Hari ini sangatlah menyebalkan. Ailee baru saja sampai di kelas, beberapa saat kemudian mantan dari kekasihnya menyusul masuk dengan dua orang sahabatnya. Ailee kira Kinara akan berhenti setelah kejadian kemarin, karena wanita itu tidak mengganggunya. Ternyata Kinara mencari sekutu terlebih dahulu. Ck. Sial.
"Heh!" Tegur Kinara. Ailee yang sudah duduk manis di bangkunya, kembali berdiri.
"Lo masih belum jauhin Zuco?"
Ailee menatap Kakak kelasnya itu dengan malas. "Kenapa? Dia pacar gue, Kak. Gue masih sopan loh ini,"
"Kalau gue bilang jauhin, ya jauhin." Tekan Kinara.
Ailee memberikan tatapan datarnya. "Gue bilang gak mau, ya gak mau. Paham?"
Kinara terlihat menggeram tertahan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat. Sedangkan dua temannya kini berdiri di kedua sisi Ailee.
"Berani lo nolak perintah gue? Hm?" Tekannya.
"Gue masih diem, karena gue sadar diri, gue masih terlalu baru buat nyari ribut." Ucap Ailee seraya melirik kedua siswi yang berada di kanan dan kirinya.
Kinara tersenyum miring.
"Pegangin dia." Titahnya. Belum sempat Ailee menepis, kedua siswi itu sudah memegangi dirinya.
Siswi yang baru saja masuk ke dalam kelas seketika terdiam, bahkan ada yang kembali keluar.
"Sial. Kenapa orang-orang yang mau ngelawan gue harus keroyokan." Geramnya.
Ailee kembali mengingat kejadian di sekolah sebelumnya. Ia tidak membalas salah satunya hanya karena dirinya masih menghargai persahabatan masa kecilnya. Tapi sekarang? Ia tidak memiliki alasan apapun untuk diam.
Kinara memegang dagu Ailee, menatapnya sinis kemudian ia lepas dengan kasar.
"Lo bisa masuk ke sekolah ini karena beasiswa. Jangan belagu. Kalau kepala sekolah lo gak dateng ngerekomendasiin nama lo, lo gak bakalan ada di sini." Ucapnya.
Ailee terdiam. Bukankah, Ayah Zuco yang menanggung biayanya. Setidaknya itu yang Zuco katakan saat membujuknya.
"Beasiswa?"
Kinara tertawa hambar. "Lo kira dari siapa? Bapak lo?"
Rahang Ailee mengeras. "Gue udah gak punya Ayah." Tekannya. "Sekolah ini lebih butuh gue, prestasi gue. Di banding lo. Paras cantik gak bisa bikin harum nama sekolah ini." Tambah Ailee.
Kinara menatap Ailee dengan tajam. Ia meraih spidol yang berada di atas meja guru. Dengan kasar ia memegang wajah Ailee dan mengarahkan spidol itu ke wajahnya. Namun tiba-tiba saja seseorang menggebrak pintu kelas tersebut dengan keras.
Mereka terperanjat kaget, saat Zuco datang dengan ekspresi marah. Tepat di samping Zuco, Sara berdiri dengan menatap Ailee khawatir.
Kedua teman Kinara melepaskan Ailee. Ia langsung bersembunyi di balik tubuh Kinara tanpa suara sedikitpun. Sedangkan Ailee, ia malah terdiam memikirkan kata beasiswa yang Kinara katakan kepadanya.
Sara berlari menghampiri Ailee dan merangkul bahunya. "Lo gak pa-pa kan? Sorry gue lama, susah nyari Kak Leon."
Ailee mengangguk pelan. "Gue gak pa-pa. Thanks ya..."
Ailee kembali duduk. Sara menarik salah satu kursi dan duduk di samping Ailee. Sedangkan Zuco, ia terlihat berdiri di hadapan Kinara dengan tangan yang dilipat di depan dada.
"Ini peringatan terakhir. Kalau sampai Ailee kenapa-napa, bukan orang lain, tapi gue sendiri yang akan turun tangan." Tekan Zuco.
Kinara terlihat berusaha meraih lengan Zuco. "Zuco, jangan kayak gitu... Aku nyesel, aku masih sayang sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Teen FictionZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...