Hai, setelah sekian hari, maaf buat kalian menunggu.Kemarin aku berjanji, pun tanpa menyebutkan kapan hari H nya. Tapi, yang pasti terima kasih untuk 1k yang sangat mengharukan bagi anak kecil ini.
Dan hari ini, mulai part ini dan setelahnya (maaf bocorin) satu persatu hal yang perlu dibongkar akan aku bongkar.
Putar-putar memori kalian ya beybs <3 me love you ^3^
*
/Hujan, jangan marah/
Hujan Rinjani mengucek kecil matanya, saat sinar matahari mulai naik menyelipi gorden jendela.
Weekend ini, Hujan Rinjani berencana untuk melakukan kencan romantis dengan tilamnya.
Tapi, saat baru saja ia menembus dimensi mimpi, mentari seakan terasa cepat sekali menyapa.
Ternyata Hujan Rinjani sudah bisa merasakan lelahnya menyibuki diri. Apalagi ketika sebuah kesibukan itu mengarah kepada energi positif yang nyata.
Ya, meski tak jarang, menjadi tokoh dalam jabatan terhitung sedikit berat.
Hanya, selagi menyanggupi, Hujan Rinjani dengan senang hati menjalani The new experiences itu.
Pun begitu, Hujan Rinjani juga selalu menyempatkan diri untuk tak meninggalkan momen-momen larut bersama hujan.
Dan hujan memang selalu mengejutkan. Tanpa aba-aba bisa saja langsung melawat, mungkin sekalian menuntaskan rindu yang telah lama terbelenggu di atas sana.
Hujan Rinjani mengucek matanya sekali lagi. Ia menyibak selimutnya dan beranjak untuk menyelesaikan masalah dahaga dengan, paling tidak, secangkir air putih.
Ia duduk di hadapan jendela yang gordennya masih terbuka sedikit.
Setiba-tiba, satu hal baru lagi, tertambah dalam daftarnya.
Ternyata saling bertukar sapa dengan mentari di balik gorden tak kalah seru dengan menghabiskan waktu mengobrol dengan hujan.
DRRTTT DRRTTT
Mas Dewa is calling...
Hujan Rinjani meraih ponselnya yang berdering. Entah kenapa, ia malah mengulur waktu untuk tersenyum dulu saat melihat nama "Dewa" tertera di layar ponselnya.
"Hah? Kenapa Wa?"
"Kamu baru bangun tidur ya? Makanya lama gitu, jawabnya?"
"Eh? Suaranya masih kaya baru bangun? Padahal udah minum." jelas Hujan Rinjani.
"Oh jadi benar, baru bangun tidur."
"Nggak juga sih Wa. Udah hampir setengah jam yang lalu. Btw, udah deh jangan basa-basi. Kenapa?"
Tawa Dewa pecah dari sambungan seberang.
"Jangan galak-galak, kamu." Dingin Dewa setiba-tiba.
Hujan Rinjani tersentak mendengar nama bicara Dewa yang seketika berubah. Dan canggung pun menerpanya. Rasanya, Dewa baru saja tertawa dan langsung berubah dingin.
(Kaya power ranger, btw)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak pernah usai.
Teen FictionMon, 16th November #1st of Shofi #1st of Penyukahujan #2nd of karyapertama Wed, 18th November #1st of karyapertama Thurs, 3rd December #2nd of Halte Hujan Rinjani adalah cewek antik penyuka hujan. Dia percaya bahwa tak ada yang lebih menyenangkan se...