02. Canggung

3.2K 306 4
                                    

Jisoo menjawab cepat "ah permisi tuan, mini bus kami bannya pecah dekat sini, ada penumpang bayi dan manula apa boleh kami berteduh sejenak"

Tatapan mata pria itu teralihkan sejenak seperti menimbang nimbang, lalu kembali menatap mino dan jisoo yang sedang berharap harap cemas "baiklah, akan ku bukakan pintu, ajak mereka kemari"

Dengan bersemangat jisoo menjawab
"terima kasih tuan.."

Jisoo dan mino kini kembali kerumah itu bersama penumpang yang lainnya terkecuali supir dan suami si pemumpang wanita yang masih memperbaiki ban. Mereka dipersilahkan duduk diruang tamu yang terdapat penghangat ditengah nya, jisoo hanya bisa bertanya jawab dengan pikirannya sendiri karena rumah itu terlalu rapih, bersih dan besar untuk berada ditengah perhutanan seperti ini.

"silahkan diminum.."

Suara seorang pelayan wanita paruh baya itu memecah suasana hening, ia tersenyum sopan menyuguhkan cangkir berisi teh hangat untuk mereka semua.

Saat sedang meminum teh hangat yang telah disuguhkan, ibu dari si bayi dengan suara berbisik bertanya kepada jisoo "permisi, bisa tolong menggendong anak ku? perut ku sangat sakit, aku mau ke toilet sebentar"

Jisoo segera menadahkan tangan seraya tersenyum mengiyakan permintaan si ibu, lalu digendong nya bayi perempuan yang sedang tertidur nyenyak berbalut selimut yang lembut itu, si ibu segera bergegas meninggalkan jisoo dan bayi nya untuk pergi ketoilet.

Jisoo tersenyum saat melihat wajah bayi lucu yang sedang ia gendong, jisoo merasa gemas sampai-sampai ia tidak bisa berhenti tersenyum. Ternyata sedari tadi mino sedang memperhatikan ekspresi wajah jisoo yang tersenyum lembut pada bayi itu, membuat hati mino menghangat dan tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak ikut tersenyum. Wajah putih cantik nan halus, dengan bibir tipis yang membetuk hati dan rambut panjang sedikit bergelombang milik jisoo, akan membuat pria dimanapun terpikat dan sulit melepaskan pandangannya dari sosok indah itu.

Bukan hanya wajah dan penampilan jisoo yang sangat indah, hatinya pun sama halnya, jisoo tidak pernah segan membantu orang lain yang butuh pertolongan, walupun hidup jisoo hanya sebatang kara setelah memutuskan pergi dari panti asuhan yang telah merawat dan membesarkkannya, ia tidak pernah lupa untuk selalu berkunjung disela-sela kesibukkannya berkeja diyayasan pusat pendidikkan di seoul, jisoo pun selalu mendonasikan separuh gaji nya untuk membantu panti asuhan yang ia telah anggap seperti rumah nya itu.

Suara tangisan bayi memecah keheningan dirumah itu, jisoo dengan panik berdiri sambil mengayun-ayunkan pelan bayi yang digendongnya, karena suara bayi itu sangat nyaring membuat sang empunya rumah sedikit terganggu, dari kejauhan ia melihat jisoo yang sedang panik sambil menepuk-nepuk pelan punggung bayi itu. Setelah sekian lamanya rumah itu sepi dan tenang taehyung belum pernah mendengar suara yang begitu kencang dan mengganggu kecuali suara badai hujan dan petir.

Taehyung lantas menyuruh pelayan nya untuk mengantar jisoo dan bayi itu ke kamar tamu yang tentu saja kedap suara dan lebih hangat. Jisoo pun dengan patuh mengikuti si pelayan, sesaat ia sampai dikamar yang berukuran sedang namun sangat rapih dan bagus itu, jisoo mengedarkan pandangnya sembari sedikit kagum. Bahkan kamar nya saja di seoul tidak sebagus dan serapih itu, lalu si pelayan dengan sopan permisi meninggalkan jisoo untuk menenangkan bayi itu.

Last Chance  -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang