Banyak sekali hal yang membuat Ailee lebih banyak diam selama menemani adiknya makan malam.
Kepalanya mulai di penuhi satu nama, yaitu Zuco. Ia bahkan kehilangan nafsu makan malamnya hanya karena pria itu. Pria yang bari saja menelponnya dan bercerita mengenai kejadian apa saja yang dirinya alami di sekolah, sedangkan Ailee hanya menjawab seperlunya saja.Fyuuuh....
Kiran, adik kecilnya langsung menatap Ailee dengan kening berkerut.
"Kak, ada apa?" Tanyanya dan Ailee tidak menyadari hal itu. Ia hanya diam menatap ponselnya.
Karena tak kunjung mendapatkan respon, Kiran pun mengangkat bahu acuh dan melanjutkan makan malamnya.Sampai akhirnya Kiran selesai dengan makan malamnya dengan ditemani Kakaknya yang melamun di sepanjang dirinya makan.
Bahkan saat ini pun, saat mereka membereskan piring, Ailee masih diam dan sibuk dengan pikirannya. Hal itu membuat Kiran kesal, ia lebih menyukai Kakaknya yang bawel di bandingkan pendiam."Kakak kenapa sih?" Tanya Kira seraya menepuk bahu Ailee yang tengah bersandar pada dinding dapur.
Ailee melirik adiknya dan menggelengkan kepalanya perlahan. "Gak pa-pa. Udah, masuk kamar dan belajar. Tinggal 3 bulan lagi kamu ujian,"
Kiran menyipitkan kedua matanya. "Kakak beneran gak pa-pa? Aku udah 12 tahun loh Kak, aku bisa kok dengerin cerita Kakak."
Ailee terkekeh pelan dan mengusap kepala Kiran dengan penuh kasih sayang. "Iya Kakak tahu, tapi emang gak kenapa-napa. Udah ah, sana belajar..." Ailee mendorong pelan tubuh Kiran agar pergi ke kamarnya dan lanjut menyimpan piring yang sudah dirinya cuci.
Selesai dengan pekerjaan dapur, Ailee berjalan menuju ruang tamu dan memainkan ponselnya dengan posisi berbaring di atas sofa.
"Gimana caranya supaya Zuco ngerti dan gak maksain diri buat jadi pacar gue, ya?" Gumamnya dengan menatap langit-langit.
"Aish... Nambah-nambah pikiran aja tuh orang." Kesalnya seraya memejamkan mata dengan erat.
Ailee melirik jam di dinding sebelah kirinya. "Baru jam setengah sembilan, masih satu setengah jam lagi Mamah pulang." Ucapnya.
Semenjak kepergian Ayahnya dua tahun yang lalu, keuangan mereka mulai kacau. Dari biaya Ailee masuk SMA, dan lain sebagainya membuat Ibunya harus bekerja banting tulang untuk menghidupi Ailee dan juga Kiran. Dan sejak saat itu pula, Ailee harus kehilangan kenyamanan. Rumah sampai mobil harus di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka karena saat itu Ibunya belum mendapatkan pekerjaan. Sampai 3 bulan yang lalu ibunya bekerja di sebuah pabrik tekstil dan Ailee yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Tok... Tok... Tok...
"Loh, Mamah kok--"
"Sayang, ini aku!" Ailee memutar bola mata sebal.
"Si menyebalkan datang. Mau apa sih dia!" Kesalnya seraya berjalan ke arah pintu. Dan,
Ceklek.
Sebuah senyuman manis di wajah tampan sama sekali tidak membuat Ailee senang. Ia hanya mengangguk dan mengangkat sebelah alisnya.
"Ada apa?" Tanyanya.
Zuco mengangkat kedua tangannya untuk memperlihatkan dua buah kantung plastik.
"Temenin aku makan malam, mau yah?"
Ailee kembali melirik jam di dindingnya. "Aku udah selesai makan. Kenapa gak makan di rumah sendiri aja sih?"
Zuco memberengut kesal. "Kamutuh..." Rengeknya.
Ailee menatapnya jijik. "Apaan sih, aneh. Udah ah, sana pulang! Ganggu banget sih,"
Zuco terdiam dan menatap Ailee dengan datar. "Ya udah, aku gak akan makan malam sampe kamu mau nemenin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...