Sudah 3 hari berlalu sejak hari itu, hari ketika Ailee meminta break dalam hubungannya dengan Zuco. Dan semua berjalan seperti seharusnya. Keduanya tidak melakukan komunikasi. Zuco berusaha untuk tetap cool seperti biasanya. Bahkan kabar Break mereka membuat para siswi terlihat berusaha untuk merebut perhatian Zuco, namun Zuco sama sekali tidak melirik mereka. Tidak satupun.
Bagaimana tidak, Zuco kini lebih terfokus memperbaiki pola pikirnya. Overact, over thinking, rasa khawatir yang berlebih, rasa takut yang tak wajar dan rasa gelisah yang tidak beralasan, Zuco mencoba untuk memperbaiki itu semua. Perlahan.
Itu semua demi Ailee. Dulu ia tidak pernah ingin bertemu Dokter manapun, ia percaya dirinya baik-baik saja. Tapi mengingat Ailee dan apa yang Angga katakan sebagai peringatan, Zuco pun mengerti.
Kini bukan hanya tentang dirinya. Karena ada Ailee dalam hidupnya, ada seorang anak gadis yang orang tuanya percayakan untuk dirinya jaga. Ada seorang gadis yang harus dirinya bahagiakan.
Benar apa kata Ailee. "Kalau kamu gak mencintai dirimu sendiri. Gimana kamu bisa mencintai aku?"
Zuco yang sedang berjalan melewati lapangan out door tersenyum begitu saja ketika mengingat kalimat itu.
Sampai sekarang pun dirinya tidak mengerti dengan sistem kerja otak manusia. Terkadang otak merespon masalah kecil menjadi ketakutan yang besar. Dan terkadang, otak juga selalu mengingat hal yang ingin kita lupakan. Juga sebaliknya.
Zuco melirik pergelangan tangannya. Di sana tertulis nama Ailee. Semalam ia menulisnya, atas saran Dokter Gilang.
"Zuco, siapa yang paling kamu sayangi?" Tanya Dokter Gilang.
"Ailee." Jawab Zuco tanpa ragu.
Dokter Gilang meraih pergelangan tangan kekasih Ailee yang manja itu. "Tulis nama Ailee di sini. Di saat kamu ingin melukai diri sendiri, kamu akan teringat Ailee. Kamu gak mau nyakitin dia kan?"
"Baik." Jawab Zuco.
Begitulah percakapannya dengan sang Dokter. Sampai akhirnya, semalam ia merasakan kekhawatiran dan rasa takut berlebih. Ia takut Ailee akan berpaling dari dirinya selama break mereka berjalan. Ia hendak menyakiti dirinya kembali, namun nama Ailee menghentikan niatnya itu.
Zuco kembali dibuat tersenyum walau hanya dengan sebuah nama. Namun kembali terlihat sedih ketika mengingat kondisi hubungannya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Zuco!" Panggil Kevin dari arah belakang.
Zuco menghentikan langkahnya dan menunggu Kevin dengan malas.
"Gue akan pindah keluar kota." Ucap Ketika berada di hadapan Zuco.
"Heem, terus?"
Mata Kevin terlihat berkaca-kaca. "Gue tahu lo gak peduli. Tapi gue ngasih tahu lo karena gue ngerasa kalau gue harus bilang. Bagaimanapun udah dari awal masuk kita temenan. Walau akhir pertemanan kita gak baik, gue selalu berharap lo mau maafin gue."
Zuco melipat tangannya di depan dada. "Heem. Okay. Lo mau pergi kan? Udah bilang juga, apa lagi?"
Kevin tersenyum hambar. Ada rasa sedih mendengarnya. Zuco teman yang baik, tapi dirinya malah merebut kekasih dari sahabatnya sendiri.
"Gue minta maaf dan makasih buat semuanya. Lo kawan yang baik."
Zuco mengangguk dan mengedikkan bahu. "It's okay. Lagi pula, sekarang gue udah ada Ailee. Seseorang yang menerima gue apa adanya. Gak kayak yang sebelumnya. Minta duit ke gue, ena-enanya sama lo. Sialan."
Zuco bahkan tertawa mengatakan itu. Ia baru sadar betapa bodohnya dirinya pada masa sebelum Ailee datang ke dalam kehidupannya.
"Sekali lagi, gue--"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...