16. Bye Bye My Blue

2.5K 235 90
                                    

"Keluar!"

Lelaki yang memakai pakaian berjas dengan rapinya itu memandang kesal pada sesosok lelaki yang kini bergeming di tempatnya berdiri. Mendengar teriakan itu sontak membuat ia terkejut dan menutup matanya dengan rapat.

"Untuk apa kau kembali setelah meninggalkanku dengan luka yang kau berikan?" geram Soonyoung, "Lee Jihoon, kau yang memintaku untuk melupakanmu. Kau yang bilang sendiri bahwa kau membenciku tiga tahun lalu sebelum akhirnya kau pergi dan menghilang tanpa kabar, tapi sekarang kau datang kemari seperti orang tanpa dosa dengan mengatakan kau masih mencintaku? Cih, kau taruh di mana otak jeniusmu itu?" sambung Soonyoung dengan nada angkuhnya.

Sementara lelaki yang kini dimaki oleh Soonyoung itu menggigit bibirnya guna menahan tangis yang sedari tadi memaksa untuk keluar. Dadanya sesak ketika sorot mata mendamba dan sorot mata lembut yang selalu menatapnya itu sudah tidak ada lagi dan tergantikan dengan sorot mata kebencian.

Dengan sekuat tenaga yang ia bisa, Jihoon berusaha untuk menjawab pertanyaan yang Soonyoung berikan padanya. "Tiga tahun lalu, aku dan keluargaku diincar oleh sekelompok orang. Mereka adalah para pesaing ayahku. Mereka ingin membunuh kami. Maka, aku, ayah, dan ibu memilih untuk melarikan diri ke luar negeri dan tidak memberitahu siapa pun. Maafkan aku kalau—"

"Apa kau kira aku akan percaya?" tanya Soonyoung yang kini hanya berjarak beberapa langkah saja darinya. Dengan berkacak pinggang dan dengan sorot mata kebenciannya itu ia menatap Jihoon tepat di matanya. "Apa kau kira aku bisa percaya dengan seluruh kebohonganmu itu?"

"Aku tidak bohong!" pekik Jihoon keras. Manik hitam kembarnya itu bahkan kini sudah memerah menahan tangis yang sedari tadi ia tahan. Pandangannya memburam seiring berjalannya waktu. Bibirnya yang kini ia gigit kuat-kuat itu bergetar, tak kuasa menahan rasa sesak dan sakit yang terasa begitu kuat.

Seringaian justru terpatri di bibir Soonyoung ketika melihat Jihoon yang tak berdaya di depannya. "Aku bahkan sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan yang tidak. Benar-benar, kau cocok jadi aktor. Pandai bermain peran," sindir Soonyoung.

Kali ini Jihoon sudah tidak sanggup lagi bisa membendung air matanya yang sedari tadi seolah mendobrak memaksa ingin keluar. Pertahanan yang ia bangun dengan kuatnya roboh hanya dengan beberapa kalimat yang terucap dari bibir pria yang ia cintai itu.

"Oh, lihat. Bahkan kau sekarang menangis..." katanya dengan nada mengolok-olok. Lelaki itu maju selangkah agar bisa menyentuh wajah Jihoon yang baginya masih terlihat sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Soonyoung pun dengan gerakan pelan mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon dengan menghapus air mata lelaki yang pernah singgah di hatinya itu—walaupun kenyataannya dia masih tersimpan di dalam sana. Di dalam hatinya.

"Ini yang kau harapkan, bukan?" sindir Soonyoung lagi, "Aku menghapus air matamu dan meminta maaf padamu karena membuatmu menangis," sambungnya.

Soonyoung menjauhkan kembali wajah beserta tangannya dari lelaki di hadapannya yang terlihat sangat terkejut dengan perbuatan Soonyoung. Lelaki itu mendengus kemudian dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

Dengan keangkuhannya ia berkata, "Kwon Soonyoung yang baik hati telah pergi. Jiwanya telah mati tiga tahun lalu ketika orang yang paling ia cintai pergi dengan luka yang ia tinggalkan padaku. Dan kau orangnya," jelas Soonyoung sambil mendorong bahu Jihoon dengan telunjuknya. "Kau yang telah membuatku menjadi seperti ini," paparnya pelan.

"Untuk itu aku ingin meminta maaf." Kini giliran Jihoon yang mendekatkan dirinya pada Soonyoung. "Aku yang telah membuatmu seperti ini. Aku yang telah meninggalkan luka padamu tiga tahun lalu. Aku yang telah membuatmu membenciku, maka dari itu aku datang untuk minta maaf dengan tulus," jelasnya dengan air mata yang masih juga menetes dan membasahi pipinya.

STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang