Hujan Rinjani, tapi Hujan Rinjani menolak.
"Tolong, jangan ganggu gue." Lirihnya.
Suaranya samar, kalah oleh suara hujan yang menderas. Lelaki itu melepaskan genggamannya. Hujan Rinjani terdiam di tempatnya, wajahnya menunduk lesu, hujan memberikan sedikit pijatan pada belakang kepalanya. Lelaki itupun ikut diam, dengan matanya yang tak berhenti menatap Hujan Rinjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak pernah usai.
Teen FictionMon, 16th November #1st of Shofi #1st of Penyukahujan #2nd of karyapertama Wed, 18th November #1st of karyapertama Thurs, 3rd December #2nd of Halte Hujan Rinjani adalah cewek antik penyuka hujan. Dia percaya bahwa tak ada yang lebih menyenangkan se...