Novelleta #22

139 30 0
                                    

Novel membanting tubuhnya sendiri di kasur king size nya. Semua badan nya terasa sangat sakit. Suasana rumah sangat sepi. Apa ada makanan di rumah atau kah tidak.

Novel bangkit dan turun dari kamarnya dengan lift menuju dapur. Tak ada makanan di atas meja, hanya ada buah dan air minum saja.

"bi!!!" teriak Novel dan bibi di rumahnya datang.

"iya den" ucap bibi itu.

"buatin Raka makanan dong, nanti jam tujuh Raka turun." Ucap Raka.

"Baik den" Ucap bibi itu.

"oh ya bi. Papa sama mama belum pulang?" tanya Novel.

"Tuan sudah pualng den. Beliau sedang duduk di taman  samping" Ucap nya.

Tanpa berterima kasih Novel pergi menuju taman samping rumahnya. Di sana ada kolam renang dan sofa, juga ada ayunan kecil di bawah pohon mangga.

Raka melihat papanya sedang membaca koran di sofa dan di temani secangkir kopi. "Pa!" panggil Novel dan membuat Heru menoleh ke arahnya.

"Raka!" Balas Heru saat melihat Novel datang ke arahnya.

Novel duduk di samping Heru, sudah lama dia tak melihat papa nya ada waktu luang dan duduk di rumah. Biasanya hanya tengah malam Heru di rumah dan pagi pagi harus pergi lagi.

"Raka kangen sama papa". Ucap Novel dengan cepat sambil menatap Heru.

"Papa juga ka" Ucap Heru.

Heru meletakan koranya dan berdiri. Novel mengikutinya dan langsung memeluk tubuh Heru. Sudah satu bulan kemungkinan Novel tak memeluk Heru, jangankan memeluk mencium tanganya saja tidak pernah.

"Papa gak pernah di rumah buat Raka. Papa di mana sih sebenernya?. Raka juga pernah ke kantor tapi papa gak ada" Tanya Novel.

"Satu minggu terakhir papa ke Bandung ngurus kantor cabang di sana. Terus semua urusan udah selesai, jadi papa bisa di rumah sekarang" Ucap Heru.

"Papa tau gak kalo Raka lebih butuh papa dari pada fasilitas yang papa berikan. Raka tau kasih sayang orang tua lebih besar dari seluruh apa yang mereka berikan. Dan Raka hanya mau papa sering di rumah, jangan terlalu sibuk kerja untuk memenuhi fasilitas Raka. Raka butuh papa sama mama dari pada fasilitas ini semua pa" Ucap Novel.

Entah dari mana Novel mendapatkan ide pemikiran seperti ini. Mungkin dari kejadian tadi siang di rumah Lio, Novel jadi lebih sadar bahwa dia sangat beruntung masih memiliki orang tua yang menyayanginya.

Heru tersenyum melihat anaknya yang sudah lumayan dewasa walaupun belum sepenuhnya. Heru menepuk pundak Novel dan kembali duduk di sofa.

"Papa sama mama udah sepakat buat di rumah selama satu bulan. Kita berdua akan berhenti bekerja selama satu bulan" Ucap Heru sambil mengambil cangkir kopi.

"papa serius?" tanya Novel dan di balas anggukan dari Heru.

Novel ingat kalau dia ada perjanjian dengan Regan. Dan dia sudah kalah, selama satu bulan Novel belum bisa membuat Alleta jatuh hati denganya. Novel harus menepatinya. Dia harus membelikan Regan mobil yang sama seperti miliknya dan mengizinkan Regan untuk tinggal di rumahnya.

"Pa! Satu bulan yang lalu Raka ada perjanjian sama Regan. Siapa yang kalah harus menuruti kemauan sang musuh. Dan Raka kalah. Regan minta ke Raka buat beliin dia mobil yang sama seperti milik Raka dan biarin dia tinggal di sini selama mau dia" Ucap Novel ragu.

Dia takut jika Heru tak kan mengizinkanya ataupun malah memarahinya.

"Regan? Regan anaknya Pak Tunggal itu?" tanya Heru dan di balas anggukan oleh Novel. "Nggak masalah bagi papa. Dia juga sahabat kamu kan?" tanya Heru.

"Jadi papa ngizinin Regan tinggal di sini dan ngizinin Raka buat beliin dia mobil yang sama seperti milik Raka?" Tanya Novel. "iya papa izinin" Jawab Heru.

Heru yakin jika Novel punya uang yang cukup untuk membelikan Regan mobil mewah itu. Uang jajan nya perbulan saja bisa buat beli dua mobil yang sama.

Seperti perkataan Novel tadi, saat jam tujuh dia akan turun untuk makan. Dia sedang duduk di kursi meja makan sambil menikmati steak buatan bibinya itu.

Novel sudah makan steak tadi siang, dan sekarang dia makan makanan yang sama. Novel memang tak pernah bosan dengan makanan yang terbuat dari daging. Untuk menghabiskan tiga porsi saja Novel sanggup.

"Novel!!!" Teriak Regan memanggil Novel.

Entah dari mana laki laki itu masuk, sepertinya pintu rumah sudah di kunci oleh bibi. Dan Novel juga tak mendengar ada bunyi bel yang berbunyi.

"Ngapain?" tanya Novel sambil memotong steak yang ia makan.

"nginep lah ngapain lagi menurut lo?" Tanya Regan sambil meraih gelas yang berisikan jus jeruk milik Novel. "Itu punya gue weii" Ucap Novel.

"buat lagi ngapa sih" ucap Regan dan Novel hanya mendengus kesal, kembali melakukan kegiatanya yang tertunda akibat kehadiran Regan.

•••

Alleta malam ini menginap di rumah Lio, dia belum bisa pulang saat ini. Kondisi Lio bisa saja seperti tadi.

"Li makan dulu, udah gue buatin sup kesukaan lo" Ucap Alleta sambil mengetuk pintu kamar Lio.

Alleta baru saja membersihkan pecahan kaca yang berjatuhan di lantai dan mengemas semuanya lagi hingga terlihat rapi.

Tak lama pintu kamar Lio terbuka menampakan sosok Lio yang baru saja bangun tidur. Rambutnya yang masih berantakan, mata yang di kucek dan tatapan kabur masih terlihat jelas di mata Lio. "hmm?" Desah Lio sambil mendongakan dagunya bertanya.

"Yuk makan!" Ajak Alleta.

"Gue cuci muka dulu. Nanti nyusul" Ucap Lio tak jelas tapi Alleta masih bisa paham apa yang di katakan Lio.

"Yaudah gue tunggu di meja makan" Ucap Alleta sambil tersenyum.

Alleta dan Lio sudah seperti kakak beradik. Mereka selalu akur dan tak pernah terlihat sedang berantem atau marahan.

Yang ada hanya terlihat kebahagiaan di antara mereka. Senyum selalu menghiasi wajah mereka, menutupi semua masalah mereka saat sedang berada di luar. Berusaha tegar dan menahan semuanya.

•••Novelleta#22•••

Kasih vote nya ya buat chapter ini,
dapet pahala loh...

• 14 MEI 2020

NOVELLETA | Novel is my Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang