Part 37

1.9K 165 24
                                    

Bruk!

Fatim kehilangan keseimbangan dan akhirnya pantatnya mendarat mulus di lantai koridor. Dia langsung mengelus pantatnya yang berdenyut akibat benturan yang cukup keras. Fatim mendonggak, dia sudah menduga siapa orang yang dia tabrak. Fateh, cowok yang tidak sengaja Fatim permalukan saat upacara berlangsung tadi. Fateh kini menatapnya datar, namun bukan tatapan datar biasa. Tatapan itu, seakan mengisyaratkan Fatim agar menjauh dari dirinya, karena dia berbahaya. Fatim akhirnya berdiri dan langsung menatap mata Fateh intens.

"Maaf." katanya singkat dan langsung berjalan meninggalkan Fateh.

Permainan dimulai.

#$#

Istirahat pertama Fatim habiskan di perpustakaan. Soleha dan Iyyah, mereka berdua menjauhi Fatim tanpa alasan yang jelas. Sempat bertanya kepada Saaih dan Muntaz, namun mereka tidak tau. Akhirnya Fatim memutuskan untuk ke perpustakaan saja, tempat pelarian terbaik saat dia tengah sendiri. Namun, ketenangannya terusik saat seseorang duduk dihadapannya. Sebenarnya, Fatim tidak masalah, namun dia sejak tadi memandang Fatim terus. Tentu saja Fatim risih, dia paling tidak suka jika dipandang terus.

"Hai, kak." sapanya saat Fatim menatapnya.

Ternyata dia adik kelas, yang baru resmi menjadi siswi di sekolah ini. Fatim hanya membalasnya dengan senyuman dan kembali melanjutkan acara membaca nya. Namun, lagi-lagi aktivitasnya diganggu oleh adik kelas yang ada di depannya ini. Dia menyodorkan sebuah kotak yang berisi makanan kepada Fatim. Fatim hanya menatap kotak itu tanpa berniat mengambilnya, lalu beralih menatap gadis kecil itu.

"Dimakan ya, kak."

Dia hanya mengatakan itu, kemudian langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari Fatim. Fatim menatap kepergiannya dan seketika dia langsung bingung. Adik kelas yang tidak diketahui namanya itu, tengah berdiri di depan pintu perpustakaan. Namun, sepertinya dia tengah berbicara dengan seseorang yang Fatim tidak ketahui. Lalu, adik kelas itu menatap Fatim, dan kemudian dia pergi setelah mengetahui pergerakan nya diketahui Fatim.

Kini Fatim semakin bingung dengan kejadian hari ini. Semua terasa kebutulan. Mulai dari Fateh yang dingin, Kevin yang aneh, Soleha dan Iyyah yang marah, Saaih dan Muntaz yang tidak tau, dan kini adik kelas misterius. Semuanya terasa begitu tidak normal bagi Fatim. Sebenarnya, apa yang Fatim tidak ketahui.

Fatim beralih menatap kotak itu dan perlahan mengambilnya. Dia membuka kotak itu, isinya hanya nasi goreng ditaburi keju dengan telur mata sapi diatasnya. Tunggu! Inikan nasi goreng kesukaan dirinya. Tidak ada yang tau kalau Fatim menyukai nasi goreng ditaburi keju dengan telur mata sapi selain umi, abi, bang Thoriq dan bang Atta. Lantas, siapa yang membuatnya. Jika uminya yang membuat, kenapa baru dihantar sekarang, kenapa tidak tadi pagi saja. Jika abinya yang membuat, itu sangat tidak mungkin. Bang Atta? Kabarnya saja Fatim tidak tau. Bang Thoriq? Mana mau dia repot-repot membuatkannya. Lalu siapa?

Tanpa berpikir panjang dan berpikir negatif, Fatim langsung melahap nasi goreng itu. Seketika dia langsung berhenti mengunyah. Rasanya, dia sangat mengenali siapa orang yang telah membuat nasi goreng ini. Aroma dan khasnya sangat tidak asing di mulut Fatim. Tapi siapa, siapa yang dengan baik hati membuatkan Fatim nasi goreng ini dan mengantarkannya ke Fatim.

Dia terus melahap nasi goreng itu dengan rasa lapar yang menghantuinya. Dia lupa kalau saat ini dia tengah berada di perpustakaan, dengan peraturan tidak boleh makan. Seketika bu Saras, selaku petugas perpustakaan menangkap kegiatan Fatim yang tengah makan. Bu Saras langsung berdiri dan menghampiri Fatim.

"Kamu tidak bisa baca peraturan, Fatim?"

Fatim mendonggak, seketika dia langsung nyengir di depan bu Saras, "Lupa, bu."

"Pulang sekolah, kamu bersihkan perpustakaan ini."

Bu Saras langsung kembali ke kursi kebesarannya dan melanjutkan kerjanya. Fatim mengerucutkan bibirnya, rencananya ingin pulang cepat jadi batal karena harus membersihkan perpustakaan terlebih dahulu. Tanpa Fatim sadari, sedari tadi semua kegiatannya tak luput dari penglihatan seseorang. Seulas senyum terbit di bibirnya.

Semoga lo suka.

#$#

"Teh!"

Fateh terlonjak kaget saat seseorang menepuk bahunya dengan tiba-tiba. Fateh membalikkan badannya dan menatap orang itu tajam. Ternyata dia Saaih, soib tengil nan botaknya itu sudah membuat jantungnya hampir copot. Untung Fateh cowok kuat.

"Paan?"

"Lo liatin siapa, sih?" Saaih mengikuti arah pandang Fateh.

"Yaelah, katanya biar surprise. Ini malah diliatin." cibir Saaih.

"Ngga tega gue."

"Yang namanya surprise ya gini."

"Tapi--"

"Udah, sekarang lo ikut gue. Kita bicarain ini sama-sama." potong Saaih dan langsung menarik tangan Fateh.

#$#

Seperti yang dikatakan bu Saras, Fatim harus melaksanakan hukumannya dengan membersihkan perpustakaan. Setelah semuanya beres, Fatim kembali meletakkan alat pembersih itu ke tempatnya. Namun, saat dia mengambil tas, terdengar suara pintu yang tertutup. Fatim menolehkan kepalanya ke pintu, ternyata benar, pintunya tertutup. Fatim berlari ke arah pintu dan berusaha membukanya, ternyata pintunya telah dikunci oleh seseorang dari luar. Seketika kepanikan langsung menghantui dirinya, sepertinya ada yang sengaja melakukan semua ini.

"Tolong! Siapapun tolong gue!" Fatim berteriak dan menggedor-gedor pintu dengan sekuat tenaga.

Jleb!

Lampu seketika mati. Fatim ketakutan, dia sangat tidak suka dengan kegelapan. Fatim menangis. Kini dirinya benar-benar lemas, tubuhnya langsung merosot ke bawah. Dia butuh seseorang.

"Tolong ... " lirihnya dan kemudian dirinya tak sadarkan diri.

#$#

Azekkk, drama dimulai...
Saatnya kita greget-greget gais...
Aku up, kalian sangat senang bukan?
O...M...G...!!!
Bentar lagi tamat!!!
Sedih? Tentu saja.
Maaf ya...

Salam dari author yang lagi makan kerupuk.

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang