1️⃣

83.6K 4.4K 197
                                    

Gelapnya malam tak berhasil membuat seorang pria yang tengah berdiri di tepi jembatan itu takut. Dengan pakaian hangat berwarna hitam yang di padukan celana tidur berwarna abu-abu, pria itu terlihat menatap ke arah bawah jembatan dengan tatapan kosong. Lingkar mata di sekitar matanya menandakan dengan sangat jelas bahwa pria itu sudah terlalu lama terjaga.

Dia Zuco, Zulleon Corner. Putra tunggal dari pebisnis ternama yang baru satu bulan lalu kehilangan sang Ibunda.

"Thank you for every pain that you gave to me, Life!" Gumamnya menggeram tertahan.

Pria itu mengangkat kaki kanannya ke atas pembatas. Namun tiba-tiba saja seseorang menariknya dengan kencang sebelum kaki kirinya ikut naik ke atas pembatas jembatan.

BRUGH!

"Aduh..." Suara ringisan terdengar nyaring di saat tubuh Zuco menindih tubuh seorang gadis yang berlari hanya untuk menarik tubuh Zuco turun dari atas jembatan.

Dengan cepat Zuco berdiri, kemudian ia menarik gadis itu dan menatapnya dengan tajam.

"Lo! Lo, arrrghh! Gak seharusnya lo narik gue!" Sentaknya.

Gadis itu memabalas tatapan Zuco dengan tak kalah tajam. "Resmi, lo resmi gila."

Zuco mengencangkan cengkeramannya pada kedua bahu gadis tersebut, hingga membuat gadis itu meringis menahan perih.

"Lo. Gak. Ta--"

"APA? UMUR LO BERAPA? PENCAPAIAN HIDUP LO UDAH SAMPE MANA, HEUH? BISA-BISANYA LO MAU LONCAT!" Bentak gadis itu yang dengan keras menepis lengan Zuco dari kedua bahunya.

"Udah syukur gue nyelametin lo," tambahnya.

Zuco hanya diam menatap gadis di hadapannya. "Lo bukan nyelamatin gue, tapi sebaliknya. Lo udah bawa luka gue balik!" Geramnya.

Zuco membalikan tubuhnya dan hendak melanjutkan niatnya untuk mengakhiri hidup.
Tapi untung saja, gadis itu menghadang tubuhnya dan,

PLAK!

"Bego! Bodoh! Miskin ilmu! Miskin agama!" Jerit gadis tersebut dengan mata yang entah sejak kapan berkaca-kaca.

Zuco memandang gadis itu dengan tatapan datarnya.

Dada gadis itu terlihat naik turun seiring emosinya yang mulai meluap-luap.

"Bodoh!" Gadis itu mendorong tubuh Zuco menjauh dari tepi jembatan.

"Bego!" Ia kembali mendorong tubuh Zuco yang masih diam dengan ekspresi yang sulit untuk di artikan itu ke tengah jembatan.

Gadis itu melirik kanan dan kirinya. Kemudian memundurkan tubuhnya hingga ke tepi jembatan kembali.

"Kalau mau bunuh diri di tengah jalan aja, biar ada konvensasi! Biar orang tua lo ada biaya buat tahlil! Dasar lemah!" Ujar gadis tersebut setengah berteriak.

Zuco menundukkan pandangannya dan tidak bergeming dari tempatnya sama sekali.

Mulut gadis itu membuka tak percaya dengan apa yang Zuco lalukan. Zuco benar-benar diam di tengah jembatan.

"Aish... Pria bodoh apa yang gue temuin, ya tuhan..." Ucapnya seraya mengusap wajah cantiknya itu dengan kasar.

Dan dengan langkah lebar, ia kembali mendekati Zuco dan membawa Zuco untuk kembali ke tepi dengan terus memegangi lengan pria frustasi itu agar tidak mencoba melakukan hal bodoh lagi.

"Lo! Ah okay, maaf kalau gue udah kasar, maaf juga karena gue udah nam--"

Gadis itu terdiam ketika Zuco memeluknya dengan tiba-tiba. Tangannya pun terangkat dengan sendirinya untuk mengusap punggung seorang pria yang terlihat sangat rapuh memeluk tubuh kecilnya.

"I'm so lonely... Gue emang bodoh, bego, lemah tapi--yang gue rasain gak seremeh yang orang lain bilang..." Lirih Zuco yang membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.

Gadis itu mengusap punggung Zuco dengan lembut, membuat Zuco memejamkan matanya dan bersamaan dengan itu, air matanya terjatuh.

"Pelukan ini... Aku mengenal pelukan hangat ini... Pelukan penuh kasih sayang... Hiksss... Mah, i miss you..." Lirihnya dalam hati.

Gadis itu melepaskan Zuco yang terlihat enggan untuk mengakhiri pelukannya itu.
Kemudian ia tatap pria yang berada di hadapannya dengan intens.

"You feel so lonely? So, can we be friend?" Tawar gadis itu dengan senyuman manis yang membuat Zuco terdiam.

Gadis itu mengulurkan lengan kanannya. "Gue Ailee, nama lo siapa?"

Zuco masih terdiam dengan tatapan yang sama, tatapan yang sulit untuk di artikan.

"You are mine, now." Desis Zuco pelan, sangat pelan.

Ailee mengernyitkan dahinya. "Yang jelas dong, Gue gak denge--"

"Aku-kamu," potong Zuco seraya membalas uluran tangan gadis manis bernama Ailee itu. "Zulleon Corner,"

Gadis itu melipat tangannya di depan dada dan mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi, gue pang--"

"Aku-kamu." Potong Zuco mengingatkan.

Ailee mengernyit heran, namun akhirnya mengangguk pelan. "Okay, jadi aku manggil kamu apa? Zul? Leon? Corner?"

"Terserah kamu,"

"Temen-temen kamu manggil apa? Biar--"

"Aku gak punya temen."

Ailee menyesali ucapannya dengan memukul bibirnya sendiri. Pria ini benar-benar merasa kesepian, pikirnya.

Tingkah Ailee diam-diam berhasil membuat kedua sudut bibir Zuco terangkat.

"Yeay senyum! Akhirnya senyum juga..." Ucap Ailee bertepuk tangan sendiri. Hal itu membuat Zuco semakin tersenyum lebar.

"Zuco, banyak yang manggil aku itu."

"Owh, pangeran Zuco, hm? Musuhnya Avatar dong hahaha..."

Zuco terkekeh gemas, kemudian ia memeluk tubuh gadis itu kembali. Ailee terkejut, ia sedikit takut. Pasalnya ia baru mengenal Zuco, itu pun karena aksi niat bunuh dirinya. Bagaimana jika Zuco gila? Tidak waras?
Memikirkan hal itu, Ailee langsung berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Zuco. Namun Zuco enggan untuk menjauhkan tubuhnya.

"Zu, Zuco lepasin ak--"

"You're mine."

Tubuh Ailee membeku mendengar kalimat pendek itu.

"Mak--maksudnya?"

"You know what i mean."

Dan sejak hari itulah kehidupan seorang Ailee berubah. Kebebasan yang selama ini ia koar-koarkan seketika hilang dari dalam dirinya. Kini yang ia katakan untuk orang lain agar tidak menjadi bucin, tidak bisa ia gunakan untuk dirinya sendiri. Ucapan, perintah yang berujung ancaman dari Zuco membuat Ailee terlihat seperti bucin di mata orang lain.


Gak tau kenapa pengen buat aja. Awowkwk... Selamat sahur di hari yang kedua para kesayangan Didit yang mampir ke sini....

Lanjut? Like, komen and share whehe

ZUCO's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang