- Nadora

1.8K 229 13
                                    

Di ruang tengah lantai dua rumah megah milik pasangan yang kini tengah memadu kasih di balik selimut itu saling berpelukan di sana. Mereka berdua berpelukan di atas sofa besar yang mereka sulap menjadi tempat tidur. Mereka tengah duduk dan saling mendekap. Tangan Soonyoung tak henti-hentinya mengusap bahu sempit sang suami. Sementara yang diusap kini tengah menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki bernama Kwon Soonyoung itu.

"Bagaimana terapi hari ini, Soonyoungie?" tanya Jihoon sembari merapatkan jarak antara tubuhnya dengan tubuh suaminya.

"Dokter Kang bilang katanya sudah banyak peningkatan," jawab Soonyoung yang turut mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Jihoon.

"Syukurlah kalau begitu." Helaan napas dari si mungil menyapa pendengaran Soonyoung. "Maafkan aku tidak bisa mengantarmu terapi hari ini," sambungnya.

Kecupan pun Soonyoung layangkan di puncak kepala Jihoon. "Tidak apa-apa, Sayangku..." Diberikannya usapan lembut di sekitar bahu dan juga lengan Jihoon guna memberikan kenyamanan pada suaminya. "Bagaimana harimu? Kau terlihat sangat lelah sepertinya," tanyanya.

Jihoon menghela napasnya berat. "Iya. Hari ini aku ada rapat untuk penentuan tema iklan yang akan diusung untukku nanti. Lalu, aku ada latihan, habis itu aku membantu Bumzu hyung membuat lagu," jelasnya. "Melelahkan sekali hari ini..." keluh Jihoon setelahnya.

Soonyoung terkekeh mendengar rengekan manis dari suami mungilnya itu. Dikecupnya lagi puncak kepala Jihoon dan turun ke bahunya yang sedikit terekspos sebab piayamanya yang kebesaran itu sedikit melorot.

"Kau sudah bekerja keras sekali hari ini."

Mendapat pujian, alangkah senangnya Jihoon mendengar kata-kata manis yang keluar itu. Jihoon pun melonggarkan pelukannya dan mendongak ke arah Soonyoung. Lelaki itu tersenyum begitu manisnya hingga membuat Soonyoung tak tahan untuk mengecup bibirnya yang begitu menggoda itu.

Satu kecupan, dua kecupan, lima kecupan, bahkan tak terhitung lagi berapa kecupan yang Soonyoung daratkan di bibir tipis nan cantik itu. Dibuatnya Jihoon tergelak akibat kecupan-kecupan ringan yang Soonyoung berikan. Jihoon tahu sekali kalau Soonyoung pasti gemas pada dirinya hingga mengecupnya berulang-ulang. Jihoon tidak protes karena ia pun suka.

Sampai dikecupan terakhir Soonyoung bukan hanya sekadar mengecupnya, tetapi juga memagut bibir itu dengan lembut. Keduanya menutup mata guna merasakan kelembutannya. Telapak tangan Soonyoung bahkan sudah berada di pipi Jihoon seraya mengusap pipi lembut itu dengan sayang. Ciuman itu baru terlepas ketika Jihoon meremat piayama Soonyoung dengan agak kuat. Hal itu menandakan bahwa ia sudah kehabisan napas. Dihapusnya jejak saliva yang membuat bibir Jihoon terlihat mengkilap oleh Soonyoung.

Sebenarnya dengan melihat Jihoon yang sedang mengambil napas seperti saat ini, ingin sekali Soonyoung menciumnya lagi, tetapi ia tak sampai hati kalau akan membuat Jihoon yang sedang lelah semakin lelah. Jadi, yang ada setelah Soonyoung menciumnya, ia langsung kembali memeluknya.

Merasa tubuhnya kembali ditarik dan dipeluk oleh suaminya, Jihoon kembali menyandarkan kepalanya ke dada bidang suaminya. Kembali ia pejamkan matanya dan menjadikan detak jantung Soonyoung sebagai alunan musik pengantar tidurnya.

Belum sempat Jihoon terlelap, terdengar suara seseorang seperti mendesis kesakitan. Suara iti berasal dari Soonyoung. Rasa kantuknya pun mendadak hilang ketika mendengar desisan kesakitan dari Soonyoung.

"Kenapa?" tanyanya.

Pria itu mendesis sembari sedikit mengurut kepalanya. "Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing," jawabnya.

"Mau aku pijatkan kalau begitu?"

"Tidak perlu," balasnya, tetapi ia terus mendesis yang membuat Jihoon menjadi takut sekaligus panik.

STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang