Part 39

2K 161 33
                                    

Sohwa dan Fatim serentak memasuki rumah Fatim. Kata Sohwa, teman-teman dan yang lainnya sudah menunggu. Sejujurnya, Fatim takut jika harus menemui mereka. Tapi, karena Sohwa terus memaksa Fatim agar menemui mereka, Fatim akhirnya menemui mereka. Saat Fatim dan Sohwa sudah berada di hadapan mereka semua, Soleha dan Iyyah langsung berhamburan ke pelukan Fatim. Begitu juga abi, umi, dan kedua abangnya.

"Fatim, lo dari mana aja?"

"Kamu ngga kenapa-kenapa kan, Tim?"

"Kenapa pergi ngga bilang?"

"Hape lo kenapa ngga lo aktifin?"

"Kita khawatir tau!"

Seketika Fatim langsung terdiam, dia masih tidak ingin mengeluarkan suara. Rasanya, tenggorokannya tercekat, lidahnya kaku, suaranya tidak keluar. Fatim takut, Fatim tidak ingin jika sahabat-sahabatnya akan menjauhinya. Dia tidak bisa bayangkan jika dia dijauhi sahabat-sahabatnya. Bagaimana jadinya kehidupan Fatim kedepannya tanpa mereka. Terutama Fateh, rasanya sangat tidak mungkin jika Fateh mengetahui semua ini. Tentu saja Fateh akan merasa jijik dan menjauhinya.

"Tim, kok lo diam?" tanya Atta.

"Ta!" tegus Sohwa.

"Kalian kenapa, sih?"

"Tunggu! Seragam lo mana, Tim?" kata Fateh yang membuat Fatim mati kutu.

Perlahan, Fatim duduk di sebelah Sohwa dan menggenggam tangan cewek itu. Dengan dibantu Sohwa, Fatim mulai menceritakan semuanya. Dia menunduk, malu. Seketika semua yang mendengarnya terkejut, termasuk Fateh. Kini dirinya semakin kalut, Fatim semakin menundukkan kepalanya, air matanya kembali mengalir. Sohwa langsung mendekap tubuh mungil Fatim dan mengelus pundak Fatim, memberi kekuatan pada dirinya.

"Tim, ini prank kan?" tanya Atta yang matanya sudah memerah.

"Lo kalo bercanda jangan kaya gini, dong." sentak Thoriq.

Fatim hanya bisa menggeleng lemah. Thoriq langsung mendekati Fatim dan memeluknya erat, kemudian Atta pun menyusul. Umi dan abi, mereka juga melakukan hal yang sama, yaitu memeluk Fatim. Saaih, Muntaz dan Fateh, mereka hanya diam. Lalu, Saaih yang berada diantara mereka, merangkul mereka berdua dan akhirnya mereka bertiga pun berpelukan.

#$#

Aturannya, pagi ini Fatim sedang tidak diperbolehkan sekolah dulu. Namun, gadis itu terus memaksa dan akhirnya dia diperbolehkan sekolah. Fateh datang lebih awal kerumah Fatim untuk menjemput gadis itu. Setelah dirasa Fatim sudah naik ke motornya, Fateh pun mulai menjalankannya membelah ibu kota yang tidak terlalu macet pagi ini. Sempat hening menyeruak diantara mereka, sampai Fateh akhirnya mengeluarkan suaranya setelah lama diam dari tadi malam.

"Kemarin, kok bisa?" kata Fateh.

"Bisa apa?"

"Lo, diculik? Di--"

"Kayanya ada yang ngerjain gue." potong Fatim cepat.

"Siapa?"

"Pacar Nayla."

Cekittt!

Fateh mengerem secara mendadak, membuat Fatim hampir terlempar kedepan. Fateh langsung menstandarkan motornya, melepas helmnya dan turun dari motornya menghadap Fatim.

"Nathan?" dan Fatim hanya mengangguk.

Fateh meninju jok tempat dia barusan duduk, membuat Fatim takut seketika. Pasalnya, wajah Fateh sekarang seperti monster. Fatim saja belum pernah sama sekali melihat wajah Fateh yang seseram itu.

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang