Semoga suka.
Maaf kalau ngebosenin:*
Stay tune ya kesayangan Didit huhu...Zuco duduk bersila di atas tempat tidur, begitupun dengan Ailee. Mereka saling berhadapan. Sesuai dengan apa yang Ailee minta, setelah makan siang, Zuco akan berbagi cerita dengan dirinya. Sedangkan Kenan, ia diharuskan kembali menuju kantor atas permintaan Jhonatan.
"Okay, karena aku bingung. Jadi, kamu tanya aku aja," ucap Zuco.
Ailee mengangguk setuju. Itu pun akan menghemat waktu.
"Siapa temen terdekat kamu?" Tanya Ailee.
"Kak Kenan, Papah dan kamu." Jawab Zuco dengan senyuman.
"Yang lainnya?"
Zuco mengangkat bahu tak tahu bahkan tak peduli. "TK, SD sampai SMP sih masih ada, tapi pertengahan SMA, aku mulai paham kalau gak ada orang yang beneran temenan sama aku." Ucapnya.
"Contohnya?" Tanya Ailee.
Zuco terlihat berpikir dan, "sebagian temen aku cuma mandang nama belakang aku doang."
"Yaang, aku gak pernah cerita hal ini sama siapapun. Can you keep it as secret?" Zuco menggenggam lengan kanan Ailee.
Ailee mengusap punggung lengan Zuco dan mengangguk pasti. "Tentu."
"Sebenarnya, sebenarnya Mamah aku itu istri kedua." Ucap Zuco, ia menatap Ailee untuk melihat reaksi gadisnya itu. Namun Ailee hanya diam dan mendengarkan. "Aku tahu pas aku SD."
"Semua baik-baik aja, sampai akhirnya Mamah sama Papah sering berantem. Aku yang masih kecil gak tahu harus ngapain. Lelah banget denger mereka saling meneriaki," tambahnya.
Zuco menundukkan kepalanya.
"Aku kira dengan Mamah, Kak Kenan sama Papah ada di samping aku, itu udah cukup. Aku gak akan butuh siapapun lagi. Tapi sejak mereka sering bertengkar, aku jadi sendirian. Mereka memang terlihat baik-baik aja, tapi itu bohong. Cuma Kak Kenan yang tetap sama, tapi dia tinggal di rumah Mamahnya." Ucap Zuco.
Ailee menatap Zuco dengan iba.
"Temen-temen sekolah aku cuma ada kalo ada butuhnya aja, tapi di saat aku butuh mereka, merekanya gak ada." Lanjutnya.
Zuco menghela nafas berat. "Padahal aku cuma mau di denger, aku gak minta saran atau apapun. Akhirnya, ini..."
Nafas Ailee tercekat saat Zuco mengangkat celana selututnya dan memperlihat beberapa bekas luka goresan pada paha putih itu.
"Di tangan juga ada, tapi sejak ada kamu, udah gak ada luka baru." Tambah Zuco.
"Sekarang ada aku, kamu bebas mau cerita apapun. Sahabat atau temen itu gak usah banyak-banyak yang penting satu frekuensi, kayak aku sama Angga." Ucap Ailee.
Zuco mengangguk setuju. "Aku gak masalah sendirian. Aku cuma gak suka kesepian. Rasanya itu, kayak hampa..."
Ailee mengusap wajah Zuco dengan lembut. Zuco menggenggam lengan Ailee dan mengecupnya. "Aku takut. Aku gak tahu rasa takut itu muncul dari mana. Aku takut kamu pergi, kayak Mamah..."
Ailee mengusap lengan Zuco dengan lembut. "Jangan kayak gitu lagi yah, sayang banget kulit kamu."
Zuco menarik tubuh Ailee ke dalam pelukannya. "I love you..."
Ailee terdiam. Lagi-lagi ia tidak tahu harus membalas kalimat pendek itu seperti apa. Ia hanya bisa membalas pelukan Zuco dan mengusapnya dengan lembut.
"Zuco sayang Ailee... Ailee sayang Zuco?" Tanya Zuco yang kini menangkup wajah Ailee dengan kedua tangannya.
Ailee tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Zuco tersenyum senang melihatnya.
Ia menatap Ailee tepat pada manik matanya, wajahnya mendekat dengan perlahan. Dan Ailee refleks menutup mata indahnya, mata yang sangat Zuco suka, mata yang membuat Zuco merasakan kehadiran Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...