Part 47

1.7K 149 21
                                    

Fatim kembali ke kelas dengan wajah yang tidak bisa di deskripsikan rautnya. Di rooftop tadi, dia bertemu dengan Nayla. Disana, Nayla menceritakan semua yang berhubungan dengan Fateh. Ternyata Nayla mendengar percakapan dirinya dan Fateh. Dia mengatakan semuanya, semua yang menjadi pertanyaan di benak Fatim. Kini, semua pertanyaan itu sudah terjawab.

Fatim duduk di bangkunya. Berhubung seluruh guru sedang rapat, jadi seluruh kelas tidak ada jam pelajaran. Mungkin sampai jam istirahat pertama selesai. Kevin yang melihat raut wajah Fatim yang aneh, langsung saja dia menghampiri gadis itu. Memang benar, dirinya yang menyuruh Fateh untuk bicara dengan Fatim.

"Tim, kenape lo?"

Fatim menoleh, tatapannya menajam ketika melihat Kevin, membuat bulu kuduk Kevin berdiri. Gini-gini dia juga seram sama Fatim, apalagi tatapannya yang kaya gitu. Mending dirinya mati saja, dari pada ujung-ujungnya harus di terkam sama Fatim.

"Lo nyembunyiin sesuatu kan, dari gue?"

"Sembunyiin apa?" tanya Kevin heran.

Fatim memutar bola matanya malas, "Ngga usah boong, gue tau semuanya."

"Tau apa?" sumpah, Kevin tidak mengerti dengan yang Fatim katakan.

"Fateh pergi, lo tau kan?"

Shit!

Kenapa Fatim bisa mengetahuinya? Bukankah Fateh sudah berjanji, tidak akan mengatakannya pada Fatim? Apa Fateh melanggar janjinya? Kalau benar, Kevin tidak akan memaafkan Fateh. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk tidak akan membuat Fatim kembali bersedih.

"Fateh bilang semuanya?" Fatim menggeleng.

Kini Kevin kembali dibuat bingung, kalau bukan Fateh, lantas siapa yang memberi taunya? Apa mungkin Saaih dan Muntaz. Tidak mungkin, mereka sejak tadi di kelas bersama Kevin. Soleha dan Iyyah, mustahil mereka mengatakannya. Lalu siapa?

"Kenapa Vin? Lo pernah janji sama gue, ngga akan ada lagi rahasia diantara kita. Tapi, kenapa lo langgar janji itu?" terlihat mata Fatim sudah berkaca-kaca, bulir itu siap meluncur dari matanya.

"Gu-gue ngga bermaksud ngerahasiain ini sama lo."

"Lalu?"

"Fateh ngga bolehin gue ngasih tau ke lo, dia takut lo sedih."

Akhirnya kristal bening itu meluncur juga, membuat Kevin tidak tega dibuatnya. Diangkatnya tangannya menuju pipi Fatim, dan dihapusnya air mata itu.

"Vin, lo tau ngga, dengan cara lo ngerahasiain ini dari gue, itu sama aja lo bikin gue sakit lebih dalam."

"Iya Tim, gue paham. Tapi, ini permintaan Fateh, dia sayang sama lo Tim."

Fatim menggeleng, "Ngga, Fateh ngga sayang sama gue!"

Kening Kevin berkerut, "Maksud lo?"

"Dengan cara dia rahasiain ini dari gue, itu sama aja dia ngga sayang sama gue. Karna apa? Karna dia ngga mau gue tau, kalo dia bakal pergi. Dia malah milih gue, tau dari orang lain."

Kevin terdiam, sesaat dia membenarkan ucapan Fatim. Namun, disisi lain dia juga tidak tega dengan Fateh. Dia tau, bagaimana rasanya di posisi Fateh sekarang. Durhaka dengan orang tua, atau melepaskan orang yang dia sayang. Sungguh, itu adalah pilihan tersulit. Jika Kevin berada di posisi Fateh, maka dia akan melakukan hal yang sama dengan yang Fateh lakukan.

Cowok itu lebih memilih bungkam dan menenangkan gadis disampingnya itu. Gagal sudah tekadnya untuk tidak membuat Fatim sedih lagi.

Seseorang menyodorkan dua bungkus kue ke hadapan Fatim dan Kevin. Sontak kedua manusia itu menoleh secara bersamaan. Terlihatlah Putri, yang sedang tersenyum ke arah mereka.

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang