- Special Chapter: If I Were You

2.5K 255 43
                                    

Ketika Soonyoung berkata bahwa ia akan berubah, dia benar-benar berubah. Bahkan perubahan yang signifikan itu membuat Jihoon terkejut sendiri. Jika dulu semua urusan rumah dan Jiyoung hanya Jihoon saja yang mengurus, kini Soonyoung turut serta dalam hal itu.

Terhitung satu bulan sudah Jihoon kembali pada Soonyoung sejak kejadian waktu itu. Soonyoung benar-benar berubah menjadi seperti sosok suami idaman. Walaupun begitu Jihoon tetap belum terbiasa dengan perubahan itu. Dia masih kadang terlihat terheran-heran.

Seperti pagi ini, Jihoon seperti biasa sudah bangun dari beberapa jam lalu untuk membersihkan rumah dan juga memasak makanan untuk mereka. Hari ini hari libur Soonyoung, jadi lelaki itu masih tidur di kamar mereka bersama Jiyoung yang akhir-akhir ini sering tidur bersama mereka.

"Selamat pagi," sapa Soonyoung pada Jihoon yang sedang berkutat di dapur. Satu kecupan mendarat di bibir dan kening Jihoon bersamaan dengan tangan Soonyoung yang mulai memeluknya dari belakang.

"Soonyoung, aku sedang memasak," katanya.

"Iya, aku tahu." Malas-malas Soonyoung menjawab. Lelaki itu malah semakin membenamkan wajahnya di ceruk leher Jihoon sambil mengecupinya sesekali.

"Kalau tahu jangan mengganggu kalau begitu." Dicubitnya pelan tangan-tangan yang kini dengan nakalnya memasuki kaos Jihoon.

"Baiklah, Sayangku..."

Sebelum Soonyoung mendudukkan dirinya di kursi, ia kembali mengecup sekilas bibir tipis itu.

Satu lagi, kebiasaan Soonyoung yang sekarang adalah menciumi Jihoon. Setiap hari dia pasti memberikannya kecupan-kecupan kecil di setiap sudut wajah atau pun badannya. Caranya memberikan afeksi benar-benar membuat jantung Jihoon berdegup kencang. Soonyoung benar-benar seperti merenggut seluruh kewarasannya. Bisa gila dia lama-lama.

Belum sempat degup jantungnya itu menetralkan iramanya, suara tangisan yang berasal dari kamar mereka pun terdengar. Buru-buru Jihoon mematikan kompornya dan berlari ke kamar mereka.

Soonyoung yang melihat itu pun terdiam di sofa. Ketika ia bangkit dari duduknya yang bermaksud untuk menyusul Jihoon ke kamar, lelaki itu justru sudah keluar bersama dengan Jiyoung yang seperti biasa manja pada papanya itu. Soonyoung bisa mendengar dengan jelas ocehan anak itu yang terus menggumakan papanya sampai benar-benar berhenti menangis.

Pelukan erat dari Jiyoung benar-benar tidak bisa dilepas. Anak itu betah sekali dalam gendongan Jihoon sementara di lain sisi dia masih harus memasak dan membuat makanan juga untuk sang anak.

"Anak pintar, duduk dulu di sini, ya? Papa mau masak dulu, Sayang," bujuk Jihoon sambil berusaha melepaskan pelukan Jiyoung di ceruk lehernya. Namun, ketika Jihoon berusaha untuk melepasnya, si kecil itu malah kembali menangis.

"Baiklah, baiklah. Kau ingin bersama papa? Baiklah, aigoo... Jiyoungie manja sekali," katanya sambil mengambil gendongan bayi milik Jiyoung.

Soonyoung dapat melihat bagaimana di waktu pagi hari saja Jihoon sudah benar-benar direpotkan dengan hal semacam ini, tapi dia tidak pernah sekali pun mengeluh atas pekerjaan rumah tangganya yang berat itu.

Tidak tega melihat Jihoon yang terlihat kesulitan memasak karena Jiyoung yang terus bermain dengan wajahnya itu akhirnya membuat Soonyoung yang tadinya duduk memperhatikan pun bangkit dan berjalan menuju Jihoon.

Jiyoung terlihat asik sendiri bermain-main dengan wajah Jihoon. Terkadang anaknya itu mencubit bibir Jihoon atau memukul-mukul pelan pipi Jihoon, lalu tertawa. Sementara Jihoon sendiri membiarkan anaknya itu terus bermain-main dengan wajahnya selagi anaknya asyik dan tertawa riang. Walaupun memang kadang saat Jiyoung tak sengaja memukul pipinya itu terasa sakit, Jihoon memilih untuk sekadar meringis dan menjauhkan sedikit wajahnya sampai anaknya itu berhenti memukuli pipinya.

STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang