9️⃣

26.2K 2.4K 114
                                    

Semoga suka...

Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.

Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.

Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"

Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha melepaskan diri. Zuco hendak memberikan privasi, tapi melihat darah yang sudah mengering dan juga ringisan Ailee, Zuco malah menatap luka itu.

PHAKK!! Ailee memukul lengan Zuco dan mengalingkan wajah kekasihnya itu ke arah lain. "Mata!"

Zuco membelakangi Ailee, ia terlihat mengusap wajahnya frustasi. "Arrggh... Sialan. Mereka harus dikasih pelajaran, aku gak bakalan biarin mereka." Geram Zuco.

Ailee menyimpan kapas bekasnya di atas meja, kemudian usap punggung tegap Zuco yang belum memakai pakaian itu dengan lembut. Zuco berbalik. "Udah selesai?" tanya Zuco seraya melirik paha Ailee yang sudah diplester.

"Udah liatinnya!"

Zuco terkekeh pelan, kemudian berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil satu kaos dan satu celana panjang. "Yaang, aku gak ada baju cewek. Pake ini aja dulu, abis itu kamu istirahat dulu di sini, atau mau makan dulu?" ucap Zuco seraya memberi Ailee pakaian miliknya.

"Ya udah, aku ke kamar mandi dulu. Sebelumnya makasih..." ucap Ailee.

"Sayangnya mana?"

Ailee hanya terkekeh pelan kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Zuco, ia Kembali memasang wajah penuh amarah. Kemudian ia raih ponsel miliknya dan menelpon seseorang.

"Pah, Papah tahan dulu dana yang mau di kirim ke SMA Assatya itu."

"Loh, kenapa? Bukannya kamu yang minta Papah bantu sekolah itu, biar Ailee--"

"Gak jadi, nanti aku ceritain semuanya. Papah tahan dulu aja."

"Kamu lagi gak ada masalah, kan?"

Zuco melirik Ailee yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. "Enggak kok, Pah. Sampai jumpa makan malam nanti, dah..."

"Dah, Papah sayang kamu."

"Ya, me too." Zuco pun menutup sambungan telponnya dan menatap Ailee yang tengah berdiri memeluk seragamnya yang sudah tidak berbentuk itu.

Zuco menutup matanya sejenak, ia selalu merasa kesal dan marah pada dirinya sendiri jika mengingat kondisi Ailee yang kacau karena ulah brandalan-brandalan sekolah.

"Seragamnya kamu simpan aja di sini, nanti biar Bibi yang buang." Ucap Zuco seraya berjalan menghampiri Ailee.

Ailee mengangguk paham. "Makasih yah," ucapnya tersenyum manis.

Zuco membalas senyuman itu, "lucu banget kamu pake baju aku, makin mungil." Ucapnya.

Ailee berjalan melewati Zuco dan duduk di sofa panjang yang menghadap langsung ke arah tempat tidur. "Iya deh yang badannya gede," sahutnya.

ZUCO's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang