Sore ini keluarga 3F tengah berjalan-jalan di taman. Tampak para pedagang kaki lima tengah menjajahkan jualannya di trotoar. Ada yang jual siomay, batagor, gorengan, bahkan eskrim.
Pandangan Fatim terkunci pada penjual eskrim. Tampaknya sangat menggiurkan, apalagi jika dimakan sore ini sambil menemani senja yang sebentar lagi akan berganti rembulan.
Fatim menatap Fateh yang sedang melihat-lihat pemandangan. Dia mulai menggapai lengan Fateh dan sedikit bermanja. Fateh yang melihat itu hanya diam dan menatap Fatim dengan heran.
"Mau apa?" sepertinya Fateh tau apa yang Fatim inginkan.
"Eskrim."
Fateh melepas rangkulan Fatim dan berjalan ke arah penjual eskrim. Tak lupa dengan Farhan yang ikut bersamanya. Sejak mereka berantem, Farhan sedikit lebih dekat dan terus saja menempel dengan daddynya itu.
"Farhan juga ya, dad."
"Kamu mau rasa apa?"
"Rasa yang pernah dulu ada."
Fateh yang awalnya enggan menatap anaknya itu, kini langsung menatapnya. Matanya menyipit, menatap Farhan dengan tatapan mengintrogasi.
"Ada yang salah, dad?"
"Kamu punya pacar, ya?"
"Punya."
Fateh melebarkan matanya, perasaan umur anaknya masih lima tahun lebih, kenapa sudah jadi bucin. Fateh aja, saat masuk SMA, baru jadi bucinnya Fatim. Fiks, ini bukan anaknya.
"Kamu ngga anak daddy kan?"
Farhan terkejut, "Ya Allah dad, Farhan ini anak daddy! Masa daddy tega bilang kaya gitu. Kan daddy yang buat Farhan semalaman sama mommy."
Mata Fateh kembali melotot, serasa ingin keluar. Kenapa anaknya bisa tau, dan dengan tidak sopannya mengatakan langsung di depan daddynya.
"Farhan, jangan ngomong sembarangan!"
"Farhan ngomong fakta daddy, bener kan? Kata Aleta, Farhan itu buatan mommy sama daddy semalaman. Dan suara yang Farhan denger malam itu, suara daddy sama mommy kan? Daddy sama mommy lagi bikin adik buat Farhan kan?"
#$#
Hari sudah semakin larut, namun Fateh sama sekali tidak bisa tidur, karena Fatim. Cewek itu terus saja memaksa Fateh supaya tidak tidur, entah apa sebabnya.
Tapi Fateh tetap melaksanakan perintah sang istri. Lagi pula Fatim sekarang sedang hamil, jadi wajar jika dia minta aneh-aneh. Fateh tau itu dan sudah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Nasib jadi istri Fatim, gini nih.
"Teh, aku mau lumpia semarang."
Fateh menoleh, mengorek telinganya. Dia tidak salah dengar kan, jam segini nyari lumpia semarang. Ini Jakarta coy, emang ada?
"Jadi kamu ngga mau beli, kamu mau anaknya ileran?"
Oh tidak, Fatim selalu tau apa kelemahan Fateh. Jika tatapan Fatim sudah seperti itu, rasanya Fateh enggan menolak. Namun jika diterima, dirinya juga yang akan tersiksa.
"Besok ya, ngga baik malem-malem makan lumpia." Fateh mencoba memberi nasihat.
"Ngga boleh ya? Yaudah ngga jadi."
Fatim merebahkan tubuhnya di kasur dan mulai tertidur. Fateh akhirnya bisa bernapas lega, tidak jadi tersiksa mencari lumpia semarang. Ternyata istrinya pengertian juga. Fateh jadi ingat masa SMA.
Saat-saat dimana dia menyatakan cinta pada Fatim, hanya karna menghindari Kevin. Fateh jadi keingat Kevin, apa kabar cowok itu. Kabar yang terakhir Fateh dengar dari Fatim, cowok itu pindah ke Bandung bersama Putri.
Mengingat semua kejadian itu, Fateh sedikit tersenyum. Jika kembali ke masa itu, sepertinya menyenangkan. Namun, Fateh tidak ingin mengulang masa-masa sedihnya, saat dia dan Fatim harus terpaksa mengakhiri hubungan mereka hanya karna perjodohan konyol yang papanya buat.
Naura, Fateh sudah sangat jarang mengunjungi makam cewek itu. Terakhir, saat Fateh ingin terbang ke New York. Setelah kembali ke Indonesia, dan menikah dengan Fatim, Fateh tidak pernah lagi berkunjung ke pemakamannya.
Bertemu dengan Nathan ataupun Nayla juga tidak. Sebenarnya, Fateh merasa pernah melihat Nayla di kampusnya Fatim waktu itu. Tapi Fateh masih ragu, apakah itu benar-benar Nayla atau bukan. Bertanya dengan Fatim rasanya enggan kala itu. Melihat wajah Fatim yang terus saja tersenyum karna kembalinya Fateh, membuat Fateh tidak ingin merusak suasana hati gadisnya.
"Kenapa belum tidur?"
Suara lembut nan serak milik seseorang itu, membuyarkan lamunan Fateh. Dirinya menatap Fatim yang kini sudah kembali membuka matanya. Fateh tersenyum.
"Ngga papa."
"Kamu lagi mikirin apa?"
"Banyak."
"Apa?"
"Aku mikirin Naura, Nayla, Putri-"
"Kamu mikirin cewek?! Kamu mau khianatin aku?! Kamu jahat!" Fatim memunggungi Fateh.
Fateh mendekatkan bibirnya ke telinga Fatim, "Aku bercanda, sayang."
Entah kenapa, saat Fateh mengucapkan kata sayang, Fatim jadi salah tingkah. Pipinya bersemu merah, menandakan dirinya sedang blushing. Fatim membalikkan badannya.
"Beneran cuma bercanda?"
"Iya, beb."
#$#
Yey utang aku lunas
Tinggal tunggu season duanya updateSalam dari author yang baru bangun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fateh Ngeselin [√]
Teen FictionSeorang Fatim yang sangat kesal dengan Fateh yang selalu buat mood dia hancur, ternyata lambat laun meletakkan hati pada Fateh. Siapa sangka yang dulu nya sangat kesel dengan Fateh, sekarang jadi cinta. Tapi sayang, kisah cinta mereka terlalu ditont...