Chapter 36

142 26 37
                                    

Hari pertama ujian kelulusan mulai diselenggarakan dari berbagai SMA, akhirnya perjalanan selama tiga tahun ini akan selesai dan akan selalu dikenang dari banyaknya kisah masa-masa SMA dari suka maupun duka. Keadaan ujian kelulusan memanglah terasa begitu menegangkan apalagi hari pertama diisi oleh pelajaran matematika, tapi berbeda dengan Dervin murid SMA Darmayasa yang bisa dibilang cerdas tampak tenang menyelesaikan soal-soal yang begitu sulit bagi kebanyakan murid lainnya namun baginya itu soal-soal yang sangat mudah karena jika terus berusaha belajar maka soal-soal itu akan terlihat mudah untuk diselesaikan. Meskipun ia mendapat tempat duduk di bagian belakang, ia tak akan curang.


Begitu juga dengan Dery yang tampak serius menyelesaikan soal-soalnya. Ia terbilang cepat menyelesaikannya namun ia tak tahu jawabannya akan benar atau salah karena jawaban yang ia tulis terlalu banyak memakai rumus sampai menghabiskan banyak coretan di beberapa lembar kertas yang ia sobek dari buku tulis kosongnya.
"Ah sial habis buku gue," rutuknya pelan. Ia menoleh ke belakang dimana Dervin masih tenang menulis jawaban-jawaban dari rumus matematika dengan singkat.

"Vin, coretan gue udah penuh. Bagi kertas lah," bisik Dery yang membuat Dervin menoleh ke meja Dery yang terdapat banyak sekali bekas coretan angka.

"Lo nulis jawaban apaan, Der? banyak bener rumusnya. Mau ngalahin kakek Einstein?" tanya Dervin dengan suara tertahan, tak habis pikir dengan cara berpikirnya Dery.

"Ah berisik lo! mana cepetan?!" sahut Dery buru-buru. Dervin berdecak lalu memberikan beberapa lembaran kertas pada Dery dan saat itu juga suara pengawas menegur keduanya.

"Hey, kalian yang di belakang! kerja sama ya?!" ujarnya menegur sekaligus menuduh dengan suara tegas dan wajah galaknya. Dery kembali ke posisinya semula ketika melihat pengawas itu menghampiri meja Dervin lalu memeriksa tempat duduk Dervin barang kali ada sesuatu mencurigakan yang disembunyikan.

"Engga ada apa-apa, Pak. Ini Dery minta kertas buat coretan, serius saya ga bohong," balas Dervin penuh kejujuran, tetapi matanya mendelik jengah ketika pengawas itu terus menggeledah bagian mejanya.

"Astaghfirullah, Pak. Ngapain geledah meja saya? heran, muka kalem gini dicurigain mulu," gerutu Dervin yang dibalas lirikan tajam oleh pengawas itu.

"Kalem-kalem gitu emang wajar dicurigain." Pria itu kembali berdiri ketika tak menemukan benda apapun di kolong meja maupun tempat terdekat lainnya. Ia kembali melangkah ke depan kelas, sedangkan Dervin kembali fokus mengerjakan tugasnya meskipun sempat menggerutu tanpa suara.

Dari meja paling belakang di barisan ketiga ada Daffa yang menertawainya dengan pelan. Dari banyaknya murid di kelas itu, hanya Daffa yang paling santai. Ia sama sekali tak mengerti pelajaran matematika, kertas jawabannya baru terisi beberapa soal itupun ia memaksa temannya yang duduk di depannya untuk memberitahu jawaban soal-soal tersebut. Daffa melihat ke arah pengawas yang mulai duduk kembali sambil memeriksa absen, itu kesempatan untuk Daffa melancarkan aksi berburu contekan.

Beruntung sekali ia mendapat meja di bagian belakang. Perlahan Daffa turun dari bangkunya lalu merangkak menuju bangku Dervin sambil membawa selembar kertas kecil. Dervin jelas tersentak hampir saja mengumpat ketika merasakan tusukan kecil dari Daffa menggunakan pensilnya.

"Anying banget lo, Daff! ngapain?" ketus Dervin dengan suara pelan setengah kesal. Sedangkan Daffa hanya cengengesan.

"Minta contekan. Gue baru ngisi delapan soal dari tadi," jawab Daffa pelan sambil sesekali melihat pengawas di depan yang masih anteng memeriksa lembaran kertas.

"Berapa yang belum?" tanya Dervin lagi lebih santai, ia tak pernah pelit memberi tahu jawaban dari soal-soal yang sulit.

"Sisanya semua belum gue kerjain, Vin. Ga paham," jawab Daffa tampak sekali kesulitan. Dervin menghela nafas lalu menulis beberapa jawaban singkatnya dengan cepat dan memberikannya pada Daffa.

No Leader! || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang