"Aduh"
Alleta memegang kakinya yang tadi jatuh, ia oleskan minyak di kakinya dan sedikit memijatnya pelan. Dia berharap kakinya cepat sembuh, dan rasa sakitnya pun hilang.Sekarang Alleta sudah berada di rumahnya, sudah sekitar sepuluh menit yang lalu Alleta sampai di rumah. Rapat tadi sedikit lama biasanya hanya setengah sampai satu jam tapi tadi hampir dua jam lamanya. Apalagi Pak Agus meminta Alleta untuk menjelaskan tentang visi dan misi yang harus di sampaikan senin depan saat upacara bendera.
Alleta mengambil gelas yang ada di atas nakas dan meminumnya, menenggaknya hingga setengah gelas. Rasanya sangat lelah hari ini, walaupun pulang lebih awal tapi dari tadi dia harus berdiri dan menjelaskan.
Alleta mengambil hpnya yang sedari tadi pulang sekolah belum ia buka sama sekali. Saat rapat tadi dia hanya memakai laptopnya saja, hpnya tak terpakai sama sekali. Seluruh pesan email masuk ke laptopnya. "gara gara dia nih kan jadi gini" ucap Alleta sambil mengurut kakinya pelan dan tangan kanannya yang menggulir layar hpnya untuk mencari musik yang tepat saat ini. Alleta sangat suka mendengarkan musik ketika di rumah, saat dia menemukan musik yang tepat dia menekan tombol play dan membiarkan lagu ini mengalun indah di kamarnya.
Alleta turun dari kasurnya dan berjalan menuju meja belajarnya untuk mengambil tas sekolahnya, Alleta mengambil sesuatu dan yang ia ambil adalah buku novel. pasti Alleta akan menghabiskan siang ini sampai malam membaca novel. Masih ada dua buku novel yang masih tersegel di atas meja belajarnya. Alleta baru kemarin membelinya, dia sangat suka membeli novel dan membacanya.
Mungkin nama Sastra yang di berikan oleh mamanya turun kehati Alleta hingga dia bisa mencintai Novel dan buku sastra lainya. Gadis itu duduk di sofa kamarnya yang berlatar belakang langsung pemandangan komplek perumahanya, ia membaca novel sambil menikmati alunan musik yang mengisi keheningan ruangan ini.
•••
Malam ini Alleta tertidur pulas di sofa, dan tanganya masih memegang buku novel yang ia baca. mungkin Alleta tertidur ketika membaca novel itu. Entah dari kapan dia tidur di sana, tapi yang pasti musik yang mengisi ruangan ini sudah tak terdengar lagi.
Tak ada yang membangunkan Alleta malam ini, pasti dia akan bangun tengah malam nanti. Alleta memang tinggal sendirian di Jakarta. Mama dan papanya sedang keluar negeri tiga minggu yang lalu, jika ingin maka Alleta akan ikut dengan mereka tapi dia sudah sering liburan ke luar negeri jadi dia tak terlalu ingin ke sana lagi. Bagi Alleta satu kali saja sudah cukup walaupun dia bisa ke sana berkali kali.
Jari Alleta bergerak dan mata Alleta dengan pelan terbuka mengedarkan pandanganya dan ia mengenali ruangan ini, kamarnya. Alleta bangun dan duduk, dia mengucek mataknya karena terasa masih mengantuk dan pedas. Gadis itu melihat ke jam dinding yanga ada diatas pintu kamar mandi dan jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh, Alleta belum makan siang tadi pantas saja dia sangat lapar. Tapi tak ada bahan masakan di dapur, gadis itu berniat untuk memesan makanan lewat delivery saja.
Sambil menunggu pesanan nya sampai, Alleta mau mandi sebentar dia tak kan lama mandinya, hanya butuh waktu sepuluh menit saja. Setelah selesai, Alleta keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah fresh dan harum. Dia memilih turun ke bawah untuk menunggu makanannya sampai, tak lama akhirnya pesanannya datang.
Alleta langsung mengeluarkan kotak makanan dari dalam kantung kresek berlogo restaurant tempat Alleta memesan makanan itu. Karena sudah sangat lapar, Alleta langsung melahapnya hingga habis tak bersisa. Gadis itu meminum minumanya dan membawa kotak makan itu ke dapur untuk membuangnya ke tempat sampah.
"alhamdulillah" ucap Alleta ketika perutnya sudah kenyang.
ting tung... ting tung... ting tung...
Alleta mendengar bel rumahnya berbunyi tiga kali, dirinya langsung berjalan ke arah pintu utama dan melihat siapa yang datang malam malam begini. Mata Alleta menangkap seorang gadis yang ia kenali berada di depanya saat ini. "hay!" sapa Lio. Ya memang Lio yang datang kerumah Alleta malam malam seperti ini.
"masuk" ajak Alleta dan Lio masuk ke dalam rumah Alleta.
Mereka duduk di sofa ruang tamu, Alleta tak perlu mengambilkan minum karena di meja sudah ada kemasan air mineral gelas, dan jikapun Lio meminta jus pasti akan Alleta buatkan. "Gue nginep di sini ya ta" ucap Lio. Alleta heran, kenapa sahabatnya ini mau menginap di sini tanpa bilang lebih awal. Biasanya Lio akan bilang di sekolah jika dia akan menginap di rumah Alleta. "iya boleh. tapi kok tumben sih lo gak bilang sama gue tadi di sekolah?" Tanya Alleta heran.
Lio menghela nafasnya dan menundukan kepalanya, gadis itu terlihat sangat sedih. mungkin ada masalah denganya. "nyokap sama bokap berantem lagi, aku gak kuat lagi denger mereka berantem terus hampir setiap hari" ucap Lio, benar dugaan Alleta. pasti sahabatnya ini sedang ada masalah mendadak hingga dia memutuskan untuk menginap di rumah Alleta.
"yang sabar ya li, gue tau pasti mereka sedang di beri cobaan dalam rumah tangga." ucap Alleta dan memeluk Lio yang sedari tadi sudah meneteskan air matanya. Alleta meminta Lio untuk ikut denganya ke kamarnya dan istirahat.
Gadis itu membawa martabak telur ke rumah Alleta, dia tahu Alleta suka dengan martabak telur makanya dia selalu membawakan makanan itu ketika ingin ke rumah Alleta. Mereka memakan martabak telurnya dengan pelan, bahkan kunyahan mereka tidak terdengar satu sama lain. Alleta bisa melihat jika Lio sedang melamun, sudah dari tadi dia melamun pasti memikirkan masalah papa sama mamanya.
"li?" panggil Alleta sambil menyentuh pundak Lio.
Lio mendongakan wajahnya dan tersenyum tipis ke arah Alleta, gadis itu tak bisa membohongi Alleta jika dia sedang sangat rapuh sekarang. "cerita sama gue li, ada apa dengan bokap sama nyokap lo?" tanya Alleta meminta Lio agar menceritakan semuanya ke Alleta, Alleta tau Lio tak bisa memikirkan masalah ini sendirian. Saat di sekolah Lio tak terlalu memikirkan ini karena dia bisa membagi waktunya dan terlihat baik baik saja, tapi ketika di rumah gadis itu tidak baik baik saja, dia butuh teman.
"gimana ya ta, jika nanti bokap sama nyokap pisah?" tanya Lio tanpa menatap wajah Alleta, gadis itu masih menundukan kepalanya sambil menangsi, beban yang ada di fikirannya terlalu banyak. seharusnya mereka bisa mengontrol emosi mereka dan tak memperlihatkanya di depan Lio.
Lio adalah anak semata wayang mereka. Entah apa masalah mereka hingga membuat mereka seperti ini dan membuat Lio menjadi korban mereka berdua. Jika sampai mereka pisah maka hidup Lio akan hancur, Sahabatnya ini sangat menyayangi orang tuanya walaupun mereka saling sibuk dan tak ada kabar, tapi rasa sayang Lio tak kan pernah berubah.
Alleta meraih dagu Lio dan meminta agar dia manatap nya. Alleta menggelengkan kepalanya sebagai isyarat jika itu tidak mungkin. "jangan mikir yang aneh aneh dulu li, seharusnya lo mikir gimana caranya agar mereka tuh gak berantem lagi" ucap Alleta dan sepertinya akan ikut menangis, Lio bisa melihat bahwa air mata Alleta sudah terbendung jelas di matanya pasti sebentar lagi akan jatuh dan menetes di pipinya.
Lio memeluk tubuh sahabatnya itu, ia tak tau harus bagaimana lagi jika tidak ada Alleta. hanya dia sahabat satu satunya, jika Alleta pergi dia akan sendiri dan tak kan ada lagi teman yang bisa dia ajak bicara.
•••Novelleta#3•••
Jangan Lupa VOTE ya🙏
- follow ig @dilanrhikmah._
- dila :) 21 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVELLETA | Novel is my Life [END]
Teen FictionNovelleta [COMPLETED] Typo bertebaran [Belum direvisi] start : 21 APRIL 2020 finish : 20 MEI 2020 •Alleta Sastra Maharani •Raka Brama Noveltino Bagaimana jika seseorang di dalam kehidupan skenario hadir di dalam hidup kita. Bagaimana jika sikap bu...