Part 29

2.1K 160 36
                                    

Setelah curhat dengan Muntaz, Fateh memutuskan untuk kembali ke rumah. Sejak tadi Naura tidak henti-henti nya menghubungi nya, membuat Fateh jadi resah sendiri. Saat sampai di depan rumah, sudah ada Naura dengan kecemasan nya menunggu Fateh di depan rumah. Fateh tertegun dengan Naura, dia bela-belain nunggu Fateh di depan rumah, padahal angin malam ini sangat lah dingin.

"Nau."

Naura langsung membalikkan badan nya saat seseorang menyebut nama nya. Saat terlihat Fateh yang memanggil nya, Naura langsung berhamburan ke pelukan Fateh. Lalu perlahan, Naura menangis di pelukan Fateh.

"Kamu ... Hiks ... Dari ... Mana ... Aja?"

"Gue ... Dari rumah Muntaz."

"Kamu ... Hiks ... Gak kenapa-kenapa, kan? Kamu gak di jahatin, kan?"

"Gue gapapa."

"Aku khawatir ... " ucap Naura dengan sisa tangisan nya. Perlahan, Fateh pun membalas pelukan Naura dan mengelus pelan punggung gadis tersebut.

"Gue disini, lo jangan khawatir." bisik Fateh tepat di telinga Naura.

Lama-lama, sudah tidak terdengar lagi isakan Naura, nafas nya mulai teratur, bahu nya tidak naik turun lagi. Fateh pun perlahan melepas pelukan nya, ternyata Naura tertidur di pelukan nya. Fateh pun menatap wajah Naura dengan intens, seperti nya gadis ini lelah karena semalaman menunggu Fateh.

"Maafin gue, Nau. Gue udah meragukan cinta lo." gumam Fateh kemudian mengangkat Naura ke dalam kamar nya.

#$#

Malam ini Fatim tidak bisa tidur, entah apa yang membuat mata nya susah untuk di pejam kan. Padahal jam sudah pada pukul sebelas, namun Fatim tidak diserang kata ngantuk sedikit pun. Bahkan tadi dia sudah meminum satu gelas susu yang kata orang-orang bisa menimbulkan kantuk. Namun nyata nya, Fatim tak merasakan efek nya sedikit pun. Malah mata Fatim jadi makin semangat untuk terus terbuka.

Sejak tadi Fatim hanya berguling-guling kesana kemari di atas kasur. Tujuan nya, agar dia lelah dan kantuk nya segera datang. Namun ternyata, semua yang Fatim lakukan hanya lah hal yang sia-sia. Seketika pandangan Fatim jatuh pada sebuah diary yang terletak bebas di atas meja belajar nya. Sudah lama rasa nya Fatim tidak curhat dengan buku diary nya itu. Fatim pun beranjak dari atas kasur dan menghampiri meja belajar nya tersebut.

Fatim pun mendudukkan diri nya di sebuah kursi dan kemudian membuka lembaran pertama dari buku tersebut. Tertera nama diri nya, nomor telepon dan alamat rumah Fatim. Lalu Fatim membuka halaman kedua dari buku tersebut, cerita pertama yang dia tulis di buku tersebut.

Dear bang Atta,

Makasih buku nya, Atim suka. Semoga aja buku ini berguna buat Atim, semoga bang Atta cepet dapet jodoh. Aamiin. Noh, udah Atim doain. Bang Atta doain Atim juga ya, semoga Atim dapet juara. Makasih bang Atta.

26 September 2019
Siti Fatimah

Fatim senyum-senyum sendiri saat membaca tulisan nya di lembaran pertama. Buku ini adalah hadiah dari bang Atta saat usia nya menginjak enam belas tahun. Dan itu adalah kadp terindah yang pernah bang Atta beri pada nya. Bahkan sampai sekarang, kado yang di berikan bang Atta masih Fatim gunakan dengan baik. Lalu, Fatim berlanjut membaca tulisan nya di halaman selanjut nya.

Dear God,

Alhamdulillah, Atim naik kelas. Makasih ya Allah, ternyata kerja keras Atim selama ini gak sia-sia. Atim bisa banggain abi dan umi. Atim juga bersyukur, bisa di pertemukan kembali dengan dua sahabat Atim yang Atim sayang. Makasi ya Allah.

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang