"WATDEPAK!!!"
Tawa kedua cowo itu terdengar ketika mendengar umpatan lokal pengendara di sebelahnya, bersamaan dengan Dervin yang menendang body motor pengendara di sebelah kanan hingga membuat kemacetan yang terjadi secara mendadak.
Dervan menancap gas menyamakan kecepatan dengan si pengendara yang di depan, dengan ulah tangan jahil Dervin yang sengaja memukul helm si pengendara dan mencabut paksa kunci motor yang menancap di lubang kunci motor si pengendara itu.
"Woy anjing, balikin kunci motor gua!" teriak si pengendara itu marah. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena perlahan kecepatan motornya mulai turun.
Lagi, tawa kedua cowok kembar itu lepas tak terkendali di tengah keramaian yang tercipta tanpa direncanakan.
"Mampus lo! mager gue balikinnya, lo butuh nih kunci? sini samperin gua!" balas Dervin sambil menoleh kearah si pengendara tersebut, tawanya kembali meledak melihat lawannya semakin murka."Gas, Van! ke kostan gue aja," ujar Dervin sambil menepuk pundak Dervan. Ia sedikit risih mendapat tatapan dari pengendara lain yang menjadi saksi aksi kekonyolannya bersama Dervan. Tak mau lagi repot-repot menoleh ke belakang ke arah para pengendara yang sempat mencari masalah dengannya dan Dervan.
Dervan menghentikan tawanya, ia sedikit menoleh pada Dervin, "Serius nih gue ga ngerepotin lo?"
"Ya engga lah. Santai aja kali," jawab Dervin yang tak lagi mendapat balasan dari Dervan.
═════ ࿇ ═════
Sesampainya di kostan, cowok kembar itu beristirahat melepas penat akibat di perjalanan tadi yang cukup luar biasa. Dervin langsung membenahi pakaiannya di lemari, sedangkan Dervan hanya diam tenggelam dalam lamunan tanpa melepas tas yang masih tersampir di punggungnya.
"Tumben ga maen game," ucap Dervin yang membuat Dervan langsung mengerjap dan terkekeh garing.
"Hp sengaja ga gue bawa, gue ga butuh fasilitas mereka, kartu ATM gue lempar depan mereka," balas Dervan dengan emosi tertahan ketika kilasan bayangan di rumah tadi kembali teringat.
Dervin menghentikan kegiatannya menata pakaian, ia menoleh pada kembarannya. Ia cukup terkejut mendengar penuturan Dervan.
"Yakin lo ga butuh mereka? bukannya lo udah ketergantungan sama fasilitas yang mereka kasih?" tanyanya begitu tak yakin."Lo ngeraguin gue? lo kira cuma lo doang yang bisa bertahan hidup tanpa ortu? ini gue itung-itung latihan buat jadi mandiri, makanya gue tinggalin barang-barang yang mereka kasih. Gue pengen bisa kayak lo, Vin, mandiri." tukas Dervan sama sekali tak ada keraguan dari nada bicaranya, Dervin mengangguk dan tersenyum tipis.
"Nyari udara seger skuy! gabut gue tuh," ajak Dervan bersemangat, bukan karena ia merasa jenuh tetapi ia ingin membicarakan sesuatu dengan kembarannya.
"Skuy lah! udah lama ga skuy together," balas Dervin menyetujui, ia merapikan barangnya dengan cepat dan ia segera menyambar kunci motor setelah memakai jaket dan sarung tangan.
"Nih, helm lo," Dervin menyodorkan helm milik Dervan yang sempat ia pinjam. Dervan menerimanya dan langsung memakai helmnya.
Dervin dengan semangatnya langsung saja lebih dulu keluar kostan menuju motornya di garasi yang tersedia di gedung kostan itu, sedangkan Dervan hanya tersenyum lemah dan segera menyusul Dervin setelah mengunci kostannya.
Dering ponsel milik Dervin berbunyi, langsung saja Dervin melihat nomor siapa yang memanggil. Ia duduk di atas motor besarnya yang berwarna biru.
"Oit," sapa Dervin setelah menggesek ikon hijau pada layar ponselnya dan panggilan pun tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Leader! || ✔️
Novela JuvenilAwal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak membuat dirinya menjadi sosok anak yang nakal ataupun pembangkang. Namun sebaliknya, ia menjadikan sem...