Ailee berjalan dengan sebuah kotak yang ia jinjing ditangan sebelah kirinya. Ia baru saja turun dari mobil Zuco dan tanpa menunggu tunangannya itu, Ailee berlalu begitu saja menuju kantin untuk menitipkan donat yang dibuat oleh Ibu juga dirinya.
Zuco yang sibuk dengan ponselnya di dalam mobil tidak menyadari jika Ailee sudah menjauh dari mobilnya, ia kira Ailee sedang menunggunya di luar, nyatanya ditinggalkan.
"Kinar gak boleh nikah sama Om Willson, kasian sepupu gue punya Ibu titisan dakjal." Pikir Zuco.
Zuco mengedarkan pandangannya dan mengembuskan nafas kasar ketika melihat Ailee yang sudah berjalan di koridor kelas.
"Tinggal aja terus." Gumamnya. "YAAANG! TUNGGU!" Teriaknya.
Dengan langkah lebarnya ia berlari menyusul Ailee.
Sedangkan Ailee tersenyum mendengar teriakan itu walaupun samar. Di satu sisi ia senang karena Zuco selalu membuat dirinya merasa berharga dengan berterus terang tentang hubungan mereka, bahkan Zuco tidak malu untuk menunjukkan sisi manja di hadapan orang hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
"Tungguin!"
Ailee menghentikan langkahnya dan berbalik. "Ayo, cepet!"
"Kok jalan duluan sih?" Tanya Zuco yang kini berdiri di samping Ailee.
Mereka pun mulai berjalan beriringan.
"Takutnya kamu malu, lagian tadi kamu sibuk main handphone." Ucap Ailee.
Zuco merangkul bahu Ailee. "Itu terus, jangan bahas malu atau apapun lagi. Aku gak suka." Ucapnya.
"Heem..."
"Sini, biar aku yang bawain!"
Ailee langsung menjauhkan jinjingannya. "Gak usah Zuco, mending ke kelas sana!"
"Gak mau, mau ikut kamu." Rengek Zuco dengan pipi yang kini mulai terlihat chubby.
Ailee terkekeh pelan. "Gak malu, hn? Singa si raja hutan jadi baby tiger gini... Huhu..."
"Nope. Dan ya, aku gak suka dipanggil baby, bayi atau apalah itu. Awas aja manggil aku gitu,"
"Gak nyadar sih, kelakuan kamu itu kayak bayi." Ujar Ailee.
"Ish..."
Dan akhirnya mereka pun sampai di salah satu kedai kantin yang paling sering dikunjungi siswa dan siswi karena menunya yang komplit.
"Emh, Bu... Permisi..." Ucap Ailee mengalihkan Ibu kantin yang sedang merapihkan posisi botol minum.
"Iya, Neng? Ada apa? Ibu belum bikin apa-apa, Nengnya dateng pagi banget."
Ailee tersenyum dan menggigit bibir bawahnya ragu. "Begini Bu, saya mau titip Donat buatan Ibu saya. Gimana Bu, boleh?"
"Aduh Neng, Ibu sudah terlalu banyak titipan. Takutnya ketutup sama jualan yang lain... Maaf yah Neng..." Ucap Ibu Kantin.
Zuco mengambil alih jinjingan yang Ailee pegang dengan wajah sedih.
"Biar aku yang jualin." Ucap Zuco. Kemudian ia menatap Ibu Kantin tersebut. "Ibu tahu siapa saya? Pasti tahulah ya, orang surat ijin jualan aja butuh tanda tangan Ayah saya." Sambungnya.
Ailee langsung mengusap lengan Zuco. Ia takut Zuco berbuat hal yang berlebihan hanya untuk membelanya.
"Zuco, it's okay..." Ucapnya dengan tersenyum.
Kemudian ada seorang siswa yang hendak memesan nasi uduk untuk sarapan.
"Bu, nasi uduknya sa--"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...