Saat ini tasya berada di mobil mewah milik matteo. Setelah tiba dibandara, tasya dikejutkan oleh matteo dan julian yang tengah menunggunya. Jangan tanya gimana penampilan matteo dan julian. Mereka berdua semakin kurus dan sedikit ditumbuhi bulu bulu disekitar dagu nya.
"Mau makan dulu?" Tanya matteo lembut.
"Masih kenyang" kata tasya tapi tiba tiba
Krukkk krukkk
Sialan... ga bisa diajak kompromi nih perut. Batin tasya mendengus.
Julian dan matteo pun tersenyum.
"Kita mampir makan dulu ya?" Bujuk julian."Ga perlu" jawab tasya.
"Nanti kamu sakit sweety kalau telat makan" bujuk julian lagi.
"Udah deh, bawa aja tasya ke rumah sakit. Ga usah banyak omong" bentak tasya.
Tasya sebenarnya tidak tega melihat mata julian dan matteo yang menatapnya penuh harap. Hampir aja air mata tasya jatuh setelah membentak julian dan matteo.
"Kakak sakit" kata matteo lirih.
Tasya tau kalau matteo tengah sakit tapi tasya berusaha untuk menahan dirinya.
Tasya tetap diam. Matteo memberanikan dirinya mengambil tangan tasya dan meletakkan tangan tasya di pipinya."Kakak butuh kamu" lirih matteo.
Julian hanya memejamkan matanya tak tega dengan matteo. Memang sudah lama matteo sakit. Tasya diam.
Matteo yang tidak menerima penolakan pun langsung beringsut memeluk tasya dan membenamkan kepalanya di leher tasya.
Memang benar kalau matteo sakit, buktinya tasya merasakan lehernya panas karena bersentuhan dengan pipi matteo.
Tasya hanya diam membiarkan matteo. Tak lama matteo pun tertidur di pelukan tasya."Jangan diemin kakak sama matteo kaya gini sweety, kakak butuh kamu, matteo butuh kamu, semua butuh kamu sweety. Maki kakak, pukul kakak, tapi please sweety... sekarang matteo lagi butuh kamu" bujuk julian lirih. Tasya tidak menanggapi omongan julian tapi tangannya bergerak untuk mengelus kepala matteo lembut. Julian hanya bisa tersenyum.
Setelah sampai dirumah sakit, julian membangunkan matteo. Setelah bangun matteo pun keluar mobil menyusul tasya.
Berjalan dikoridor dan memasuki lift menuju ruang VVIP. Saat sudah berada di depan ruangan mamanya. Tasya ragu untuk masuk. Dia berpikir bukankah mamanya koma? Apakah sudah sadar?
Julian dan matteo tidak ikut kedalam, mereka menunggu di depan ruangan.Tasya pun masuk dan menemukan dua orang yang ada didalam ruangan menatapnya terkejut. Disana ada roy dan devina.
Tasya hanya memandang mereka berdua sekilas lalu berjalan menuju ranjang mamanya.
"Sayang?" Lirih devina yang langsung memeluk cucu perempuan satu satunya itu. Tasya diam tidak menolak pelukan neneknya.
"Maafin nenek sama kakek yang udah nyembunyiin semuanya dari kamu. Kamu bisa caci maki nenek sama kakek. Tapi jangan tinggalin nenek" kata devina terisak.
Tasya mengusap kasar air matanya yang jatuh.
"Kamu ga pergi lagi kan sayang? Liat mama kamu, dia butuh kamu sayang!!!" Kata devina sambil menunjuk clarissa.Roy langsung memeluk cucu kesayangannya itu sambil bergumam kata maaf berkali kali. Saat itu juga clarissa bangun dan mendapati anak perempuan satu satunya kembali.
"Tasya? Sayang? Ini kamu?" Tanya clarissa saat dipeluk tasya.
Pertahanan tasya runtuh saat mendengar mamanya."Ini tasya mah hiks... maafin tasya hiks... gara gara tasya mama jadi gini hiks..." tasya terisak dipelukam mamanya.
Gue nangis sendiri ngetiknya...
Lanjut <><><><><>
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbar [End]
Teen Fiction"Lo bapaknya? Punya anak dijaga dong!!! Kalo ilang kan lo yang repot. Untung ga di culik... Tuh mata kalo liat gue ga usah ngegas, nyelo ae. Untung anak lo ga gue jual" kata tasya ngegas membuat pria tadi langsung emosi. Warning : partnya acak gaes...