Keesokan harinya, hubungan mereka sudah baik-baik saja. Zuco kembali menjemput Ailee untuk berangkat bersama, Zuco kembali mengganggu Ailee dengan pesan-pesan dan juga panggilannya. Tapi Ailee tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, bahkan jika Zuco memintanya melakukan video call dengan paksa, Ailee hanya perlu mengangkat kemudian membiarkan Zuco menatapnya.
Tinggal setengah jam lagi bel masuk berbunyi. Dan Zuco terlihat duduk di ruangan untuk ekstrakurikuler cheer leader dengan ditemani beberapa anggotanya. Ia terlihat menunggu seseorang yang juga sempat dirinya temui, Jessie, ketua ekskul tersebut.
"Kalau boleh tahu, Kak Leon ada perlu apa yah, ya kak?" Tanya seorang siswi.
Zuco hanya diam tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan adik kelasnya itu.
"Emh, Kak Leon mau--"
"Berisik." Sahut Zuco yang sudah mulai bosan menunggu.
Hingga akhirnya Jessie datang, ia langsung duduk di hadapan Zuco. "Maaf Kak, tadi jalanan macet." Ucapnya.
Zuco menegakkan posisi duduknya dan menatap Jessie kemudian beberapa anggota yang lain bergantian.
"Gue denger kalian lagi butuh sponsor supaya ekskul ini berjalan lancar,"
Jessie mengangguk sebagai jawaban. "Iya, Kak."
"Gue bisa bantu."
Jessie menatap Zuco tak percaya. "Beneran? Kak, seriusan?"
Zuco berdiri dari duduknya. "Tapi ada syaratnya."
"S-syarat? A-apa syaratnya?"
Zuco tersenyum penuh arti. "Mudah, cari alasan selogis mungkin untuk membuat Ailee keluar dari ekskul ini."
Damn.
Semua terdiam dan saling memandang.
"Tapi Kak, kasihan Ailee, dia--"
"Butuh sponsor gak?" Potong Zuco kembali mengingatkan imbalan yang akan ekskul itu dapatnya.
Jessie terdiam.
"Atau mau ekskulnya di tutup, itu bukan masalah besar buat gue." Ancam Zuco pada akhirnya.
Jessie memandang beberapa anggota yang berdiri di belakangnya. Kemudian menghela nafas pasrah.
"Okay," putus Jessie.
Zuco tersenyum puas. "Mengeluarkan satu anggota baru demi menyelamatkan anggota yang lain itu sebuah keputusan yang bagus." Ucapnya.
Namun tanpa mereka sadari, jika sejak awal ada seseorang yang berdiri di depan ruangan, mendengarkan negosiasi yang Zuco lakukan dengan menahan rasa sakit hati.
Ailee tersenyum hambar mendengar setiap kalimat yang Zuco ucapkan di dalam ruangan. Kemudian ia terduduk disebuah bangku tepat di bawah jendela ruangan tersebut.
Ini sudah keterlaluan.
Matanya mulai berair. Zuco benar-benar mengambil alih kehidupannya. Semua hal berjalan sesuai dengan yang pria itu inginkan, semua yang Ailee inginkan, Zuco yang memutuskan dirinya akan dapat atau tidak.
Ailee terduduk dan menangis dalam diam seraya memegangi dadanya yang terasa sesak.
Kemudian terdengar langkah kaki keluar dari dalam ruangan. Ia langsung menunduk menyembunyikan air matanya.
"Ailee..."
Deg.
Suara itu, itu suara Zuco.
Ailee langsung berdiri dan hendak berlalu. Namun Zuco langsung menahan pergelangan tangannya.
"K-kamu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUCO's Obsession
Fiksi RemajaZulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan kesepian lalu nyaman dengan gadis yang dengan senang hati menjadi temannya. Ternyata perkiraannya sala...