Zuco terlihat berdiri di depan gerbang sekolah sang kekasih, ia mengusap wajahnya dengan gusar. Sudah setengah jam lamanya ia menunggu kedatangan Ailee, namun gadis itu tak kunjung melintas di hadapannya.
Bahkan ponselnya pun tidak bisa di hubungi, lebih tepatnya tidak di angkat.Sampai akhirnya ia mendapat telpon balik dari Ailee.
"Hal--"
"Kamu di mana?"
"Kamu di mana?"
Zuco memutar bola mata sebal saat mendapatkan pertanyaan yang sama sebagai jawaban.
"Zu? Zuco?"
Zuco mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku di depan gerbang sekolah kamu, udah hampir setengah jam aku nungguin kamu."
"Kamu pulang aja, aku lagi ada--apasih Angga diem! Lagi ngomong sama Zuco nih!"
"Kamu di mana?" Tanya Zuco yang terlihat geram saat mendengar Ailee menyebut nama Angga.
"Lee? Ailee jawab." Tekannya.
"Be--bentar, okay aku kirim lokasinya aja." Sahut Ailee dan panggilan pun terputus.
Zuco menggeram tertahan kemudian masuk ke dalam mobil. Dan sebuah pesan berisi lokasi pun masuk.
"Sialan. Mereka pergi berdua." Gumamnya dengan mata yang menyipit tajam.
"Arrghh..." Geramnya dengan memukul stir dan menambah kecepatan agar ia cepat sampai di tempat Ailee berada.
Raut wajahnya masih belum berubah, ekspresi marahnya masih belum mengendur. Sampai akhirnya ia sampai di sebuah halaman yang cukup luas, dan sedikit gersang. Sebuah lapangan. Jauh dari jalan raya.
Dengan cepat Zuco keluar dari dalam mobil dan membanting pintu dengan keras. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan kekasihnya.
"Ngapain mereka di tempat kayak gini?" Bingungnya.
Zuco mengernyit heran seraya berjalan menuju sebuah gubuk kecil yang berada di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Kekasihnya terlihat tertawa di hadapan beberapa anak-anak, Zuco pun mempercepat langkahnya menuju gubuk tersebut.
"Ekhem." Dehem Zuco untuk mengambil perhatian.
Ailee langsung melihat ke arahnya, begitupun dengan Angga dan juga beberapa anak-anak yang duduk di manis di hadapan Ailee dan juga Angga.
"Kamu lagi ngapain di sini?" Tanya Zuco to the point. "Kenapa sama dia?" Tunjuknya pada Angga.
Angga beringsut turun dari atas gubuk tersebut. "Gue sama Ailee emang rutin dateng ke sini seminggu dua kali." Ucapnya yang kini berdiri di samping Zuco.
Zuco hanya diam dengan ekspresi tidak sukanya.
"Kenapa kamu gak bilang dulu sama aku?" Kini Zuco bertanya pada Ailee yang masih duduk dengan celana olahraganya.
"Gak sempet, tadi buru-buru." Jawab Ailee.
Angga mengangguk dan menepuk bahu Zuco. "Heem, mana sempat keburu telat." Candanya dan Ailee pun tertawa, bahkan anak-anak yang berada di sana juga.
Zuco menepis lengan Angga yang menempel di bahunya.
"Turun, kita pulang." Ujar Zuco.
Ailee memutar bola mata sebal. "Gak bisa, belum selesai ngajarnya."
"Sabar dong Zu, kasian anak-anak ini. Mereka gak bisa sekolah,"
"Ya terus? Dengan kalian ngajar di sini, mereka bakal dapet ijazah? Enggak kan. Mereka bakalan tetep kerja jadi pemulung. Baju mereka aja lusuh kayak gitu." Ujar Zuco yang berhasil membuat Ailee menatapnya dengan tatapan tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...