Halo!!
Semoga suka:*
Jangan lupa vote dan comment!
Share juga yah!Ailee masih belum mau berbicara pada Zuco, menatap matanya pun ia tak mau. Mereka kini sedang duduk di bangku taman sekolah, bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tapi Zuco hanya diam menemani Ailee tanpa mengatakan sepatah katapun. Zuco hanya menatap Ailee dengan terus menggenggam lengannya.
Sampai akhirnya Ailee mendengus kesal. "Kamu kalau gak ada yang mau diomongin mending pulang." Ucapnya.
"Katanya kamu sebel denger suara aku. Ya aku gak mau kalau kamu tambah marah," sahut Zuco dengan polosnya.
What?!
Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Ia sangat takjub mendengar alasan yang baru saja Zuco lontarkan.
"Au ah!" Kesal Ailee.
"Yaang, aku udah jujur sama kamu. Aku minta maaf, aku gak bilang tentang beasiswa itu."
Ailee menghela nafas berat dan, "kalau Kinar gak ngomong, aku gak bakalan pernah tahu dan kamu gak akan pernah ngasih tahu aku, iya kan?"
"Tapi aku gak bohong, aku cuma gak bilang." Ucap Zuco. "Lagi pula, yang minta kepala sekolah ngerekomendasiin kamu juga aku. Yang ngasih beasiswa juga perusahaan Papah aku. Kamu marah karena apanya sih, heran aku."
Ailee tersenyum hambar dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "itu kamu tahu. Kalau semua emang dari keluarga kamu, kenapa gak ngomong aja. Terbuka Zuco. Kalau kamu jelasin pelan-pelan, aku gak bakalan marah. Lah ini, aku tahu dari mulut mantan kamu."
Zuco menunduk lesu. "Maaf... Tadi kan aku udah jujur, aku udah ngaku..."
"Iya, sambil teriak-teriak? Nendangin meja. Diliatin orang. Persis orang gila."
Hening.
Seketika Ailee terdiam. Ia langsung menutup mulutnya dan beralih menghadap Zuco.
"Maaf..." Lirih Zuco dengan tertunduk.
Deg.
Ailee menahan nafasnya untuk sesaat, tidak seharusnya ia berkata seperti itu. Ia sudah tahu sejak awal, bahwa Zuco tidak bisa merasakan emosi secara normal. Ada rasa takut yang berbeda yang Zuco rasakan. Ada trauma yang hanya bisa Zuco gambarkan dalam kesendirian.
Zuco tidak takut kesendirian. Ia hanya benci merasakan kesepian, lagi.Dengan ragu dan perlahan, Ailee memegang bahu Zuco dan mengusapnya dengan lembut.
"Zuco, ak--" Ailee kembali diam saat Zuco menggeser duduknya, menjauh.
"Zuco, maaf..." Sesal Ailee atas kalimat terakhir yang dilontarkannya. Ia tidak bermaksud.
Zuco mengangguk pelan.
Ailee menegakkan tubuhnya dan melipat lengan di depan dada. "Ck. Tuh kan, aku yang marah tapi akhirnya tetep aku juga yang minta maaf." Ia melirik Zuco untuk melihat reaksi kekasih manjanya itu.
Namun Zuco hanya diam menatap ujung sepatunya.
"Kamu beneran kesinggung sama kalimat aku?"
"Enggak, kok. Dulu juga Kinar bilang gitu."
Ailee terdiam. Namun ia kembali tersenyum penuh arti dan,
BUKH! Ailee memukul punggung Zuco dengan tasnya.
Zuco hanya mengaduh sebentar dan kembali terdiam.
"Kinar terus, kamu masih suka sama dia?" Pertanyaan itu membuat Zuco menatap Ailee dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...