1. Malu-Malu

11.7K 269 15
                                    

Jika langit punya pelangi untuk dibanggakan, tapi aku punya kamu untuk diperjuangkan

-Sagara-
.
.
.

Harum semerbak aroma makanan buatan Zara membuat Arra terbangun dipagi hari, dan hendak turun kebawah melihat apa yang sedang dibuat Bundanya. Mungkin saja itu untuk bekal atau sarapan?

"Bun?" Panggilan Arra membuat Zara menoleh. "Eh, kok udah bangun?"

"Wangi sih abisnya. Buat sarapan, Bun?"

Zara mengangguk. "Iya, buat kamu, Ayah kamu, sama Arial."

Arra tertawa. "Arial? Mana mau dia? Bunda emang lupa kalo Arial suka diem-diem naro bekelnya dikulkas?"

"Ya biarin, nanti Bunda yang diem-diem naro bekelnya ditas Arial. Biar dia nggak tau." Ucap Zara seraya menata bekal untuk keluarga kecilnya.

Arra terkekeh. "Bagus, Bun. Emm Bun, boleh nggak bekelnya bikin satu lagi?"

"Buat siapa emangnya?"

Arra bingung menjawabnya dan yang pasti, Arra tidak akan jujur. Tapi ia punya segala alasan agar Bundanya percaya. "Itu, Bun, buat Kanaya. Kasian Mamanya kadang suka capek, makanya dia nggak bikin bekel."

"Ohh, bener buat Kanaya? Nanti kamu kasih gebetan kamu lagi," Tebak Zara.

"Ih Bunda. Nggak. Sok tau nih."

Zara terkekeh. "Yaudah yaudah. Nanti Bunda buatin, kamu mandi dulu aja sana, udah siang."

"Makasih, Bun."

"Iya sayang. Sekalian tuh bangunin Arial."

"SIPPP!" Jawab Arra saat sudah pergi menaiki tangga.

Saat Arra menaiki tangga, dan sampai didepan kamar, ia mendengar sesuatu dari kamar Arial. Arial sepertinya sudah bangun, tapi, kenapa Arial seperti teriak, apa sedang mimpi?

"Arial??" Panggil Arra seraya mengetok pintu kamarnya.

Sedangkan Arial yang didalam kamar, tiba-tiba terbangun. "Anjrit." Umpat Arial, saat menunduk melihat....

"Yal?? Lo udah bangun?" Panggil Arra lagi seraya mengetuk pintunya.

"Iya iya udah!!!" Teriak Arial.

Arra tak lagi mengetuk pintu kamar Arial, Arial merasa lega karena Arra tidak lagi memanggil, sekarang ia harus memikirkan bagaimana menyingkirkan ini.

"Ganti celana dulu deh gue sekalian mandi, ah ribet aja pagi-pagi." Gerutunya.

Selesai Arial mandi dan berganti pakaian menjadi seragam, ia langsung melepas seprai kasurnya dan membawanya ke mesin cuci dilantai atas. Ia harus diam-diam, jantungnya berdegup kencang, takut ketahuan Arra, pasti diledekin. Kalau sama Bunda atau Ayahnya sih nggak papa.

"Yal, mau ngapain? Kok bawa-bawa seprei?" Tanya Arra seraya menutup pintu kamarnya.

Arial terkejut. Mati gue.

"Oh. Nggak. Bukan apa-apa." Saat Arial hendak pergi, Arra malah teriak memanggil Bunda dan Ayahnya.

"Bun, Yah!!!! Arial ngompol!!!" Arra tertawa terbahak-bahak.

"Ah lo mah. Diem nggak?!" Bisik Arial.

Zara dan Gaffa akhirnya datang dari dalam kamar mereka. Zara tersenyum paham saat Arial mau membawa sprei nya ke cucian kotor.

"Udah sini, biar Bunda aja yang nyuci. Kamu sarapan aja gih."

Arial menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "N-nggak usah, Bun. Biar Arial aja." Arial malu setengah mati. Ia langsung berjalan kelantai atas untuk mencuci sepreinya.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang