Hari demi hari berlalu dan ujian kelulusan pun baru saja selesai. Dervin masih belum memikirkan ia akan melanjutkan kuliah atau bekerja saja. Sekarang ia tak perlu datang ke sekolah lagi, karena sudah tidak ada pelajaran yang harus dipelajari selanjutnya. Ia hanya menunggu hasil kelulusan dan ijazah, ia sesekali ke sekolah hanya mengantar dan menjemput Selvin. Dervin juga tidak hanya diam saja, ia mengisi waktu dengan mencari pekerjaan sementara. Sebisa mungkin ia mengatur waktunya, waktu untuk bergabung dengan teman-temannya dan waktu untuk mengisi kegiatan bermanfaat lainnya.
Seperti sekarang, Dervin terkadang membuat cover lagu di markas Droven. Ia lebih tertarik pada musik dan dunia otomotif daripada hal berbau bisnis lainnya karena ia merasa tidak mampu mengejarnya. Beberapa kali Dervin mencoba bermain nada pada gitar yang ia petik. Ketika selesai menemukan nada yang pas, barulah Dervin menyanyikan sebuah lagu diiringi petikan gitarnya. Lagu berjudul 'Before you go', suaranya terdengar merdu mengisi setiap sudut ruangan markas kecil itu, di sana hanya ada dirinya sendiri. Teman-temannya yang lain belum bisa menyempatkan waktu untuk bergabung di markas karena mereka mempunyai kepentingan lainnya dan Dervin memaklumi itu.
Bosan bermain gitar, Dervin meletakkan kembali benda itu di tempat yang aman. Samar terdengar suara deruman beberapa motor mendekati ke markas Droven. Tak lama kemudian, Daffa dan Dery masuk ke markas dan bergabung dengan Dervin.
"Yang lain kemana? katanya ngumpul sekarang," tanya Daffa sambil melepas helmnya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Dervin.
"Pada sibuk. Tapi kumpulnya udah gue kasih tau jam tujuh malam nanti," jawab Dervin terus terang.
"Kopdar di mana jadinya?" kini Dery yang bertanya penasaran.
"Di sini aja. Kita jangan kopdar di Cafe Milk dulu, gara-gara ada yang blayer knalpot kemarin jadinya bikin resah," jawab Dervin yang diangguki kedua sahabatnya.
"Der, lo mau lanjut kuliah?" tanya Daffa mengalihkan topik sebelumnya.
"Iya. Gue udah tentuin sesuai minat bakat gue," jawab Dery tersenyum bangga, "lo sendiri gimana?" Dery balik bertanya pada Daffa. Daffa menggaruk pelipisnya tampak bingung menjawab pertanyaan Dery hingga akhirnya jawaban yang ia berikan hanya gelengan kepala.
"Gue belum kepikiran mau lanjut kuliah. Tapi kalau ada kesempatan ya gue maunya langsung kerja aja." pungkas Daffa pada akhirnya, Dervin tersenyum seraya mengajak Daffa high five.
"Satu server sama gue," sambar Dervin tertawa kencang. Sedangkan Dery hanya berdehem memaklumi kelakuan Daffa dan Dervin yang sama memiliki sifat santai.
"Palingan lo berdua ujungnya sibuk motoran, blank dah buntu." dengus Dery yang sebenarnya kesal karena nantinya ia akan lebih fokus kuliah dan akan memiliki waktu terbatas bersama teman-temannya. Niat Dery ingin mencoba mempengaruhi kedua sahabatnya untuk melanjutkan kuliah, tapi respon keduanya tampak sama sekali tidak berminat.
Dervin terkekeh renyah sambil mengambil posisi sesantai mungkin, "Gini, Der. Kita gabung motoran gini dari kelas 10, emang kita ngerasa hidup dan punya keluarga tuh di sana," sejenak Dervin menjeda menatap kedua sahabatnya, "Kalau ada orang bilang masa depan anak motor itu surem, itu salah besar." tukas Dervin yang mendapat respon kerutan samar di dahi Dery.
Satu helaan nafas Dervin hirup, "Point singkatnya gini... rejeki, jodoh, dan maut udah ada yang ngatur. Meskipun kita anak motoran gini, jangan salah kalau kita juga punya cita-cita tinggi. Setiap cara orang berusaha itu beda-beda. Balik lagi ke point tadi, rejeki udah ada yang ngatur. Selanjutnya gimana caranya kita berusaha," pungkas Dervin sambil bersidekap, kedua alisnya bergerak naik turun. Jika sudah mendengar penuturan Dervin seperti itu, Dery tak bisa mendebat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Leader! || ✔️
Teen FictionAwal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak membuat dirinya menjadi sosok anak yang nakal ataupun pembangkang. Namun sebaliknya, ia menjadikan sem...