Siwon duduk di sofa kamarnya menunggu Yoona. Saat Yoona masuk, ia menatap suaminya. Benar kata Sehun, pria itu tampak beda. Ia tidak memperhatikan suaminya sejak pertengkaran mereka saat itu. Bahkan saat bicara ia tidak menatap wajah pria itu.
"Yoong, bisa bicara sebentar?" Tanya Siwon saat Yoona berbelok ke arah kamar mandi saat melihat Siwon duduk di sofa.
"Ada apa?" Tanyanya, suaranya bergetar.
"Duduklah disini" ujar Siwon
Yoona mendekat dan ia melihat banyak dokumen di meja.
"Setelah kita berpisah, kamu dan Darren bisa tinggal di rumah ini. Aku membelinya untuk kalian" ia memberikan sertifikat dan juga kunci.
Yoona tidak berhenti menatap wajah suaminya.
"Ini kunci safety box di bank. Didalam sana ada semua surat mobil dan rumah, beberapa perhiasan juga disana. Itu untukmu dan Darren juga" ujarnya
"Kamu mengira aku bercerai denganmu demi semua ini?" Tanya Yoona
"Yoong,,"
"Jika aku bisa, aku bersedia menggantikan itu semua denganmu. Aku menginginkan kamu, aku tidak ingin kita berpisah. Tapi kamu tidak akan kembali padaku lagi, selama ini hanya aku yang mencintaimu, cintaku tidak pernah terbalas" ujar Yoona dan air matanya mengalir "Aku tidak tahu aku melakukan kesalahan apa sampai kamu berubah begini"
"Kamu lihat tifanny akan segera melahirkan anakku,," ujar siwon
Yoona menangis
"Lihat selama delepan tahun ini, pernahkah sekali saja kamu bahagia denganku?" Tanya Siwon "tidak pernah, kamu sering menangis karenaku. Kenapa kita harus memaksakannya lagi?"
"Oppa, pernahkah sekali saja kamu mencintaiku?" Tanya Yoona, air matanya mengalir
Siwon menggeleng
"Baiklah," ujar Yoona, ia meletakkan semua yang diberikan Siwon padanya tadi. "Aku tidak menginginkan ini semua, aku bisa membiayai putraku, setelah kita berpisah jangan pernah mempedulikanku lagi"
Ia berdiri dan berjalan ke kamar mandi, ia menangis dan membiarkan air shower membasahi seluruh tubuhnya.
***
Yoona dan Darren sudah bersiap untuk berangkat ke rumah appanya Yoona. Hari ini appanya berulangtahun, ia akan datang untuk salam perpisahan juga. Setelah berpisah dengan Siwon, ia akan meninggalkan Seoul.
"Mom, yakin daddy akan pergi dengan kita?" Tanya Darren
Yoona menatap jam. Sudah jam 7 lewat, Siwon tidak memberikan kabar apapun.
"Ayo kita berangkat sendiri saja" ujar Yoona,
"Baik mom"
"Bodoh, kalian akan berpisah, buat apa dia menemanimu kesana" gumamnya.
Yoona memakai taxi untuk berangkat ke rumah appanya.
"Mommy dan daddy jangan bertengkar lagi ya. Aku melihat daddy juga menangis diam-diam malam itu di ruang kerjanya"
"Mommy tidak akan bertengkar lagi" ujar Yoona
"Aku menyayangi mommy dan daddy" ia memeluk Yoona.
***
Yoona bersama oppanya duduk di ruang kerja appanya.
"Gomawo kamu sudah mau datang yoong" ujar Tuan Im
"Aku datang kesini untuk yang terakhir kalinya. Setelah ini mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi" ujar Yoona dan Seulong menatapnya.
"Kamu mau kemana?"
"Aku belum tahu, hanya saja aku akan meninggalkan seoul" ujar yoona
"Kenapa?" Tanya Tuan Im
"Aku akan bercerai"
"Kenapa yoong? Bukankah hubunganmu dengan suamimu baik-baik saja?" Tanya Seulong
"Aku sudah bosan"
"Yoong, pernikahan itu bukan mainan" ujar Tuan Im "Appa dan eomma saling mencintai selama ini, bagaimana bisa kamu mengatakan bosan, lalu ingin berpisah?"
"Dan sekarang appa menikah lagi, appa tidak mencintai eomma dengan tulus" ujar Yoona
"Sayang, appa tidak mencintai orang lain kecuali eommamu. Yuri bukan wanita yang menggantikan eomma" ujar tuan im "Dia hamil dan oppamu tidak mau bertanggung jawab"
Yoona dan Seulong terkejut.
"Bagaimana appa bisa membiarkan cucu appa menjadi anak haram? Bagaimana juga caranya appa membiarkan putra appa di penjara karena tuntutan keluarga Yuri?"
"Appa dan Yuri tidak menikah, Louis itu putramu Seulong a"
"Appa,," Seulong begitu terkejut dengan semua ini, ia mengira appanya mengkhianati eommanya dan dirinya, merebut kekasihnya tapi nyatanya dia yang begitu brengsek.
"Kamu selesaikan dengan Yuri" ujar Tuan Im dan Seulong mengangguk
"Yoong, kamu juga sudah memilih untuk menikah dengannya, jangan pernah ada kata bosan. Dia pria yang baik, appa berbicara dengannya dan appa tahu itu"
Yoona menangis dan appanya meraihnya dalam pelukannya.
"Yoong, jika ada yang ingin kamu katakan maka bicaralah. Appa akan mendengarkanmu" ia memeluk putrinya. Sudah lama mereka tidak begitu,
"Aku baik-baik saja appa"
***
Yoona menemani darren tidur. Setelahnya ia menyusun pakaian darren ke dalam koper. Siwon sudah mengijinkannya membawa darren maka ia tidak akan ragu lagi.
Sambil menyusun, ia sambil menangis. Lalu ia merasakan sebuah pelukan di lehernya
"Mom, kenapa menangis?" Tangan kecil itu menghapus air matanya "Kita mau kemana mom?"
"Sayang, kamu akan ikut mommy kan?" Tanya yoona dan darren mengangguk
"Tapi mom, darren ingin melewati ulang tahun darren bersama daddy lagi. Setelah itu kita akan pergi"
Yoona mengangguk
"Mommy jangan menangis"
"Darren jangan beritahu siapapun ya" bisiknya dan darren mengangguk
Tifanny dan Siwon berdiri di depan pintu kamar darren. Tifanny menangis.
"Oppa, biarkanlah yoona tahu" ujar tifanny dan siwon menggeleng, lalu ia meninggalkan tifanny.
***
Yoona menuju ke kamarnya, ia melihat Siwon berlari ke kamar mandi dan memuntahkan sesuatu. Ia menyusulnya, bagaimana pun Siwon memperlakukannya, ia tidak bisa memungkiri jika ia masih peduli.
Ia mengambilkan tisu dan kain basah, ia menghampiri Siwon.
"Aku baik-baik saja" ujar Siwon, yoona tetap membantunya membersihkan mulutnya dan juga menglap keringatnya.
Yoona membantunya untuk tidur ke tempatnya, lalu ia akan bangkit untuk mengambil obatnya.
"Tidurlah, kamu mau ambil apa?"
"Tolong ambil tasku,"
Yoona mengambilnya dan sebuah tas plastik keluar dari dalam tas Siwon, sesuatu di dalamnya jatuh berserakan. Yoona mengambilnya sambil menangis.
Ia mengambil sambil menuju ke arah Siwon,
"Yoong,,"
"Apa ini oppa?" Tanya Yoona, wajahnya penuh dengan air mata. Tangannya bergetar dengan kantongan itu berada di tangannya. "Katakan padaku oppa,,"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Break Up
FanfictionAku tidak pernah mencintaimu, aku menikahimu itu hanya sebatas terpaksa. Aku terpaksa bertanggung jawab atas benih dalam kandunganmu, aku tidak memiliki sedikit pun rasa padamu. Jika saja bukan karena putraku, aku tidak akan menahanmu lebih lama dis...