Kemarin setelah pulang dari mengantar Soonyoung tanding, Jihoon memilih untuk menginap di kediaman Soonyoung karena waktu pengalungan medali yang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Soonyoung baru kedapatan medali hampir tengah malam.
Peserta pertandingan kali ini memang membeludak, wajar saja kalau pertandingannya saja terlaksana sampai malam hari untuknya finalnya. Berakhir molor waktu pengalungan medalinya.
Jihoon membuka matanya dan melihat ranjang di sebelah sudah kosong. Lelaki berperawakan mungil nan lucu itu sekarang mengusak matanya menggunakan baju panjang milik Soonyoung yang ia gunakan saat ini. Lucunya, tangannya itu tenggelam dalam baju Soonyoung.
Jihoon celingak-celinguk ketika keluar dari kamar pacarnya dan tidak kunjung menemukan siapa pun. Dia pun melangkahkan kakinya ke ruang tengah dan menemukan Soonyoung sedang melakukan olahraga di atas matras miliknya dengan tidak memakai atasan miliknya yang akhirnya membuat badan atletis itu terpampang jelas.
“Soonyoung...” rengek Jihoon sambil berjalan ke arah pacarnya yang langsung bangkit dari posisi push up–nya.
“Eh, kapan bangunnya, Sayang?”
“Tadi, tapi waktu liat sebelah udah enggak ada siapa-siapa.” Bibir pacarnya itu mencebik dengan lucunya yang kini merentangkan tangannya meminta sebuah pelukan.
“Aku keringetan, nanti kamu bau keringet aku,” kata Soonyoung, “Mending kamu gosok gigi sama cuci muka dulu, deh.”
Jihoon hanya mengangguk dan segera menuju kamar mandi untuk melakukan apa yang telah diperintahkan oleh pacarnya. Sementara itu, Soonyoung sendiri sekarang sedang mengelap seluruh keringatnya yang sudah bercucuran dan membasahi seluruh tubuhnya.
Berbarengan ketika ia selesai mengelap seluruh keringatnya, Jihoon pun selesai menggosok gigi dan mencuci mukanya. Soonyoung pun kini disambut dengan senyum cerah dari Jihoon.
“Kenapa enggak langsung pake baju?” tanya Jihoon sambil berjalan ke arahnya dan merentangkan tangannya lagi—meminta peluk.
“Masih panas.” Disambutnya tubuh mungil pacarnya itu ke dalam pelukannya.
Mereka pun berbagi kehangatan di tengah suasana pagi yang cukup dingin. Tak lupa pula Soonyoung mencuri satu ciuman pada bibir Jihoon yang langsung dibalas oleh si empu.
Pagutan itu semakin dalam. Pun kini Jihoon tak bisa lagi menahan tubuhnya yang dibawa oleh kekasihnya berjalan menuju tumpukan matras yang ada di belakangnya tanpa memutus ciuman itu.
Diangkatnya tubuh ringan Jihoon untuk kemudian ia dudukkan di atas tumpukan matras tersebut dan kembali memagut bibir senada dengan buah plum itu. Sampai ketika Jihoon menjambak rambutnya Soonyoung pun akhirnya melepaskan tautan itu dan memberikan Jihoon ruang untuk mengambil napas.
Kini yang tersisa adalah bekas saliva yang entah milik siapa di bibir keduanya yang membuat bibir mereka sedikit mengkilap dan basah. Pun jangan lupakan bibir Jihoon yang sedikit merekah.
Tepat ketika Jihoon membuka matanya, satu pukulan mampir di dada bidang Soonyoung yang membuat lelaki yang tak menggunakan atasannya itu meringis.
“Dasar mesum!” katanya, padahal dia sendiri menikmati ciuman tadi.
“Enggak usah mukul aku sebagai pelampiasan malunya kamu kali!” ucap Soonyoung tidak ingin kalah.
Tertangkap basah, kini pipi Jihoon merona. Dengan bibirnya yang mencebik kesal, lelaki itu pun melipat kedua tangannya di depan dada sembari mengalihkan pandangannya yang justru membuat Soonyoung terkekeh geli melihatnya.
“Daripada marah, mending kita olahraga bareng, yuk.” Alih-alih membujuknya seperti biasanya, Soonyoung justru malah menawarkan Jihoon berolahraga dengannya. Hal itu pun menimbulkan kerutan di kening Jihoon.
“Olahraga apa?” tanya Jihoon dengan nada kesalnya untuk menyembunyikan rasa penasarannya.
Soonyoung berjalan ke arah tas yang biasa ia pakai untuk latihan dan mengeluarkan target dari tas tersebut.
“Kita main tendang-tendangan.”
“Tapi, aku enggak bisa.”
“Aku ajarin.”
Soonyoung pun kini menggendong turun pacarnya dan mulai mengajari Jihoon tendangan-tendangan dasar yang cukup mudah.
“Kita yang gampang aja, ya.” Sebelum memberikan contoh, Soonyoung terlebih dahulu mencium kening Jihoon dengan cepat.
“Liat aku, ya.”
Jihoon pun hanya mengangguk. Sementara Soonyoung sendiri bersiap dengan kuda-kudanya untuk menunjukkan sebuah tendangan.
“Nah, satu kaki kamu diangkat. Habis itu kamu tendang ke arah depan kayak gini.” Soonyoung pun menunjukkan sebuah tendangan ke arah depan. “Itu namanya ap chagi. Ayo, sekarang dicoba.”
Jihoon yang memang anaknya cepat tanggap itu sekali diberi contoh langsung bisa. “Gitu, Soonyoung?”
“Ih, kamu pinter baru dikasih lihat sekali langsung bisa,” puji pacarnya sambil mengusak rambut Jihoon. “Sekarang kita coba pake target. Nanti kamu tendang ke targetnya, ya.”
Soonyoung kini memegang targetnya dan meminta Jihoon menendang target itu sesuai aba-abanya.
“Coba tendangnya yang keras, ya. Kita coba lima kali, anggep ini target orang yang suka bikin kamu kesel, okay?”
“Okay!” jawab Jihoon riang.
Jihoon pun berhasil mencoba tendangan itu sebanyak lima kali dengan sekuat tenaganya sampai membuat bunyi yang keras.
“Sekarang coba kaki kiri.”
Jihoon cuman mengangguk karena ternyata lelah juga.
Sesudah melakukan tendangan sebanyak sepuluh kali itu Soonyoung memberikannya sebuah hadiah, yaitu pelukan dan ciuman di kening Jihoon.
“Hebat sekali pacarku ini. Tendangannya tadi sangat keras, bisa nanti turun pertandingan,” candanya yang membuat Jihoon tergelak.
“Ngomong-ngomong, tendangannya keras gitu mikirin siapa memang? Siapa yang sering buat kamu kesel?”
“Kamu.”
Jawaban dari Jihoon itu sontak langsung membuat Soonyoung memasang wajah datar yang justru membuat Jihoon tertawa keras.
“Hahaha, kenapa mukanya begitu, hahaha...” Jihoon belum juga menghentikan tawanya.
“Sudah, sudah. Kita mandi bersama, yuk?”
Yang tadinya memasang wajah datar itu Soonyoung seketika memasang senyum sumringahnya dan langsung menggendong Jihoon ke kamar mandi dengan diiringi gelak tawa dari keduanya.
Indahnya pagi di hari itu.
catetan: jangan lupa tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoon
Fiksi PenggemarEdisi duet maut dan lainnya Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada kesamaan nama, tempat atau alur cerita, itu adalah...