Chapter 14

222 46 18
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, para pelajar SMA Permata sudah berhamburan pulang. Terutama di lahan parkiran, begitu banyak murid yang kini memang sudah diperbolehkan menggunakan motor. Mereka bersiap untuk pulang juga.

"Dervan!"

Suara itu berasal dari arah belakang tubuh Dervin yang baru saja sampai di parkiran, "Apa, Vira?" tanya Dervin jengah kala mengenal suara gadis itu.

"Besok datang pagi lagi?" gadis itu balik bertanya ketika ia tepat berada di depan Dervin.

"Iya, kenapa?" Dervin menjawab, namun diakhiri pertanyaan lagi. Ia memakai helmnya lalu naik di atas motornya.

"Hehe, besok gue boleh numpang ya. Please!" belum sempat Dervin membalas, gadis itu kembali bersuara seolah jawaban Dervin akan menyetujuinya, "Iya, oke makasih," cerocos gadis itu membuat Dervin mengerutkan alisnya dalam, aneh. Dervin paham maksudnya, tapi ia aneh saja mengapa gadis itu meminta tumpangannya sedangkan dirinya sendiri punya kendaraan.

"Oh, modus nih cewek. Berarti si Dervan emang udah biasa sama nih cewek," gumam Dervin dalam hati sambil menatap misterius pada gadis di depannya.

Elzavira tersenyum lebar melihat raut kebingungan cowok di depannya. Dengan cepat ia menaiki CRFnya dan memasang helmnya. Ia melambaikan tangannya pada Dervin lalu segera saja pergi meninggalkan parkiran.

"Ga jelas banget tuh cewek. Baru aja kenal. Apalagi si Dervan yang udah lama kenal. Modus kali ya?!" gumamnya masih memerhatikan kepergian gadis itu yang semakin menjauh dari jarak pandangnya. Tak mau menunggu lama, ia segera menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan parkiran.


═════  ࿇  ═════

Sesampainya di rumah, Dervin langsung menuju kamar Dervan untuk melihat kondisinya dan ada sesuatu yang harus ia bicarakan. Begitu masuk ke dalam kamar Dervan, Dervin langsung duduk di kursi yang berada dekat dengan meja belajar. Ia menariknya mendekat ke samping tempat tidur Dervan.

"Gimana?" tanya Dervan penuh rasa ingin tau.

Dervin tak langsung menjawab, ia melepas kemeja seragam SMA Permata yang dipakainya dan menaruhnya di keranjang cucian. Ia kembali fokus pada kembarannya yang terbaring tak bisa melakukan apapun.
"Beres. Tugas lo udah gue kirim ke masing-masing guru matpel. Nilai lo udah aman. Tugas gue gantiin lo selesai hari ini juga. Besok gue perlu balik ke sekolah," jawab Dervin dengan cepat. Rautnya jelas sangat lelah.

"Tapi Vin, please tiga hari aja deh," kata Dervan memohon.

Dervin menatap datar kembarannya itu, ia menghela nafas lelah dan lagi dengan terpaksa ia hanya mengangguk saja.
"Lo ga mikirin nasib sekolah gue?" tanya Dervin sarkas.

Dervan terkekeh sambil mengangguk,
"Lo santai aja, bro. Papa udah telpon wali kelas lo, minta ijin buat lo ga sekolah selama 3 hari," jawab Dervan begitu santai membuat Dervin akhirnya hanya diam saja.

"By the way... thanks, bro." lanjut Dervan sambil menepuk pelan pundak kanan Dervin. Cowok itu hanya mengangguk saja.

Mereka terdiam. Dervin sibuk dengan berbagai pikirannya, sahabatnya, sekolahnya, anggota timnya, serta gadis pertama ia kenal saat itu yang membuat pikirannya begitu semakin penuh. Apa kabar dengan gadis itu. Dervin terkekeh dalam hati, dari sekian banyak gadis yang ia kenal baik mengapa hanya gadis itu saja yang membuatnya terus memikirkan tentangnya. Bahkan, rekaman dari vlognya saat itu selalu ia putar tanpa bosan.

No Leader! || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang