Sejak tadi, tidak henti-hentinya Fatim menghubungi Fateh, namun tidak ada satupun panggilan Fatim yang angkat cowok itu, membuat Fatim jadi semakin gelisah. Fatim takut, jika apa yang dia bayangkan, akan terjadi pada cowok itu. Tidak, Fatim tidak ingin kehilangan Fateh, sudah cukup satu kali saja Fateh meninggalkannya, sekarang jangan.
"Tim, santai aja. Fateh baik-baik aja, kok." ucap Kevin berniat menenangkan Fatim.
"Lo ngga liat vidio yang Nayla tunjukin tadi?"
"Ya, gue li--"
"Ha? Nayla?" spontan Iyyah dan Soleha berteriak.
"Apaan sih lo berdua teriak-teriak?!"
"Tunggu, bukannya itu Naura?" tanya Soleha.
"Lo lupa? Naura kan udah ngga ada." ralat Kevin sewot.
"Iya, sih. Tapi mirip banget, anjir!"
"Itu Nayla, kembarannya." kata Fatim.
"Jadi si pelakor itu punya kembaran."
"Shut! Ngga boleh ngatain orang yang udah ngga ada." protes Fatim.
"Tau lo, Sol. Mau lo di datengin?" kata Iyyah menakuti Soleha.
"Ya, gue kan spontan."
Mereka berempat kembali dalam suasana keheningan. Iyyah dan Soleha yang melamun, Kevin yang memikirkan kelicikan Nayla, dan Fatim yang memikirkan Fateh. Hingga mereka lupa, mereka sedang tidak tau mau pergi kemana. Seketika angkotnya berhenti tiba-tiba, membuat mereka berempat yang ada di dalam sedikit terhuyung ke depan.
"Pak, gimana sih?" sewot Kevin.
"Maaf, dek. Kalian ini anak sekolah yang bolos, ya? Bukannya sekarang masih jam sekolah?" kata pak sopir yang membuat mereka berempat kicep.
"Ki-kita ... Kita diijinin pulang, pak. Ada keluarga yang sakit." alibi Soleha.
"Kok rame?"
"Pak, tugas bapak itu anterin kita. Jadi, jangan kepo sama urusan ABG." kata Iyyah.
"Masalahnya, kalian ini mau kemana?"
Seketika semua memandang satu sama lain bergantian. Benar juga, mereka belum tau ingin kemana. Ingin menghubungi Fateh, tapi ngga diangkat. Lalu, mereka jadinya harus kemana.
"Lo udah liat vidio di hapenya Nayla?" tanya Fatim pada Kevin yang ada di sampingnya.
"Udah."
"Tau tempat itu ngga?"
"Setau gue, itu base camp nya Nathan."
"Tau tempatnya?"
"Tau, sih."
"Kita kesana!"
Kevin hanya mengangguk, "Pak, kita ke jalan Gatot Kaca, ya."
Sang sopir hanya mengangguk dan kembali menjalankan angkot miliknya itu menuju jalan Gatot Kaca.
#$#
Karena perutnya yang sudah meminta diisi, Fateh memutuskan untuk membeli makanan di kantin rumah sakit.
Saat ingin beranjak dari duduknya, suara Munta dan Saaih yang berbarengan, mengintrupsinya untuk berhenti.
Fateh beralih menatap kedua orang yang tengah berbaring di ranjang itu. Tatapan mereka seakan-akan mengintrogasi Fateh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fateh Ngeselin [√]
Teen FictionSeorang Fatim yang sangat kesal dengan Fateh yang selalu buat mood dia hancur, ternyata lambat laun meletakkan hati pada Fateh. Siapa sangka yang dulu nya sangat kesel dengan Fateh, sekarang jadi cinta. Tapi sayang, kisah cinta mereka terlalu ditont...