Part 48

1.9K 158 40
                                    

Yaps, hari ini dan detik ini, status jomblo akhirnya terlepas dari jati diri Kevin. Kini dirinya sudah resmi menjadi pacar seorang Putri Aline Praksara. Betapa senangnya dia, akhirnya dia tidak ditolak lagi. Bisa dia bersombong diri ke Fatim, mumpung Fatim jomblo, dia jadi bisa memamerkan pacarnya ke Fatim.

Ya, Kevin dari dulu memang dendam dengan Fatim. Bagaimana tidak, setiap dia berduaan dengan Fateh dulu, Kevin jadi merasa panas. Dia akhirnya memutuskan untuk move on dan membuka hatinya kembali untuk wanita lain. Dan, Putri lah yang berhasil masuk ke hatinya.

"Cie, yang udah ngga jomblo." sindir Fatim.

"Iya dong, emang lo." sindir Kevin balik.

Pukulan maknyus mendarat di bahu Kevin, siapa lagi yang melakukannya jika bukan Putri. Seorang cewek yang baru saja menjabat sebagai pacar seorang Kevin.

"Jangan gitu, kasian Fatimnya."

"Cewek kaya dia, ngga pantes dikasihanin, yank." fiks Kevin alay bat.

Fatim mencibir, "Alay lo, bambank!"

"Sirik aja lo." Kevin memeletkan lidahnya ke Fatim.

Bayangan Fateh kembali terngiang di pikiran Fatim, dia sampai lupa, kalau hari ini Fateh akan berangkat. Namun, dia tidak akan memberi taukan hal ini pada siapapun. Dia tidak ingin bilang, kalau dia sudah tau semuanya. Biar dia yang merencanakan hal ini sendirian.

Terlihat Kevin yang tengah berpikir, bagaimana cara cowok itu berpamitan pada Fatim. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya, satu jam lagi pesawat Fateh akan take off. Dia harus segera menuju bandara, mereka berjanji akan berkumpul disana.

Sebenarnya, Kevin ingin mengajak Fatim. Agar cewek itu juga bisa merayakan perpisahannya dengan Fateh, cowok yang masih menjadi pujaan hati Fatim. Kevin tau, Fatim masih memendam perasaan itu. Bahkan hingga sekarang.

"Tim," panggil Kevin membuyarkan lamunan Fatim.

Fatim menoleh, "Apa?"

"Gue, jalan dulu ya sama pacar." alibinya.

Fatim yang tau apa maksud dan tujuan Kevin, hanya pura-pura tidak tau dan mengangguk. Sebenarnya dia sudah menduga, bahwa Kevin akan membuat alasan agar dia bisa ke bandara untuk perpisahan dengan Fateh. Tenang, Fatim akan ikut dengan kalian. Tunggu kedatangan Fatim.

#$#

Fateh dan kedua orang tuanya sedang menunggu untuk jadwal pesawat keberangkatannya. Tinggal dua puluh menit lagi, bagi Fateh itu waktu yang cukup panjang. Dia teringat akan teman-temannya yang berjanji akan datang dan berpisah dengannya.

Fateh berdiri dan pamit pada kedua orang tuanya, beralasan ingin pergi ke toilet. Padahal dia ingin menemui teman-temannya yang sudah mengirimkan pesan singkat padanya. Katanya mereka sudah menunggu di pintu masuk bandara.

Segera dia bergegas menemui teman-temannya disana. Terlihat disana sudah ada Muntaz, Saaih, Soleha, Iyyah, Kevin dan seorang cewek disamping Kevin. Fateh mendekat dan memberikan senyumnya pada mereka semua.

"Putri? Lo ngapain disini?" tanya Fateh.

"Kenalim bro, dia pacar gue."

Semua diam, melirik satu sama lain. Apa mereka tidak salah dengarkan, seorang Kevin punya pacar. Oh, sepertinya mata Putri sedang bermasalah. Tapi, tidak masalah. Asalkan Kevin bahagia, mereka juga tenang dibuatnya. Setidaknya, Kevin tidak akan menjadi nyamuk lagi.

Fateh teringat Fatim, kira-kira dimana keberadaan cewek itu sekarang. Fateh ingin sekali memeluk cewek itu, untuk terakhir kalinya. Tapi tidak mungkin, Fatim tidak tau kalau dia akan pergi. Apa yang akan terjadi pada gadis itu, jika Fateh tidak ada lagi di sampingnya. Apa cewek itu akan mecarinya, Fateh pikir tidak. Itu mungkin hanya angan-angannya.

"Lo yakin ngga mau ngabarin Fatim?" tanya Soleha tiba-tiba.

Fateh diam, "Iya."

"Gue ngga ngerti ya Teh, sama jalan pikir lo. Ngga peka banget jadi cowok!" cerca Iyyah dengan emosinya.

Fateh diam, "Dia emang ngga sayang lagi sama gue, buat apa gue ngasih tau dia? Buang-buang waktu."

"Cowok emang gitu ya, ngga pekaan. Gengsi lagi." sindiran itu, Soleha berikan untuk Fateh.

Sudah jelas, dari tatapan yang selalu Fateh berikan pada Fatim, cowok itu masih menyayangi Fatim. Tapi sayang, gengsinya terlalu tinggi hingga sayangnya terkalahkan. Iyyah pun juga berpikir seperti itu. Dia ingin sekali mengatakannya pada Fatim, namun dia takut jika Fatim akan sakit hati dan sedih berkepanjangan nantinya.

Mereka sudah bersahabat dengan Fatim sejak dua tahun yang lalu. Dua tahun bukan lah waktu yang singkat, susah senang mereka lewati bersama. Dan kebersamaan itu, masih tersimpan rapi di memori mereka berdua. Sebelumnya, belum ada satupun rahasia yang mereka simpan satu sama lain. Namun kali ini, mereka terpaksa menyimpan rahasia pada Fatim.

"Fateh, kalo aku boleh ngeluarin pendapat aku ni ya. Aku rasa, Fatim itu sayang sama kamu. Keliatan jelas banget dari tatapan yang dia kasih sama kamu, kalau dia itu masih sayang sama kamu."

"Cewek emang gitu, Teh. Mereka gengsi untuk mengatakannya langsung, dan lebih memilih untuk mengatakannya lewat bahasa tubuh. Banyak cewek yang jadi korban patah hati, karna cowok yang dia kodein ngga peka. Aku harap, kamu bukan penyebab patah hatinya Fatim." lanjut Putri dengan bijaknya.

Kevin merasa bangga sekaligus senang, mempunyai pacar sebaik dan sebijak Putri. Beruntung sekali dirinya, Fatim tidak dapat, malah dapetnya Putri. Mungkin Kevin akan merasa jadi orang yang paling beruntung di dunia ini sekarang.

Berbeda dengan Fateh, cowok itu masih mencerna kata demi kata yang Putri ucapkan. Terasa benar, semua yang Putri ucapkan. Namun dia ragu, apa Fatim masih mencintainya, seperti dirinya. Dari gerak gerik cewek itu, Fateh tidak bisa menentukan. Apakah Fatim masih mencintainya atau tidak.

Sosok yang sejak tadi tengah menatap mereka semua, hanya tersenyum dan mendengarkan dengan seksama, semua yang mereka katakan. Ada rasa senang, ketika dia mendengar percakapan mereka semua. Ternyata, mereka sedang membahas dirinya.

Ya, dia Fatim. Sejak tadi cewek itu mendengar semua percakapan mereka. Dari saat Fateh datang, hingga sekarang. Fatim jadi bingung, sebenarnya apa tujuan mereka menemui Fateh. Katanya ingin berpisah, tapi kenapa malah jadi membicarakan Fatim. Aneh.

Dia sudah berpikir matang-matang, apa yang harus dia lakukan saat ini. Fatim melirik arlojinya, sebentar lagi pesawat Fateh akan take off. Dia sudah menemukan waktu yang pas untuk menemui Fateh. Dan, ini saatnya.

"Fateh."

#$#

Ngegantung euy.
Maaf, aku lagi mood ngetik niha.

Salam dari author yang lagi berdiri di depan tivi sambil makan dan nonton tivi. Apasi :v

Fateh Ngeselin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang