Suasana kelas yang biasanya ribut, kali ini mendadak hening. Satupun tak ada yang berani mengeluarkan suara dari mereka, mata mereka sibuk menatap ke arah bawah atau kedepan. Suasana terasa mencekam sekitar, bahkan derit kursi tak ada terdengar sedikitpun.
Sebagian dari mereka sibuk memainkan jari, ada juga yang memainkan pena, ada juga yang hanya diam membatu. Hening dan sunyi mengonsumsi mereka, membawa mereka kepada keadaan dimana yang terdengar hanya detak jarum detik dari jam di dinding.
Apa yang sebenarnya terjadi sekarang?
Jawabannya adalah mereka sedang menonton film horor berjudul La Llorona. Film horor itu bercerita seorang perempuan yang tidak sengaja membunuh anaknya sehingga ia dikutuk, menjadikan perempuan itu hantu yang mencuri anak-anak karena ia menganggap mereka adalah anaknya.
Masih pada suasana hening karena masih fokus pada laptop milik Chan, hingga sebuah jumpscare tidak terduga tiba.
"ANJING WOY!"
"AAAAAKKKKKKK!"
"ASTAGHFIRULLAH YA ALLAH YA TUHANKU!"
"Gendeng lu woy!!!"
Hilang sudah semua hening dan sunyi.yang menggerogoti mereka, semuanya berganti menjadi pekikan heboh, umpatan kesal, serta teriakan mengerikan. Hyunbin yang memilih tidur dengan alasan sudah menonton film itu sampai terbangun kaget, sejenak ia berpikir ada kebakaran atau kemalingan. Tapi, sesaat kemudian ia tahu kalau suara itu berasal dari pekikan teman-teman yang sedang menonton film.
"Kaget gua, bangsat," monolog Hyunbin kemudian mencoba tidur kembali.
"Pindah kesana aja, Bin. Berisik banget disini," ujar Saerom. Sekarang udah enggak jauh-jauhan lagi.
Roa bagian tim sudah nonton, hanya menikmati chips-nya sambil menonton temannya yang lagi heboh banget. Jujur saja, Roa sering bertanya-tanya tentang hubungan anak-anak dikelas ini. Entahlah, tampaknya banyak sekali yang cinta lokasi, Roa tak dapat berpura-pura tidak melihat itu. Ia sebagai si pengamat tetap, sedikit banyak merasa penasaran.
Apa yang mereka sembunyikan? Perasaan apa yang mereka rasakan?
Roa tak mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Bukan hanya ia yang bertanya, bahkan pacarnya Younghoon, sering salah mengartikan kedekatan teman-temannya ini. Padahal mereka murni hanya berteman, tapi tidak tahu juga apakah ada yang menyimpan perasaan atau tidak. Makanya, tidak heran memang jika beberapa perempuan di kelas ini memilik banyak musuh di luar sana.
Contoh saja Rose dan Solbin, mereka sering menjadi bahan gunjingan kakak maupun adik kelas di luar sana. Mulai dari keganjenanlah, inilah, itulah, sampai-sampai Roa yang muak mendengarnya. Roa tahu jika kedua gadis itu tidak seperti itu, Roa juga tahu bahwa itu semua hanyalah keakraban mereka semata. Bukankah kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari sampulnya saja? Bukankah kita tidak tahu apa yang ada di balik sikap mereka? Bukankah kita tahu bagaimana perasaan mereka?
Lalu mengapa kita dengan seenak hati berbicara macam-macam tentang mereka?
Kita tidak punya hak untuk itu.
Berbicara menilai seseorang dari sampulnya saja, mendadak Roa teringat pada Junhoe dan Winwin. Dua pemuda yang mempunyai sifat sangat bertolak belakang itu benar-benar tidak seperti kelihatannya. Junhoe yang sering dicap sebagai fakboi berkat perlakuan manisnya terhadap perempuan, serta Winwin yang sering dipuji berkat kerajinannya.
Lagi-lagi mereka salah. Kedua pemuda itu tidak demikian. Junhoe manis pada perempuan karena memang begitu adanya, belum pernah sejauh ini ia lihat laki-laki itu membuat hati seorang perempuan patah. Meski Roa tak tahu juga berapa banyak hati perempuan yang patah sendiri karena mereka menaruh perasaan tak terbalas pada pemuda itu. Lalu itu salah siapa? Salah Junhoe yang bersikap manis kepada mereka? Atau salah mereka yang dengan sendirinya meletakkan hati diwadah perasaan Junhoe tanpa pemuda itu minta?
Belum lagi Winwin. Pemuda kaya raya itu jelas tidak serajin itu, ia masihlah pemuda normal layaknya kebanyakan anak laki-laki lainnya. Sering nongkrong, mencontek pr, dan juga bermalas-malasan. Lalu mengapa mereka menilai berbeda anatara kedua manusia ini? Kenapa manusia amat suka membanding-bandingkan sesuatu? Apa mereka berhak menilai hidup seseorang?
Kadang, Roa suka merasa kesal sendiri. Hei, Junhoe tidak seburuk kelihatannya dan Winwin tidak sebaik itu pula. Mereka mempunya plus-minus pada diri masing-masing, tidak perlu dibesar-besarkan karena itu adalah sinar mereka. Mereka akan bersinar melalui kurang dan lebih itu, lalu apa hak kita untuk menilainya? Kita bukan Tuhan.
"WAAAAA, FAKFAKFAKFAK!!!"
Hampir saja jantung Roa lepas dari tempatnya saat mendengar teriakan histeris Bambam. Karena dekat dengannya segera saja Roa pukul bahu pemuda itu menggunakan tempat pensil Gyuri yang bebas tergeletak diatas meja.
Terdengar Bambam mengaduh kesakitan sehingga menyebabkan kotak tawa beberapa temannya lepas ke angkasa. Mereka membiarkan tawa itu bercampur dengan melodi menyeramkan dari film, menyebabkan sebuah harmoni aneh terdengar di rungu masing-masing.
"Roa kok diem aja dari tadi?" tanya Jihyo yang duduk di dekatnya, menjauh sedikit dari kerumunan karena tak berani menonton film horor—meskipun ia sedikit kepo dengan ceritanya.
"Lagi jadi pengamat, Hyo," jawab Roa masih sibuk menyantap chips kentang beperisa rumput laut itu.
"Enak ya mengamati orang? Menerka tentang pikiran mereka, menebak bagaimana mood mereka hari ini," ujar Jihyo sambil menatap teman-teman mereka yang kembali diam, tampak fokus pada tontonan didepan.
"Bener," Roa menyetujuinya tidak menampik fakta yang memang begitu adanya.
"Apa kita masih bakal bisa gini lagi seandainya udah kelas tiga, ya?" tampak Jihyo menerawang jauh, memikirkan tangga awal masa depan tak jauh didepan sana.
"Gue gak tahu, Hyo," geleng Roa.
Mereka benar-benar tak tahu bagaimana kedepannya. Beberapa langkah lagi mereka sampai di perhentian terakhir masa putih abu-abu, tak lama. Kelas tiga akan disibukkan dengan semua kegiatan menuju jenjang lebih tinggi lagi, hal-hal seperti ini tampaknya akan sulit terjadi.
Oleh karenanya Roa suka hari ini, hari dimana mereka tertawa dan bercanda, mengeluarkan segala jokes garing yang sangat aneh, memaksa kotak tawa yang jarang terpakai lepas mengudara.
Hari ini, mereka akan bahagia layaknya hari esok tak akan pernah tiba.
----
haiii selamat malam 🌸🌸
jangan lupa vomment yaww
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate 2.0 ✓
Humor"Gak ada yang namanya kelas buangan, kita bisa nunjukin kalau kita lebih mampu daripada mereka!" -97 line(s) ©winniedepuh, 2019