Part 34

2.4K 169 43
                                    

Sejenak Fateh menggenggam kertas putih yang berlipat di tangan nya. Kertas yang diberikan polisi, sempat di kabarkan bahwa kertas ini adalah milik Naura. Fateh ragu, lalu dia hanya menyimpan kertas itu. Fatim yang bingung dengan Fateh pun, perlahan menepuk pundak Fateh yang tengah duduk di samping nya. Saat ini mereka tengah berada di taman, setelah acara pemakaman Naura, mereka memutuskan untuk tidak pulang, namun ingin jalan-jalan dulu.

"Kenapa gak dibaca?"

"Gue ragu."

"Karena?"

"Gue gak yakin kalau surat ini buat gue. Siapa tau buat orang lain, gue gak berhak baca."

"Kalo soal itu, gue juga gak tau. Tapi gue yakin, surat itu Naura tulis buat lo."

"Kenapa lo yakin?"

"Karena Naura itu cinta nya sama lo, dan gue rasa surat itu buat orang yang dia cintai."

"Cinta? Bukan nya dia cuman menguras harta gue?"

"Maka nya baca! Dari pada lo bimbang mulu."

"Huft ... Yaudah deh."

Fateh kembali merogoh saku celana nya dan mulai membuka lipatan kertas putih itu. Sebenar nya kertas itu tidak putih sepenuh nya, ada kotoran sedikit yang membuat nya tidak lagi putih bersih. Sebelum membaca nya, Fateh menarik napas dalam-dalam. Entah kenapa, rasa nya diri nya saat ini sedang aneh. Padahal dia hanya ingin membaca surat dari Naura, kenapa rasa nya seperti orang yang bersalah? Oh ayolah, ini hanya surat.

Buat Fateh,

Entah lah, kamu akan percaya atau tidak. Yang jelas, aku hanya ingin kamu tau rahasia yang selama ini aku tutupin dari kamu. Maaf, aku sudah menyembunyikan rahasia ini. Bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja, aku merasa takut jika ingin mengatakan nya padamu. Aku takut, kamu bakalan menjauh dari aku.

Jujur, aku cinta sama kamu, Teh. Tulus, gak ada alasan lain. Soal Nathan, dia bukan siapa-siapa aku. Dia itu kekasih nya Nayla, kembaranku. Maaf, aku gak pernah menceritakan Nayla padamu. Sekarang kamu tau kan? Dan semoga kamu memaafkan aku.

Aku tau, waktu itu Fatim dan Kevin mergokin Nathan yang lagi pacaran dengan Nayla. Kebetulan, saat itu Nayla sedang memakai seragam yang sama dengan mereka. Fatim mengira kalau Nayla itu aku, sebenarnya bukan. Aku dan Nayla bekerja sama untuk tidak membuka identitas kami sebagai saudara kembar. Saat itu aku belum mengetahui kalau sebenarnya ada niat buruk yang Nayla rencanakan. Nathan? Dia sama seperti kamu, tidak tau kalau aku dan Nayla kembar.

Sekarang kamu tau semua nya kan, Teh? Ku harap kamu memaafkan ku. Aku sudah memberi tau nya lebih dulu ke Fatim. Aku menyuruh Fatim untuk tutup mulut dan membiarkan mu mengetahui nya sendiri dari ku, melalui surat ini. Saat di puncak, aku tidak ikut melaksanakan camping dengan kalian. Nayla yang menggantikan aku. Dan yang mendorong Fatim ke jurang, bukan aku. Itu semua perbuatan Nayla, dia mengira kalau Fatim yang telah membuat acara pernikahan aku dengan kamu hancur. Dia dendam dengan Fatim, maaf. Nayla sudah membuat Fatim celaka.

Sekarang, kesempatan kamu bahagia dengan Fatim semakin besar. Aku pamit, bukan berarti aku menyerah dengan kehidupanku. Aku hanya memenuhi panggilan Tuhan, saat nya aku kembali kepada nya. Tuhan sudah merindukan ku. Jangan sedih, pasti kita akan bertemu kembali di surga. Tapi jangan sekarang, Fatim masih butuh kamu, kebahagiaan Fatim itu kamu. Minta maaf dengan nya, tebus semua kesalahan yang selama ini kamu buat. Kamu yang membuat luka, maka kamu harus punya obat untuk menyembuhkan nya.

Salam hangat, Naura.

Fateh menghembuskan napas nya. Kini hati nya merasa bersalah dengan Naura. Dia sudah salah sangka dengan gadis itu. Ternyata gadis itu benar-benar baik, hati nya memang tulus, cinta nya nyata. Fateh menyesal karena pernah jengkel dengan nya. Fateh memang tidak bisa membedakan, mana Naura yang dia kenal dengan Naura yang tidak dia kenal.

"Gak ada guna nya menyesal, lebih baik lo doain Naura, semoga dia tenang disana." ucap Fatim sambil mengelus bahu Fateh.

Fateh tersenyum, perlahan dia mengambil bahu gadis itu dan membawa nya ke dalam dekapan nya. Sekarang, Fateh akan belajar dengan semua yang terjadi. Fateh tidak ingin lagi mengambil keputusan jika dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang, dia tidak ingin lagi kehilangan gadis nya. Fateh benar-benar menyesal.

#$#

Soleha dan Muntaz memutuskan untuk jalan-jalan ke mall berdua. Mereka ingin menghabiskan waktu berdua, tanpa ada yang mengganggu. Sebelum nya, mereka belum pernah full time berdua semenjak pacaran. Sekarang, mereka ingin menghabiskan waktu berdua, tidak ada yang boleh mengganggu! Siapa pun itu.

Sepanjang mall, Soleha hanya melihat-lihat alat make up tanpa berniat membeli nya. Dia hanya ingin melihat merk baru yang datang ke Indonesia. Namun, dia juga memaksa Muntaz untuk ikut melihat dengan nya. Ayolah, ini Muntaz, dia laki-laki, mau ditaroh dimana wajah tampan nya jika dia sedang dipergok membeli make up. Turun sudah reputasi diri nya sebagai cowok terganteng kedua setelah Fateh.

Tiba-tiba ponsel nya berdering, lalu Muntaz membuka ponsel nya dan membaca siapa yang menghubungi nya.

Mama is calling...

Halo, ma?

Dengan saudara Muntaz?

Loh? Iya saya sendiri.

Ibu anda kini berada di rumah sakit, ada warga yang membawa nya kesini. Mereka menemukan ibu Erika tergeletak di pinggir jalan.

Astaghfirullah, mama. Saya kesana sekarang!

Muntaz langsung menghampiri Soleha dengan wajah khawatir nya. Soleha yang melihat raut wajah Muntaz yang aneh, seketika alis nya bertautan.

"Gue harus pergi sekarang."

"Kenapa?"

"Nyokap gue di rumah sakit."

"Ha? Kalo gitu gue ikut!" Muntaz hanya mengangguk dan langsung membawa Soleha ke motornya.

Saat mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit, Muntaz dan Soleha langsung masuk dan berlari di koridor rumah sakit mencari ruangan tempat Erika. Seketika ekor mata Muntaz menangkap seseorang yang tengah duduk di depan ruang ICU. Muntaz merasa tidak asing dengan wajah itu.

"Itu bukan nya bokap lo, Taz?"

Kan benar, Muntaz sudah menduga nya. Apa yang dilakukan pria itu disini. Apa ada keluarga nya yang sakit? Seketika pandangan kedua nya bertemu, Hartono langsung berdiri dan menghampiri Muntaz. Muntaz hanya berdiri di tempat, menunggu pria itu medekat dan membuka suara nya. Saat pria itu sudah di hadapan nya, Muntaz langsung meraih tangan mungil Soleha dan menggenggam nya. Soleha sempat tersentak kaget atas apa yang dilakukan Muntaz, namun sedetik kemudian dia memaklumi apa yang Muntaz lakukan dan membalas genggaman tangan nya. Soleha tau bahwa lelaki itu sekarang tengah gugup.

"Muntaz, ibumu koma."

#$#

Hai, akhirnya kita berjumpa lagi. Aku jadi senang baca komen kalian di part sebelum nya. Bermacam-macam pendapat yang aku baca disana. Ada yang kesel sama Fateh, kasian sama Fatim, jengkel sama Naura, baper sama MunSal, dan banyak lagi.

Aku bikin spesial MunSal lagi noh. Gimana? Bagus gak? Udah terungkap kan, konflik Naura. Eakk:v

Follow instagram @pku.fatners
Follow juga instagram @darrajhs_

Salam dari author yang dilanda kantuk padahal masih jam sembilan.

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang