Part 35

2.2K 160 25
                                    

"Muntaz, ibumu koma."

Seketika tubuh Muntaz rasa nya ingin jatuh, kaki nya tak mampu lagi menopang tubuh nya, tangan nya mengepal kuat hingga kuku nya memutih, mata nya perih serasa ada yang meletakkan bawang dihadapan nya, tubuh nya seketika merosot ke bawah. Muntaz bertumpu lutut di lantai, Soleha ikut berjongkok disamping Muntaz dan menenangkan cowok itu. Perlahan, bulir bening itu jatuh membasahi pipi Muntaz. Dia gagal, dia sudah gagal merawat ibu nya, dia memang anak yang jahat, dia tidak bisa menjaga ibu nya, Muntaz bodoh. Muntaz memukul lantai dengan tangan nya sekuat tenaga. Soleha yang melihat aksi Muntaz, langsung menahan tangan Muntaz, namun tenaga nya tidak sebanding dengan tenaga cowok itu.

"Segera lakukan operasi." ucap Hartono yang sejak tadi terdiam.

Muntaz masih diam, mendengar ucapan Hartono, ingin rasa nya dia meneriaki pria itu. Apa dia tidak ada rasa bersalah terhadap mantan istri nya itu, ibu Muntaz. Sebab dia, karena dia yang lebih memilih wanita murahan itu, Erika menjadi seperti ini, punya penyakit jantung yang kapan saja bisa merenggut nyawa nya.

"Taz, ayo lakukan operasi." ucap Soleha.

"Duit dari mana, Sol? Operasi itu gak murah." bisik Muntaz.

Soleha terdiam, otak nya tengah berpikir keras, bagaimana cara menyelamatkan Erika. Seketika senyum nya merekah saat dia mendapatkan ide. Soleha punya tabungan yang lumayan banyak, mungkin dengan tabungan itu dia bisa membantu Muntaz meringankan beban nya. Sebenarnya, tabungan itu ingin Soleha pakai untuk terbang ke negara sakura, namun seperti nya Muntaz lebih membutuhkan nya.

"Gue punya tabungan, mungkin cukup buat biaya operasi nyokap lo." kata Soleha.

Muntaz menggeleng, "Gak bakal cukup, Sol. Rumah sakit Indonesia gak ada yang bisa operasi jantung, satu-satu nya rumah sakit yang bisa operasi jantung itu, cuman di Singapur."

Soleha kembali terdiam, kalau seperti ini, uang nya tidak akan cukup. Muntaz menghapus air mata nya kasar, kemudian menarik Soleha untuk berdiri. Hartono masih berdiri di hadapan nya dengan tatapan datar yang dia lontarkan ke Muntaz. Muntaz hanya menatap nya datar kemudian mengambil tangan Soleha dan membawa gadis itu pergi dari hadapan pria bejad di depan nya ini. Selang beberapa langkah, Hartono membuka suara nya membuat Muntaz dan Soleha menghentikan langkah nya.

"Segera lakukan operasi, urusan biaya tidak usah kamu pikirkan."

Muntaz membalikkan badan nya, menatap Hartono dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan Soleha, gadis itu akhirnya bisa bernapas lega karena ada yang bisa membantu Muntaz. Soleha beralih menatap Muntaz, tatapan yang cowok itu berikan sangat susah ditebak. Soleha menepuk bahu Muntaz, namun cowok itu tak bergeming sedikit pun.

"Gue gak perlu uang lo!" tajam Muntaz. Seketika Soleha melebarkan mata nya.

"Taz," tegur Soleha.

Hartono tampak menghela napas sebelum melanjutkan ucapan nya, "Papa minta maaf atas apa yang papa lakukan pada kamu dan mama kamu."

"Maaf? Hanya itu yang bisa anda katakan? Sudah terlambat."

"Papa saat itu sedang emosi, papa gak tahan liat mama kamu yang seperti itu. Mama kamu egois Taz."

"Jangan pernah sebut ibu saya egois! Anda yang egois!"

"Tapi memang begitu kenyataan nya, mama kamu tidak membiarkan papa melihatmu."

"Itu semua karna perbuatan anda sendiri. Anda yang lebih memilih wanita itu, dibanding ibu saya. Apa itu yang anda sebut egois? Apa mama saya salah? Tolong, intropeksi diri anda."

"Tapi, nak--"

"Saya bukan anak anda!" tajam Muntaz, kini diri nya sudah dipenuhi amarah. Soleha menggenggam tangan cowok itu, berusaha memberi ketenangan di diri nya.

"Papa ngaku salah, papa gak percaya sama kamu, papa salah, nak."

"Jadi, sekarang anda sudah tau yang sebenarnya? Anda sudah tau siapa saya? Sayang nya, saya sudah melupakan anda, permisi." Muntaz langsung menarik tangan Soleha.

#$#

Fateh masih berada ditaman, kali ini dia sendiri. Fatim sudah pamit pulang, karena dia masih harus banyak istirahat. Fateh masih enggan untuk beranjak dari sana, walaupun matahari sudah ingin pergi, senja sudah mulai bertamu. Rasa nya, Fateh sangat tidak ingin berada di dunia ini lagi. Bukan apa-apa, hanya saja, rasa nya Fateh tidak berguna jadi orang. Tidak, Fateh tidak menyalahkan takdir. Hanya saja, Fateh menyalahkan diri sendiri, kenapa dia bodoh? Memilih takdir yang salah. Fateh tau, ini semua hanya skenario Tuhan yang dia tidak akan tau bagaimana akhirnya. Jika tidak dijalani, maka Fateh tak akan menemukan garis finish. Jika berbalik, dia sudah jauh dari garis star.

Ingin rasa nya Fateh mengulang waktu. Dia ingin memperbaiki hubungan nya dengan Fatim, dia ingin meminta maaf ke Naura, dia ingin kembali ke sahabat-sahabat nya, dia ingin menjadi seperti dulu. Namun, kenyataan kembali menampar nya, dulu hanyalah sebuah cerita. Tidak mungkin Fateh kembali ke masalalu, mustahil. Harusnya, yang dia lakukan sekarang adalah mengejar masa depan yang sudah menunggu nya di garis finish. Fateh ingin melakukan itu semua, Fateh sangat ingin berlari, Fateh sangat ingin menggapai masa depan nya. Namun, seperti ada yang mengganjal di hati nya. Rasa nya, tak pantas dia mengejar masa depan, dengan masa lalu yang selalu menghantui nya.

"Argh! Gue benci diri gue sendiri!" pekik Fateh menjambak rambut nya.

Seseorang menepuk bahu nya, membuat nya sedikit kaget dan menoleh ke orang tersebut. Terlihat lah seorang cowok yang sangat Fateg kenali, dia Kevin. Cowok yang sekarang tengah berstatus sahabat dengan Fatim, gadis nya dulu. Kevin tersenyum ketika Fateh menatap nya, sedangkan Fateh, cowok itu hanya diam menatap Kevin dengan tatapan sendu nya. Fateh yang Kevin lihat sekarang, bukan lah Fateh yang dulu. Fateh yang kejam dan arogan, kini berubah menjadi Fateh yang lemah dan menyedihkan.

"Nyesel boleh, tapi jangan berlebihan."

Fateh menggeleng lemah kemudian kembali menatap ke depan, "Gue udah terlalu jahat, Vin. Fatim, Naura, mereka adalah korban keegoisan gue."

"Fatim udah maafin lo, sebelum lo ngucapin kata maaf ke dia."

Seketika Fateh langsung menoleh ke Kevin dan menatap cowok itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tau dari mana lo?"

"Fatim sendiri yang bilang ke gue, dia gak pernah benci lo."

Fateh menghela napas, "Gue masih bisa minta maaf ke Fatim, kan?"

"Bisa, gak ada kata terlambat untuk bertaubat." kata Kevin dengan drama nya.

"Gue cuman nyakitin hati orang, bukan bunuh orang." tajam Fateh yang langsung membuat Kevin terkekeh.

"Sorry, kebawa suasana gue."

"Naura gimana?"

"Dengan lo balikan sama Fatim, Naura pasti maafin lo." setelah mengatakan itu, Kevin pun beranjak dan pergi meninggalkan Fateh sendirian.

#$#

Hai, aku kembali dengan keterlambatan yang melanda. Maafin aku yang gak up² belakangan ini. Aku sedikit mendapat masalah. Maaf ya...

Berhubung besok itu puasa terakhir, dan nanti sahur terakhir, aku minta maaf, kalau aku ada salah kata dan salah meletakkan rasa. Mohon maaf lahir dan bathin para readers.

DON'T GO RAMADHAN😭😭😭🙏🙏🙏  DON'T GO!!!

Salam dari author yang bersedih karna ramadhan mau pergi:(

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang