Warning:
Mention of blood, suicide attempt, depression, and mental health issue. If ur not comfortable with this story, please do not read this. Thank you.
•
•
•Rintik hujan yang hari itu turun di ibu kota baru saja mereda sejak tiga jam lalu tiada henti mengguyur seisi kota. Aroma petrikor telah menyapa indera penciuman bagi siapa pun yang berada di luar rumah.
Beberapa orang menyambut dengan bahagia, pasalnya mereka sudah bisa pulang ke rumah akibat terjebak hujan yang tidak kunjung berhenti itu.
Berbeda dengan sosok lelaki yang kini tengah menggigit jarinya dengan cemas. Lee Jihoon—nama lelaki itu—suami dari seorang sekretaris perusahaan ternama di ibu kota, yaitu pasangan dari Kwon Soonyoung.
Mereka telah dikaruniai oleh dua orang anak. Si tampan Kwon Jinyoung dan si cantik Kwon Yebin. Usia mereka sudah beranjak remaja sekarang.
Yebin yang tumbuh menjadi perempuan cantik nan baik hati itu digandrungi oleh banyak orang. Belum lagi sosoknya yang pintar dan pandai bermain musik. Suara emasnya bahkan bisa membuat banyak orang terpingsan-pingsan mendengarnya. Yebin ini seperti kembaran dari sang papa, yaitu Lee Jihoon.
Sementara, si tampan yang penuh canda dan tawa itu turun dari sang ayah, Kwon Soonyoung. Walaupun begitu, Jinyoung tak kalah pintar bermain musiknya dari Yebin. Kedua anaknya itu pandai bermain musik dan memiliki suara emas.
Hanya saja, dua-duanya sama-sama galak. Seperti Jihoon. Diamnya dan kalemnya Yebin turun dari Jihoon, sedangkan hiperaktifnya Jinyoung turun dari Soonyoung.
Walaupun begitu, keduanya tetaplah akan selalu menjadi kebanggaan Jihoon dan Soonyoung sampai kapan pun.
Kwon Jinyoung, kadang anak itu benar-benar tidak bisa ditebak. Seperti hari ini, dia tidak bisa dihubungi sedari tadi dan itu membuat Jihoon sangat cemas.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun, si sulung Jinyoung belum menampakkan batang hidungnya. Hal itu membuat Jihoon sangat khawatir. Belum lagi ponselnya yang tidak aktif ketika dihubungi semakin membuat Jihoon tidak karuan.
“Pa, makan dulu.” Si bungsu khawatir ketika melihat Jihoon yang baru saja sembuh sakit beberapa waktu lalu itu belum mengisi perutnya, sedangkan ia masih harus meminum obatnya.
Sosok yang membuat sang anak khawatir itu tersenyum ke arahnya dan menghampirinya. “Iya, kau makanlah dulu. Nanti papa menyusul, ya.” Diusapnya surai hitam panjang Yebin guna menenangkan perasaan khawatir sang anak.
“Pa ..., sedikit saja dulu, ya? Papa masih harus makan obat.”
Alhasil Jihoon pun mengalah dan menuruti permintaan si bungsu Yebin. Makanan yang memang sudah disiapkan oleh Yebin itu ia suguhkan kepada papanya. Namun, baru saja Jihoon mau menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, suara pintu terbuka membuatnya beranjak tanpa berpikir panjang dan kembali meninggalkan makanannya.
“Apa Jinyoung mengabarimu?”
Lelaki yang baru saja datang itu adalah suami dari Jihoon, yaitu Kwon Soonyoung. Masih dengan pakaian kerjanya, Soonyoung langsung menghampiri Jihoon. Lelaki itu mengusap lengan suaminya dengan lembut, “Belum. Kau makanlah dulu, ya. Jangan terlalu khawatir, aku yakin dia baik-baik saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoon
Fiksi PenggemarEdisi duet maut dan lainnya Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada kesamaan nama, tempat atau alur cerita, itu adalah...