18. Dear You

1.8K 190 78
                                    

Kalau ditanya soal cinta, Jihoon benar-benar payah. Tapi, dia tahu—bahkan sangat tahu—kalau cinta itu adalah perasaan yang bisa mendebarkan dadanya, membuat seperti perutnya terisi oleh ribuan kupu-kupu yang begitu menggelitik.

Cinta juga bisa membuat kita tersenyum-senyum seperti orang gila, padahal enggak ada apa-apa. Cuman lihat layar hape, tapi bisa buat hati riang gembira.

“Kamu suka Soonyoung dari kapan, Ji?” Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir Wonwoo yang sedang menunggunya di kamar si empu.

Jihoon yang sedang becermin itu menatap ke arah pantulan sahabatnya.

“Aku enggak suka—”

“Iya, maksudnya cinta,” koreksi Wonwoo.

Jihoon terlihat berpikir sejenak, memilah kata yang pas untuk diberikan pada Wonwoo.

“Lama banget. Bertahun-tahun,” jawab Jihoon sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

“Kenapa ke Soonyoung?”

“Apanya?”

“Cintanya,” tutur Wonwoo, “Banyak loh yang suka sama kamu.”

Jihoon tersenyum sekilas sebelum menjawab. “Dia beda, Won. Cuman dia yang bisa buat aku merasa kayak dicintai. Aku juga belajar semua tentang cinta dari dia,” papar Jihoon.

“Apa sih, yang buat kamu jatuh cinta sama dia?”

Jihoon yang sekarang sudah berdiri itu berjalan ke arah pakaiannya yang telah dia siapkan.

“Banyak,” katanya, “Semua tentang dia bisa membuat aku jatuh cinta.”

Lelaki bertubuh ringkih itu menghela napasnya sambil memasang setiap kancing kemeja miliknya.

“Kamu bahagia sama dia?”

Ketika pertanyaan itu keluar dari bibir sahabatnya, Jihoon seketika menghentikan kegiatannya merapikan kemejanya. Senyum tipis ia lukiskan di bibirnya.

“Bahagia banget...” lirihnya sambil menatap ke arah Wonwoo. “Kamu tahu enggak, sih, dia itu kayak ada aja tingkahnya yang bisa buat aku ketawa. Dia itu salah satu alasan kenapa aku mau terus ada di dunia, Won...”

Wonwoo pun bangkit dan menepuk pundak sahabatnya. “Kamu yakin, Jihoon?” tanya Wonwoo memastikan.

Jihoon memandang ke arah sang sahabat guna meyakinkan sahabatnya. “Yakin, Wonwoo. Aku sudah enggak apa-apa...” tutur Jihoon.

Jihoon pun kini memakai jasnya dan kembali merapikan dirinya di depan cermin.

“Kamu tahu, Won, kadang cerita atas takdir kita itu enggak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Aku enggak bisa melawan atas takdir. Kalau memang di skenario takdirnya enggak tercatat namaku dan skenario takdir miliknya ternyata enggak saling berhubungan dengan punyaku, ya, aku bisa apa?”

“Kamu kalau enggak pergi pun sebenarnya enggak apa-apa, Jihoon. Aku takut kamu belum siap—”

“Aku enggak apa-apa, Wonwoo...”

Wonwoo bisa apa kalau sudah begini. Jihoon kelihatannya tersenyum, padahal dia tahu persis kalau ia terluka dengan keadaan.

“Ayo, aku enggak mau kita telat. Aku mau dengar Soonyoung mengucap janji pernikahan di altar buat pasangannya juga.”




catetan: buat yang belum baca di twitterku ini aku sengaja taruh juga di sini..

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya..

STRAWBERRY SHORT CAKE | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang