Chapter 15: Saingan?

227 42 27
                                    

Hari demi hari Dervin lalui menjadi seorang Dervan di SMA Permata sesuai permintaan orangtuanya dan Dervan sendiri, sampai dirinya mengorbankan kehadiran di SMA Darmayasa dan tertinggal banyak pelajaran.

Dervin juga sudah terbiasa berada dekat dengan gadis yang begitu mencintai Dervan namun sayang sekali selalu diabaikan oleh Dervan karena cowok itu justru mencintai sahabat gadis itu sendiri. Miris sekali.

Kedua sahabatnya sendiri sudah tau dan memahami kondisi Dervin saat ini. Mereka begitu tak menyangka bahwa keluarga Dervin begitu tak sehat. Pilih kasih, acuh, dan mementingkan diri sendiri. Pantas saja, Dervin memilih cari aman memisahkan diri. Tak heran kalau kelakuan Dervan terkesan minus karena memang lingkungan keluarga dan pergaulannya begitu buruk.

Ini hari terakhir dimana Dervin berhenti menjadi sosok Dervan. Ia lelah, benar-benar lelah harus dipaksa beralih peran dalam ruang lingkup geng besar kembarannya yang bernama Trexton. Komunitas motor berbahaya yang baru ia kenali selain Bragaston G5. Dervin selalu menolak setiap ajakan mereka yang selalu merusuh di jalanan dan membabat habis komunitas kecil di sekitar.

Tepat malam ini ketika Dervan ditelpon oleh wakil gengnya yang memberi tau bahwa ada geng lain yang mengusiknya, dengan setengah hati Dervan menyuruh Dervin untuk sementara mewakilkannya karena ia masih tahap pemulihan luka di bahunya. Dervin terpaksa menyetujui ajakan mereka untuk menyerang geng motor lain dengan berbekal pesan dari Dervan, "Kalo situasi udah mendukung buat nyerang, lo komandoin anggota gue buat serang mereka," bisik Dervan begitu pelan ketika sampai di depan teras rumah.

"Emang masalahnya apa, Van? males gue. Lo tuh nyusahin, bawel bener banyak maunya," erang Dervin frustrasi, lelah ia terus disuruh ini itu oleh Dervan. Apalagi ini masalah besar yang seharusnya tidak ia hadapi. Tetapi keadaan memaksanya.

"Heh bangke, dengerin! mereka seenaknya bakal ambil posisi pemimpin Touring minggu depan yang harusnya dipimpin sama Trexton," jelas Dervan sarat menahan kesal.

"Itu doang lo semua permasalahin?" tanya Dervin terkejut, lebih tepatnya tak habis pikir.

"Ga usah banyak bacot! gue mintanya lo serang mereka dibantu sama anggota gue. Dah, sono lo pergi!" tukas Dervan tak mau dibantah sambil mendorong Dervin keluar rumah.

Namun, Dervin tak menuruti apa yang diperintah Dervan. Pikirnya, enak saja menyuruh dirinya terus menerus apalagi dalam masalah yang sama sekali tak mau ia campuri. Hanya membuang waktu saja, begitu pikirnya.

Dervin memang pergi malam ini untuk turun langsung bersama geng Trexton. Namun, Dervin menghentikan aksi mereka yang sudah berapi-api ingin saling meratakan. Dervin menghentikan mereka begitu mudah dengan berbagai ceramahnya yang menerangkan tentang dilarangnya bermusuhan sesama manusia, yang seharusnya diramaikan adalah perdamaian. Alhasil, kedua geng yang akan saling menyerang itu langsung bubar dengan pikiran yang penuh kesadaran untuk menciptakan perdamaian.

Dervin pulang ke rumah besar itu dengan wajah berseri-seri menghampiri Dervan di balkon depan. Itu membuat Dervan menaruh harapan besar bahwa gengnya menang. Namun, harapan hanya tinggal angan ketika ia menanyakan kabar itu dan Dervin menjawabnya dengan begitu santai.

"Semua udah aman. Lo aman, mereka juga aman," ujar Dervin enteng tersenyum lebar membuat Dervan melongo seolah tak terima mendengar lawannya juga aman. Maksudnya apa?

"Hah? gimana? kurang jelas," tanya Dervan mendadak tak bisa mencerna dengan baik apa yang dibicarakan Dervin.

"Makanya simpen kuping tuh di pinggir bukan di sebelah. Salah server jadinya," sembur Dervin kesal.

"Sama aja, goblok! bego sama tolol beda tipis ternyata," umpat Dervan tak terima dikatai oleh Dervin.

Dervin mendelik, ia melanjutkan penjelasannya, "Jadi, geng lo sama geng mereka ga jadi perang," ujar Dervin jujur dan santai.

No Leader! || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang