Setelah Dervin selesai mandi dan selesai berpakaian, pintu kostannya didobrak oleh kedua temannya dan langsung meminta penjelasan dengan begitu heboh.
"Jelasin kejadian tadi di gerbang! buruan!" Daffa mendesak Dervin dengan tak sabaran.
"Heh! Lo berdua minta penjelasan udah kayak minta gue tanggung jawab aja. Lebay lo!" ucap Dervin kesal karena ia begitu terkejut.
"Iya, kita minta lo tanggung jawab!" ucap Daffa tegas.
"Heh! Gue kagak grepein lo berdua ye, najis amat," balas Dervin sewot.
"Please, Vin! Lo ga bisa sinkronin kondisi, apa? Bukan waktunya bercanda, Vin! Dervin yang ogeb, harus tau mana waktunya bercanda mana waktunya serius! Pantes kagak ada yang mau pacaran sama lo, Vin!" cerocos Daffa panjang lebar dengan wajah memelas.
Dervin mengerutkan alis dan sedikit memundurkan wajahnya menatap kedua temannya. "Dih, anjir! Makanya to the point lo berdua gak usah bacot gak jelas bertele-tele!" ucap Dervin datar.
Daffa memberi kode pada Dery untuk melancarkan beberapa pertanyaan. Namun Dery sendiri malah memberi kode balik kalau lebih baik Daffa saja yang menyerang Dervin dengan pertanyaan. Daffa tak terima dan akhirnya mereka berdua malah saling adu tatapan dengan bibir berkomat-kamit tak jelas.
Dervin menatap malas kedua temannya yang sedang berinteraksi lewat lirikan mata dan bibir bergerak seolah tengah beradu ucapan.
"Terusin sampe Upin Ipin wisuda!" kata Dervin datar, ia mengisap vape saja.
"Buruan ngomong, bego!" ucap Dery akhirnya buka suara.
"Males, udah keduluan sama lo! Lo aja yang ngomong!" balas Daffa ketus.
"Si anying! Pundungan banget sih lo, Daff. Ayolah Daff, lo aja yang ngomong. Gue ga bisa banyak bacot ini pipi gue masih perih gara-gara sepatu laknat lo!" ucap Dery kesal.
"Yang lemparnya juga laknat!" timpal Dervin santai.
"LO KAGAK ADA AKHLAK, DERVIN!" sentak Dery dan Daffa bersamaan meluapkan seperempat kekesalannya.
Dervin berjengit kaget menatap horor kedua temannya, "Buset! Lo pada abis kena gigitan anjing gila?! Galak bener," gumam Dervin mengangkat sudut bibir atasnya.
"Bodo lah, Vin! Gue sama Dery minta penjelasan lo soal yang di gerbang sekolah tadi! Kita tanyain sewaktu di lapangan basket, lo malah pergi gitu aja," balas Daffa menghela nafas lelah. Memang benar, mempunyai sahabat seperti Dervin perlu kesabaran yang banyak. Benar-benar menguras emosi dalam sehari.
Dervin bungkam setelah mendengar penuturan sahabatnya, sudah saatnya ia bercerita dan menjelaskan semuanya pada kedua sahabatnya agar lain kali mereka tidak salah sangka. Dervin menceritakan semua kronologinya dari sejak ia sampai ke sekolahan dan masuk kelas sambil menunggu kedatangan Dery dan Daffa yang tak kunjung datang.
"Heleh ngeles lo, pantes kita gak datang-datang karena dari awal di kostan lo ngasih gue ke kandang Singa! Kedua, lo tuh datang terakhir, man! Sengaja mancing keributan pake acara geber-geber knalpot lo, sampe Pak Bambang datang! Dah tau situasinya di situ gue sama Dery mau lompatin gerbang mumpung Pa kumis kagak ada," cerocos Daffa menguatkan fakta kejadian tadi pagi dan tak percaya dengan penjelasan Dervin.
Dervin menepuk jidatnya.
"Lo check absen gue di si Rena, sana! Lo tanya si KM Toni sana! Kalau masih kagak percaya," balas Dervin datar. Ia juga bingung sendiri dan bergulat dengan berbagai prasangka lain."Lah, jadi itu tadi bukan lo? Anjir masih kagak percaya gue, Nyet!" gumam Dery tak percaya dengan penjelasan sebelumnya dari Dervin.
"Yaudah kalo ga percaya. Terserah lo berdua!" balas Dervin acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Leader! || ✔️
Teen FictionAwal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak membuat dirinya menjadi sosok anak yang nakal ataupun pembangkang. Namun sebaliknya, ia menjadikan sem...