"Sayang, kau di mana?"
Sembari mengusak rambutnya yang masih basah, lelaki yang berstatus sebagai kepala keluarga itu berjalan menuju sumber suara yang ia dengar arahnya dari dapur.
"Harumnya..." puji lelaki yang masih memakai pakaian santai itu. "Masak apa, hm?" tanya pria itu setelah sebelumnya memberikan satu kecupan di bibir ranum milik Jihoon yang sudah menjadi pendamping hidupnya selama dua tahun lamanya.
"Masak sup daging sesuai yang kau mau kemarin," jawab lelaki bertubuh mungil yang kini masih mengaduk-aduk masakannya. "Kau mau coba?" tanyanya pada sang suami.
Soonyoung mengangguk senang tentu saja. Ia pun menerima satu suapan dari tangan cantik Jihoon dan kemudian mengatakan, "Eum, enak sekali. Pandai kau memasaknya." Sebagai apresiasi, Soonyoung kembali memberikan satu kecupan singkat di belah bibir Jihoon yang sedikit terbuka.
"Duduklah dulu, aku akan menyiapkannya untukmu."
Tanpa bicara apa pun lagi Soonyoung segera mendudukkan dirinya di kursi dan menatap hidangan yang sedang Jihoon tata dengan tatapan laparnya. "Selamat makan," ucap Soonyoung nyaring ketika Jihoon telah selesai menata makanan mereka.
"Sayang, ini enak sekali."
"Habiskan kalau begitu, makan yang banyak." Senyum di bibir Jihoon merekah tatkala mendengar pujian-pujian yang suaminya haturkan untuknya.
Namun, sedaritadi mereka memulai acara sarapan pagi, Jihoon hanya baru memakan makanannya beberapa suap saja. Lelaki itu hanya mengaduk-aduk sup miliknya yang masih banyak di mangkuknya. Bahkan setelah Soonyoung selesai pun makananya masih tersisa banyak sekali.
Jihoon adalah tipikal orang yang banyak makan, tetapi tubuhnya tidak jadi gemuk. Kadang Soonyoung heran sendiri kenapa bisa seperti itu, pergi ke mana makanan-makanan yang pria itu makan.
Soonyoung yang sedang menegak minumnya keheranan ketika melihat sisa makanan di mangkuk Jihoon masih tersisa banyak. "Makanmu sedikit sekali," katanya. Lelaki yang berstatus sebagai pemilik sah Jihoon itu menunjuk mangkuk sup yang hanya dimakan sedikit oleh si empu. "Sup punyamu masih banyak sekali. Kenapa? Apa tidak selera makan?" tanyanya bertubi-tubi.
Jihoon menghela napasnya lantas menaruh sendok yang ia pakai untuk mengaduk-aduk supnya itu di atas meja. "Perutku aneh rasanya," cicitnya seraya mengerutkan keningnya dengan raut muka yang menunjukkan keanehan. "Sepertinya, asam lambungku naik. Di sini perih." Ditekannya daerah ulu hatinya sambil menatap ke arah Soonyoung yang kini memasang raut wajah khawatir.
Cemas-cemas Soonyoung menghampiri sang suami. Kekhawatiran itu mendadak menggerogoti hatinya. Pasalnya, ia harus menghadiri rapat penting di kantornya yang tidak bisa ditinggalkan. Sekretarisnya—Lee Seokmin—telah memperingatinya beberapa jam lalu perihal rapat penting ini.
Bimbang.
Seperti itulah yang Soonyoung rasakan. Lelaki itu kini menghadap Jihoon dengan bertumpu pada kedua lututnya yang berada di lantai. "Apa sakit sekali?" tanyanya sambil mengusap perut Jihoon.
"Mual," keluh Jihoon, "Tapi, tidak ingin dimuntahkan."
Helaan napas pun terdengar dari mulut Soonyoung. "Aku sudah bilang padamu untuk tidak begadang mengerjakan lagu-lagumu dan sekarang lihat kau jadi sakit," ucap Soonyoung, "Mau aku antar ke dokter?"
"Tidak perlu, kau harus bekerja, Soonyoung."
"Tapi, kau—"
Ditangkupnya wajah sang suami lantas diberikannya satu kecupan pada kening dan setelah itu turun ke bibirnya. "Aku tidak apa-apa," ujarnya berusaha meyakinkan Soonyoung yang tampak sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoon
FanfictionEdisi duet maut dan lainnya Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada kesamaan nama, tempat atau alur cerita, itu adalah...