Hello hai, kami come back ya.Hei mata-mata yang masih bersembunyi, jangan lupa kepeleset di bintang ya. Follow sekalian dong, biar jelas stay tune-nya sama kekarye aku.
Sayang kalian, semoga hari kalian selalu menyenangkan, dan tetap jaga kesehatan.
*
2 bungkus nasi goreng, berada dalam satu kantong di genggaman Garaa.
Setelah 15 menitan menunggu, Garaa mulai melancarkan aksinya.
Jurus spam tingkat tinggi. Keahlian yang tiba-tiba ia miliki karena seorang Hujan Rinjani.
Setiap langkahnya, yang dimulai belok kanan dari kafe, setara dengan tiap pesan spamnya, dan hanya akan berhenti, ketika Hujan Rinjani sudah tepat di depan matanya.
Garaa es batu.
Gue bentar lagi sampai, Jan.
Pokoknya lo harus bayar!
Gue bawa nasi goreng spesial!Ini udah setengah gang gue telusuri. Pagar rumah Lo udah kelihatan.
Eh, tapi kok pagarnya kebuka?
Lo gak ngunci pagar?
Gak takut kalau ada orang asing masuk?Atau Lo lagi nungguin gue?
CIE NUNGGUIN!
Jan, Lo ke mana sih?!
Kenapa ga Lo read bremsk?!
Astaghfirullah, Hujan?! Ini gue udah mau sampai, sambut dong?!Dan, langkah Garaa terhenti persis di depan pagar yang terbuka.
Sebagaimana terkejutnya Hujan Rinjani ketika mendapati orang yang berbeda, Garaa-pun terpaku karena keterkejutan.
Ia menggenggam kuat plastik nasi gorengnya. Dan matanya, jika diilustrasikan, tengah berkobar-kobar api.
Tapi Garaa tetaplah Garaa. Seriang apapun ia ketika bersama Hujan Rinjani, bak batu es yang meleleh begitu saja saat bersama panasnya.
Dan siapapun selain itu, apapun tindakan orang lain yang mungkin mengesalkannya, aura dingin tetap setia meliputinya.
Seperti itulah kiranya, cara Garaa menetralkan kegebuan rasanya, juga menenangkan dirinya sendiri.
"Hei Gar!"
"Dari mana aja bro? Seharian gue gak ada liat batang hidung Lo."
Qausar Dewa Alam.
Menyambut Garaa yang masih terpaku di pagar. Memberikan tepukan sekilas pada bahunya, lantas mempersilahkan Garaa masuk. (Seakan rumah Hujan Rinjani sudah seperti rumahnya saja)Hujan Rinjani tersenyum kaku, kikuk.
Garaa, tetap pada tujuannya, memberikan seporsi nasi goreng spesial untuk Hujan Rinjani. (Bahkan lupa buat minta Hujan Rinjani bayar)Dewa menatap tajam sodoran kotak nasi goreng, yang tanpa pikir panjang langsung Hujan Rinjani terima.
"Lo lupa apa ya Wa? Gue kan ada tinlap di malang. Bukannya Lo yang ngusulin?" sergah Garaa dingin.
Dewa beralih tatap pada wajah Garaa yang mendatar.
"Eh, btw, Hujan ga bilang kalau ada Lo. Jadi ya ga kebagian lo-nya."
Dewa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kelihatan sekali, bahwa tiba-tiba ia gusar.
"Lo, udah makan Wa?"
Hujan Rinjani memecah semacam perang dingin antara Garaa dan Dewa.
Dewa menghangat, hilang sudah kegusarannya. Ia merasa lebih rileks, lalu mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak pernah usai.
Fiksi RemajaMon, 16th November #1st of Shofi #1st of Penyukahujan #2nd of karyapertama Wed, 18th November #1st of karyapertama Thurs, 3rd December #2nd of Halte Hujan Rinjani adalah cewek antik penyuka hujan. Dia percaya bahwa tak ada yang lebih menyenangkan se...