Fateh Ngeselin [√]

Part 13

Kini Fatim dan Fateh sudah sampai di rumah Fateh.

Fatim : Kenyang.

Fatim membanting tubuh nya di sofa ruang tengah, atau tempat biasa Fateh menonton dengan keluarga nya.

Fateh : Nobar yuk.

Fatim : Apaan?

Fateh : Horor gimana?

Fatim : Gak! Gak mau!

Fateh : Plis, Tim. Kali ini aja.

Fatim : Gak! Sekali gak mau ya gak mau!

Fateh : Yaudah deh, gue ajak Naura aja.

Fatim : O--

Fateh : NAU! NOBAR KUY!

Tentu saja Naura turun, orang yang manggil nya Fateh. Gebetan nya.

Naura : Kenapa, Teh?

Fateh : Mau nobar gak?

Naura : Loh? Fatim?

Fateh : Fatim gak mau, jadi nya sama lo aja. Kita berdua.

Naura : Oh, boleh kok.

Fateh : Sini, Nau.

Fateh mengajak Naura duduk di sebelah kiri nya, sedangkan di sebelah kanan nya ada Fatim yang ngambek.

Fatim : Oke, gue ikut!

Fateh : Gausah, kan tadi kata lo gak mau.

Fatim : Kan tadi, sekarang iya.

Fateh : Yakin? Gak takut?

Fatim : Gak! Gak takut. Siapa bilang?

Fateh : Gak takut, ya?

Fatim : Iya!

Fatim bersedekap. Fateh pun bangkit dan memulai film horor nya.

Fatim sudah lebih dulu menutup wajah nya dengan kedua mata nya. Suara-suara horor yang memenuhi rumah pun membuat Fatim keringat dingin.

Oke, Tim. Lo gak boleh takut. Buktiin ke Fateh kalo lo bukan cewek penakut.

Naura : Aaa!!!

Teriakan Naura mampu membuat Fatim terlonjak kaget dan spontan membuka mata nya. Namun naas, ternyata layar tv sedang memperlihatkan hantu yang menyeramkan. Dan Fatim melihat nya.

Fatim : Astaghfirullah.

Fatim menolehkan pandangan nya ke arah Fateh. Terkejut sudah pasti. Pasal nya, posisi Fateh sekarang adalah sedang membalas pelukan Naura yang ketakutan.

Fatim : Sakit ya?

Fateh : Lo kenapa Tim? Sakit?

Fatim : Ha? Apa?

Fateh : Tadi lo bilang sakit, apa yang sakit?

Satu fakta tambahan, ruangan yang sedang ditempati Fateh, Naura dan Fatim sedang gelap. Jadi, tidak bisa melihat dengan jelas.

Fatim : Hati gue yang sakit. Gak, gak ada yang sakit, kok.

Fateh : Yakin?

Fatim : Iya, lanjut aja nonton nya.

Fateh kembali fokus ke tv dengan tangan nya masih membalas pelukan Naura. Fatim yang masih melihat nya hanya tersenyum pahit.

Fatim beranjak dari sofa dengan sangat pelan hingga tak menimbulkan pergerakan. Perlahan, Fatim keluar dari dalam rumah dan berlari keluar.

Tujuan nya saat ini entah kemana. Dia tidak ingin pulang. Dia tidak ingin jika abang-abang nya mengetahui nya kalau dia nangis.

Sudah jauh Fatim berjalan tidak tau kemana. Kemudian dia berhenti di trotoar dan menjatuhkan diri nya.