1) Mas, bisa tolong tutup pintunya?

11.5K 1.3K 514
                                    

Laki-laki yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponsel, menoleh ketika melihat Bi Nuni---pembantu rumah tangganya yang baru---datang bersama seorang perempuan berkepang dua yang membawa tas gendong serta tas tenteng berukuran besar.

"E-eh? Itu siapa, Bi? Ngapain dibawa masuk ke dalam rumah?" tegurnya sambil menunjuk perempuan yang memakai kaos oblong dan celana jeans panjang. "Jangan asal masukin orang ke sini, ini bukan tempat penitipan orang terlantar!" ketusnya.

"Dia anaknya Bi Darmi, Mas. Ibu bilang mulai sekarang bakalan tinggal di sini bareng kita."

"HAH?" Narendra---yang biasa dipanggil Rendra, refleks berdiri dan mendekat ke arah kedua orang yang masih diam di tempat. Dia memerhatikan perempuan asing yang datang ke rumah dari atas ke bawah. "Mami udah gila, ya? Ngapain coba anak Bi Darmi dibawa ke sini? Bikin susah aja!"

Perempuan dengan rambut panjang berkepang dua itu menatap sinis Narendra, membuat laki-laki berusia 17 tahun ini membalasnya dengan melotot.

"SIAPA LO BERANI NATAP GUE BEGITU? GAK SOPAN!"

"Heiiii, ini kenapa kok ribut-ribut?" Orang yang merupakan nyonya besar di rumah ini, datang dari dalam. "Wah, ini Nara, kan?" Dia mendekat, kemudian saling melempar senyum dengan perempuan berkepang dua itu.

"Iya, Tante. Assalamualaikum." Dia mengulurkan tangan lebih dulu ke arah mami, kemudian menyalami tangan wanita baya beranak dua di depannya.

"Waalaikumsalam, Sayang," ucap mami, mengelus-elus rambut hitam Nara. "Btw, don't call me like that. Call me Mami. Panggil Mami."

"Oke, M-mami."

"Good girl." Setelahnya, dia kembali menatap anak laki-laki yang lahir pertama di keluarga Janitra. "Kamu udah kenalan belum sama Nara, Mas?"

Narendra yang mendengar itu, berdecih. Drama apa ini?

"Ngapain? Gak perlu."

"Mas, Mami gak suka ya kalau sikap kamu begini."

Narendra menyilangkan kedua tangan ke dada, lalu mengalihkan pandangan ke mami. "Terus Narendra harus bersikap kaya gimana, Mam? Hm?"

"Lebih sopan lagi. Nara ini juga akan jadi bagian dari keluarga kita mulai sekarang. Anggap dia kaya saudara kamu sendiri, ngerti?"

"Hh." Narendra mengangkat satu sudut bibir ke atas, tersenyum meremehkan. "In your dream, Mam! Sampe kapan pun, dia akan tetap jadi orang asing di sini. Gak ada tempat buat orang kaya dia di keluarga Janitra."

"Mami serius, Mas. Kalau kamu gak bisa bersikap baik sama Nara, jangan salahin Mami kalau besok semua fasilitas kamu dicabut."

"MAM? ARE U KIDDING ME?"

"No, no, no, baby boy," balas mami, gak mau dibantah. "Oke, Bi Nuni ... tolong bawa si cantik ini ke kamar, ya? Nara, kasih tas yang kamu pegang itu ke Rendra. Biar dia yang bawa."

"WHAT?" Lagi-lagi, Narendra ngegas. "MAM? WHY ARE U DOING THIS TO ME? Buat apa memperkerjakan banyak orang kalau Mami masih suruh Rendra?"

"Gak terima komentar apa pun. Kalau kamu masih mau asetmu aman besok, lakuin aja," sahut mami enteng. "Cepat kasih ke dia, Nara."

Ragu, perempuan berkepang dua yang memiliki mata bulat ini memberikan tas miliknya yang langsung diambil paksa secara kasar. Narendra berjalan lebih dulu dengan wajah tanpa ekspresi, sementara Nara mengikuti di belakang bersama Bi Nuni.

"Non gak usah diambil hati omongannya Mas Rendra, ya? Anaknya emang begitu," bisiknya.

Nara mengangguk. "Saya gak marah, Bu. Wajar kalau masnya shock pas tau rakyat jelata kaya saya tiba-tiba masuk ke keluarga Janitra. Saya sendiri juga gak nyangka bisa masuk ke rumah ini. Kaya mimpi."

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang