Pagi ini Fatim ke sekolah seperti biasa. Namun, ada yang mengganjal di hatinya.
Dari tadi malam, Fatim tidak hentinya memikirkan kejadian di rumah pohon itu.
Sosok cowok yang meneriaki namanya itu, Fatim tau siapa dia. Tetapi, bukan itu yang membuat Fatim kepikiran.
Shandrego, cowok yang membawa Fatim ke rumah tua kemarin, mengatakan bahwa tidak ada satupun orang yang mengetahui tempat ini.
Lantas, ada hubungan apa Shandrego dengan sosok di tepi danau itu?
Lamunan Fatim buyar, ketika Iyyah dan Soleha menghalang langkahnya.
"Tumben lo pagi-pagi gini udah ngelamun aja." kata Soleha.
"Tau, kalo ada masalah tu cerita." sambung Iyyah.
Fatim menggeleng, "Gue ngga papa."
"Biasanya, ngga papa nya cewek itu, pasti ada apa-apa."
"Gue ngga papa, sumpah!"
Soleha dan Iyyah sama-sama menghela napas. Semenjak Fateh mengajak Fatim balikan, cewek ini jadi semakin tertutup dengan mereka berdua.
Padahal dulu, Iyyah dan Soleha adalah tempat Fatim selalu mengadu. Tidak ada apapun yang Fatim sembunyikan dari mereka berdua, bahkan masalah keluarga sekalipun.
Namun sekarang, semua berubah. Tidak ada lagi cerita dari seorang Fatim, keluh kesahnya, jengkelnya. Iyyah dan Soleha hanya bisa meratapi kenyataan.
"Tim, lo ngga kangen kita?" tanya Soleha tiba-tiba.
Fatim menoleh, "Ngapain gue kangen sama lo pada? Emang kita pernah pisah?"
"Lo ngga kangen cerita bareng kita?" sambung Iyyah pula.
Fatim bungkam.
Sejujurnya dia juga rindu, tapi rasanya tidak mungkin dia menceritakan semua ini pada dua sahabatnya.
Bukannya Fatim ingin menciptakan rahasia, hanya saja dia tidak ingin membuat beban untuk mereka berdua.
"Gue ke kelas duluan." Fatim mengambil langkah seribu, untuk menghindar.
Sampai di kelas, terlihat Fateh, Saaih dan Muntaz tengah berkumpul di meja Fateh.
Fatim pun berusaha untuk tidak perduli dan lebih memilih menuju mejanya.
Samar-samar dia bisa mendengar percakapan ketiga cowok itu.
"Gue saranin bilang, kalo lo ilang tiba-tiba, itu malah bikin dia benci."
"Tapikan dia ngga sayang sama gue."
"Yaelah, lo kaya ngga tau cewek aja."
"Apa yang dia bilang, ngga sama sama hatinya."
Acara Fatim menguping jadi harus terhenti ketika Kevin memasuki kelas. Cowok itu langsung mendekati Fatim, dan dengan tidak sopannya langsung duduk di meja Fatim.
"Hay Timah."
"Fatim! Bukan Timah!"
"Sama aja kali."
"Ngga! Beda!"
"Sensi amat lo, ada masalah ya?"
"Ngga."
Kevin berdiri dan berjalan menuju meja Fateh, yang disana juga ada Saaih dan Muntaz.
Kevin membisikkan sesuatu ke telinga Fateh, yang pasti tidak bisa di dengar oleh Fatim.
Namun Fatim yakin, Kevin tengah membicarakan dirinya dengan Fateh. Terlihat dari mata Fateh yang selalu melirik kearahnya.
Kevin pun kembali menuju tempat duduknya, tidak lupa melirik Fatim sedikit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fateh Ngeselin [√]
Teen FictionSeorang Fatim yang sangat kesal dengan Fateh yang selalu buat mood dia hancur, ternyata lambat laun meletakkan hati pada Fateh. Siapa sangka yang dulu nya sangat kesel dengan Fateh, sekarang jadi cinta. Tapi sayang, kisah cinta mereka terlalu ditont...