Diva berjalan keluar dari markas Bragasdon. Udara malam yang terasa dingin menusuk kulitnya yang tak dilapisi oleh jaket tebal. Tak ada pilihan lain lagi, ia mulai menaiki motornya lalu pergi meninggalkan markas Bragasdon.
Namun perjalanan yang biasanya ia rasakan lancar, kini mendadak terhenti ketika seseorang berhoodie hitam yang memakai helm fullface AGV itu berdiri tegap di depannya menghadang jalan yang akan ia lalui. Diva membunyikan klakson beberapa kali namun orang itu sama sekali tak memperlihatkan pergerakkan akan menghindar dan memberi jalan untuknya.
Ia terus menekan klakson tanpa henti. Kesal, ia turun dari motornya lalu menghampiri orang tersebut yang beridiri memunggunginya.
"Heh, lo siapa? ngajak ribut lo ngehalangin gue?!" teriak Diva penuh emosi setelah berhasil membuka visor helm yang ia kenakan.Orang tersebut berbalik menghadap Diva. Kemudian tanpa bisa lagi Diva menghindar, orang tersebut sudah berhasil menariknya pergi dan memaksanya duduk di atas motor orang misterius itu. Tak ada gunanya juga Diva memberontak untuk terlepas.
"Diam lo, pengkhianat! sekali lagi lo berontak, gue seret lo ke hadapan Edgard!" desis cowok itu begitu tajam dan tak main-main.
Diva tertegun lama hingga ia tak menyadari tubuhnya sudah diposisikan duduk di atas jok belakang motor besar cowok itu. Hilang sudah kesempatannya untuk kabur karena kini ia sudah dibawa pergi oleh orang misterius itu. Ingin mengabari Farel namun rasa takutnya menguasai dirinya. Diva yakin, cowok itu adalah bagian dari Chain tapi siapapun itu Diva tidak mengenalnya.
Jarak yang ditempuh semakin menjauhi kawasan Bragasdon dan juga markas Chain. Ia tak tau cowok itu akan membawanya pergi kemana.
"Lo mau bawa gue kemana, brengsek?!" teriak Diva memukul keras pundak cowok itu."Ke dunia yang sebenarnya dan bangunin lo dari mimpi," jawab cowok itu enteng dan misterius. Itu malah membuat Diva semakin takut.
Cowok itu memacu kendaraannya semakin menjauhi perkotaan. Diva sadar telah menjadi korban penculikan oleh anggota komunitas yang sama. Ia akan menjadi tahanan cowok itu, padahal ia sendiri tak tau ada masalah apa dengan cowok itu sehingga berbuat seperti ini.
Laju motor berhenti di sebuah bangunan sederhana yang Diva tahu adalah vila. Udara malam yang terasa semakin dingin menusuk ketika ia menyadari posisi vila itu berada di kaki gunung dan dikelilingi hamparan perkebunan teh yang tersusun rapi. Ia tak tau daerah itu sama sekali.
"Lo mau ngapain?" tanya Diva waspada dan raut wajahnya tampak ketakutan. Ia takut cowok itu akan berbuat macam-macam padanya.
Cowok itu tersenyum miring menatap ketakutan yang terpatri jelas di mata Diva, "santai, gue ga akan macam-macamin barang murahan kayak lo." ucapannya tepat sasaran menembus relung hati gadis itu. Begitu mulus meluncur tanpa hambatan dari daging tak bertulang, tanpa mau repot memikirkan bagaimana perasaan perempuan itu.
Dengan satu tarikan kasar, cowok itu menarik tubuh Diva masuk ke dalam vila hingga sampai di sebuah kamar. Ia mendudukkan Diva di atas kursi lalu membuka paksa helm yang masih melekat di kepala perempuan itu. Ia semakin puas ketika melihat wajah cantik itu sudah dibasahi oleh airmata, sekali lagi ia tegaskan bahwa ia tak peduli sama sekali.
"Lo siapa, hah?!" teriak Diva putus asa, ia ketakutan dengan sosok lelaki yang berdiri di hadapannya masih mengenakan helm.
"Kalau gue buka helm, lo kenal gue ga?" tanya cowok itu tenang. Diva tak menjawab, sedangkan cowok itu langsung melepas helm yang ia kenakan dan saat itu juga Diva terkejut ketika mengetahui lelaki itu.
"Dervin?!" ucapnya tak percaya ketika ia mengetahui cowok yang menculiknya adalah Dervin, teman sekolahnya. Tapi ia meragukan orang itu adalah Dervin, karena tidak mungkin Dervin mengetahui identitasnya sebagai anggota Chain.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Leader! || ✔️
Fiksi RemajaAwal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak membuat dirinya menjadi sosok anak yang nakal ataupun pembangkang. Namun sebaliknya, ia menjadikan sem...