Chapter 47: He's gone

154 30 13
                                    

Farel seolah tak puas melihat kekalahan Dervan, yang ia inginkan hanyalah menghabisi nyawa Dervan saat itu juga. Namun ambisinya harus terurungkan ketika tubuhnya tertarik dan berbalik berhadapan dengan sosok lelaki yang menggenggam rantai berduri dan pistol di genggamannya. Belum juga keterkejutannya hilang, Farel merasakan tubuhnya dihujami pukulan bertubi-tubi. Umpatan-umpatan saling bersahutan seiring amarah yang bergolak membakar hangus kewarasan.

Farel yang beberapa kali berkata ampun dan Dervin yang sudah gelap mata gencar menghajar Farel yang berada dibawahnya. Dervin begitu bernafsu ingin membunuh Farel ketika ia melihat kembarannya dihajar dengan begitu parahnya. Matanya merah menggambarkan amarah dan rasa sakit serta dendam yang berkobar. Cukup ayahnya yang mendapat luka tembakan, tapi ia semakin tak rela melihat kembarannya juga jatuh tak berdaya.

Dervan mati rasa, ia tak dapat merasakan tubuhnya berpijak di bumi. Matanya mengabur melihat perkelahian sengit antara Dervin dan Farel. Ia cukup bersyukur melihat kembarannya baik-baik saja meskipun luka menghiasi wajahnya. Dervan mencoba membuka matanya dan memperjelas penglihatannya meskipun mengabur.

Farel mencoba menghindari serangan Dervin. Melihat wajah Dervin yang mirip dengan Dervan membuat Farel seolah kembali mendapat dorongan kuat untuk menghabisinya juga. Keduanya saling menyerang, tendangan kuat dari Dervin berhasil menghantam rahang Farel tetapi Farel tak juga tumbang. Dervin melayangkan pukulan yang sigap ditahan oleh Farel dan memelintirkan tangan Dervin hingga tubuhnya berbalik membelakangi Farel.

Pistol yang sebelumnya berada pada tangan Dervin kini beralih kepada Farel yang menggenggamnya dan mengarahkan benda tersebut pada pelipis Dervin. Farel tertawa puas, "lo liat di sana!" Farel mengarahkan tatapan Dervin pada Edrico dan Edgard yang berada jauh di dekat area bangunan tengah berjalan tertatih. Dervin berusaha berontak, ia benar-benar tak bisa membiarkan manusia di belakangnya itu masih mendapatkan kesempatan bernafas.

"Liat di sana!" lanjut Farel mengarahkan tatapan Dervin pada Dery dan Daffa yang sedang kewalahan melawan anggota Bragasdon. Dervin memejamkan matanya menahan gejolak emosi karena kedua sahabatnya ikut terlibat juga. Amarah pada Farel dan dirinya bersatu menumpuk dalam relung hatinya. Ia tak mau melibatkan kedua sahabatnya tetapi sekeras apapun dirinya melarang, mereka akan tetap nekat membantunya.

"Dan liat kembaran lo yang lagi sekarat itu!" pungkas Farel lagi membuat fokus Dervin teralih ketika tatapannya bertemu dengan Dervan yang tengah menatapnya juga. Nafas Dervan tersenggal menahan sakit yang menghujami sekujur tubuhnya.

Farel memang sengaja membuatnya down, dan jika Dervin down maka ia akan mengelabuinya dengan cara menghabisinya dan juga Dervan. Tetapi keinginan Farel hanya sebatas bayangan, nyatanya Dervin tak selemah itu. Dervin menjadikan itu sebagai kekuatannya untuk membalaskan penderitaan orang-orang yang paling berharga baginya. Sekuat tenaga, tanpa diduga Dervin membenturkan kepalanya mengenai wajah Farel begitu kuat hingga Farel mengumpat merasakan ngilu pada tulang hidungnya yang lagi-lagi mengeluarkan darah pekat.

Dervin berhasil terlepas dari cekalan Farel, ia berbalik lalu melecutkan rantai itu pada tubuh Farel tanpa mempedulikan seberapa parahnya luka yang akan diterima oleh Farel. Tampak luka memanjang di lengannya dengan darah yang mengucur dari luka tersebut. Dervin masih belum puas, ia menarik tubuh Farel berhadapan dengannya dan ia langsung menyarangkan pukulan telak pada wajah dan perut Farel hingga pada akhirnya Farel jatuh tersungkur sambil memegang perutnya. Tak lupa raut kesakitannya membuat Dervin tersenyum miring.

Dervin kembali tersadar, ia mengalihkan fokusnya pada kembarannya yang juga menatapnya sambil menggeleng samar. Tak berpikir apapun lagi, ia segera menghampiri Dervan dengan raut yang berubah menjadi cemas.
"Dervan!" suaranya begitu serak dan bergetar, sorot matanya menunjukkan rasa sesak yang begitu jelas menembus kedua netra Dervan yang tampak redup.

No Leader! || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang