Ailee terlihat duduk dengan gelisah, menunggu Jhonatan yang sedang menemui seseorang di lantai bawah gedung perusahaannya. Ia terus melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 14.30. Ailee harus sampai di rumah sebelum jam 4, agar Zuco tidak lebih dulu menjemputnya untuk berziarah pada makam sang Ibunda.
Setelah Zuco mengantarkannya pulang, Ailee langsung berganti pakaian dan pergi ke kantor Jhonatan untuk memastikan perkiraannya bahwa Zuco tidak cukup dekat dengan almarhum ibundanya.
Ceklek.
"Om,"
"Dokter silahkan masuk!" Ucap Jhonatan mempersilahkan seorang pria dengan kemeja rapih untuk masuk.
Ailee sempat mengernyit heran, sampai akhirnya Jhonatan memperkenalkan pria tersebut.
"Ailee, kenalkan ini Dokter Gilang yang menangani Zuco."
Ailee tersenyum ramah seraya menyalami Dokter tersebut.
"Kamu pasti mau membicarakan Zuco, kan?" Tebak Jhonatan.
Ailee menganggukkan kepalanya. "Iya, Om."
"Ya sudah, silahkan. Sebenarnya Dokter Gilang ingin membahas keadaan Zuco juga."
Ailee menghela nafas panjang sebelum mulai bercerita. Ia bahkan tidak tahu harus bertanya tentang apa, Zuco terlalu random untuk dijadikan pertanyaan.
"Om, apa Zuco dekat dengan Ibunya?" Tanya Ailee.
"Dulu, dari penglihatan Om sih mereka biasa aj--"
"Enggak, sebenarnya mereka tidak terlalu dekat." Potong Dokter Gilang. "Maaf saya potong Mr. Corner, sekalian saja. Ini baru saya ketahui dari Kenan, sangat sulit untuk meminta Zuco mengatakan semuanya secara terbuka.
Ailee menegakkan posisi duduknya dan memasang telinga dengan fokus.
"Diamnya Zuco bukan sifatnya, tapi lingkungannya yang membuat dia seperti itu. Zuco suka bercerita, tapi menurut Kenan, Ibunya Zuco bahkan lebih dekat dengan dirinya dibanding Zuco sendiri. Dan kamu, Jhon, kamu juga lebih sering menemui Kenan dibanding menjenguk Zuco yang selalu menyendiri di kamar." Ujar Dokter Gilang.
Jhonatan menautkan kedua alisnya. "Benarkah? Aku kira Zuco dekat dengan ibunya, jadi aku selalu menemui Kenan dan menanyakan keadaannya. Karena Ibunya Zuco kan hanya Ibu sambung untuk Kenan, jadi-- ya tuhan... Maafin Papah Zuco..."
"Aku menghabiskan waktu di kantor, jadi aku kurang tahu keadaan di rumah. Walau Ibunya Zuco bilang Kenan baik-baik aja, aku tetap memastikannya sendiri sampai, sampai menomor duakan anak bungsuku..." Sambungnya.
Dokter Gilang menatap Ailee. "Kenapa kamu menanyakan hal itu?"
"Karena, karena aku merasa Zuco itu sering mengatakan kesamaan aku dengan almarhum ibunya." Ucap Ailee. "Awalnya aku kira karena mereka dekat karena Zuco selalu tersenyum saat mengatakan itu, tapi makin sini... Aku merasa Zuco itu kesepian, dia lebih sering berperilaku kayak anak kecil. Tapi aku lebih suka dia kayak gitu dibanding Zuco yang pemarah..." Sambungnya.
Dokter Gilang mengangguk paham. "Dan ya, Zuco juga pernah bicara saat dia awal-awal masuk SMP, dia sempat dibully, teman-temannya menjauhinya karena Ibunya isteri kedua, sebelum kamu menceraikan istri pertama kamu."
Jhonatan terlihat menahan air matanya. Banyak hal yang dirinya tidak ketahui tentang kedua anaknya. Zuco yang sempat mengalami depresi, ditambah self injury dan Kenan yang tidak normal hal sexual. Dia terlalu fokus memenuhi kebutuhan materi keluarga dan melupakan bahwa kehangatan dan kedekatan diantara keluarga itu sangat penting.
"Pantes dia minta home schooling." Ucap Jhonatan.
"Obat penenangnya gimana?" Tanya Dokter Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...